Bab 176 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 176
Carl dan Leon berlari kencang dengan tak
lupa tetap memegang erat mangga yang tadi baru saja mereka petik.
Carl bergumam dalam hati, 'Sial! hanya
memetik mangga saja, mengapa sampai nyawaku terancam seperti ini'
Leon teringat ketika tadi berjalan mencari pohon
mangga, dia melihat ada kolam lele. Dia pun melajukan kakinya ke arah kolam
itu. Sementara Carl hanya bisa mengikutinya.
Dengan Impulsifnya Leon langsung saja
melompat ke kolam ternak lele tersebut, Carl melihatnya sempat terdiam, melihat
kearah belakang segerombolan lebah masih mengejar mereka.
'Baiklah anggap saja kita hari ini berendam
di kolam coklat' pikirnya lalu ikut menceburkan diri ke kolam itu.
Lebah memang tidak akan masuk ke dalam air.
Namun dia akan tetap menunggu, Carl berkata, "Lepaskan swatermu, dan
bungkus kepalamu dengan itu!"
"Kau lihat gubuk itu, kita akan
berlari masuk ke sana untuk bersembunyi," ujar Carl.
Leon pun segera patuh, lalu mereka berdua
keluar dari kolam dan berlari kencang masuk ke gubuk lalu segera menutup
pintunya.
Di dalam gubuk itu ada beberapa tumpuk
jerami, Carl juga melihat ada pematik api, "Bantu aku menebar jerami ini
!" perintah Carl kepada Leon.
"Apa kau mau membakar ini?" tanya
Leon.
"Asap ... Lebah tidak suka dengan
asap, ini adalah cara untuk mengusir mereka," jawab Carl.
Leon pun segere membantu Carl untuk
menebar-nebar jerami, Carl menyalakan api, lalu Leon membuka pintu gubuk itu
dan melemparnya.
Mereka melihat dari balik jendela, asap
semakin banyak, "Apakah sudah aman?" tanya Leon. "Sebentar
lagi," jawab Carl. "Ketika kita masuk ke dalam air, lebah memang
tidak akan masuk ke dalam air juga.
Namun, lebah akan tetap berada di atas air
dan menunggu kita keluar dari dalam air. Nah, saat kita naik ke permukaan,
kawanan lebah biasanya akan menyerang kita lagi," jelas Carl dengan
panjang lebar.
"Wah, bagaimana lebah tahu kita masih
ada di dalam air?" tanya Leon menyangsikan penjabaran Carl.
"Saat bernapas di bawah air, kita akan
mengeluarkan gelembung air yang nantinya akan naik ke permukaan air. Lebah itu
bisa mengenali zat kimia yang ada di napas kita melalui gelembung udara yang
naik ke ermukaan air," jelas Carl lagi.
"Masa...?" tanya Leon dengan
masih tidak percaya.
"Apa untungnya aku membohongimu
Kemampuan lebah ini disebabkan karena lebah memiliki musuh alami, yaitu beruang
dan sigung," jelas Carl lagi.
"Nah, ketika salah satu hewan ini
menyerang sarang lebah, maka yang biasanya mendekat ke arah sarang lebah adalah
moncongnya lebih dulu. karena itulah, membuat lebah menjadi lebih peka dan
merespons dengan agresif napas hewan yang mendekat ke sarangnya," ujar
Carl dengan nada seperti seorang guru dan murid.
"Singkatnya, dengan kata lain, kau
membuat asap itu agar mereka tidak peka dengan kita?" ujar Leon.
"Tepat sekali," jawab Carl sambil
bertepuk tangan.
"Katakan saja dengan singkat, mengapa
harus panjang lebar ... hish, dasar kutu buku, ledek Leon kepada Carl.
Carl mengamati sekali lagi, lalu berkata,
"Ayo sepertinya sudah aman,"
Dengan masih memegang erat mangga yang tadi
dipetik, Leon perlahan membuka pintu gubuk itu. Lalu keluar melangkah dengan
cepat.
Carl menyusul langkah kakaknya itu lalu
berkata, "Menurutmu kira-kira apa lagi yang akan terjadi?"
"Maksudmu?" tanya Leon bingung.
"Petualangan hari ini ... tadi kita
baru saja lepas dari kawanan lebah kan," jawab Carl.
Leon menghentikan langkahnya, baru saja dia
mengangkat satu jarinya dan mau menjawab pertanyaan Carl, tiba-tiba suara petir
menggelegar. Keduanya memandang ke atas langit.
Sama-sama berpkir, hari tidak mendung
mengapa ada suara petir. Lalu dengan cepat setitik demi setitik langit
memuntahkan air di wajah kakak beradik itu, keduanya masih memandangi langit.
Dan tiba-tiba saja muntahan air itu semakin membesar.
"Apakah hari ini Tuhan juga sedang
ikut bercanda, yang benar saja tadi lebah dan sekarang hujan lebat," gumam
Leon segera melangkah lagi dengan cepat.
Di Villa, Khansa melihat dari balik
jendela.
Menunggu kepulangan suaminya. Khansa
mengernyitkan alisnya ketika melihat keduanya pulang dengan basah kuyup.
Porfessor lexa segera membawakan handuk
untuk kakak beradik itu, "Mengapa hujan-hujanan?"
Leon dan Carl menjulurkan tangannya kepada
Khansa, buah mangga penuh pengorbanan itu berhasil mereka bawa dengan selamat
untuk ibu hamil yang sedang berdiri di depan mereka itu.
Khansa pun mengambil keduanya, "Karena
kalian terlalu lama, aku sudah tidak menginginkannya lagi," jawab lembut
Khansa.
Leon pun bertelak pinggang, lalu tertawa
terbahak-bahak. Sementara Carl mengusap-ngusap kasar wajahnya sambil menghibur
hatinya, "Jangan sampai kesal, jangan sampai kesal."
"Kalian berdua sebaiknya masuk dan
segera mandi air panas," ujar Professor Lexa.
Khansa segera bergegas ke dapur, memasak
minuman herbal yang bisa menghangatkan tubuh Carl dan Leon. Sementara Professor
Lexa membuatkan soup jamur ayam hangat untuk kedua putranya itu.
Professor Lexa masih memiliki
pakaian-pakaian Tuan besar Sebastian, kemana dia pergi pasti akan dibawanya
meski tidak semuanya. Dan ternyata siapa sangka kebiasan ini sangat berguna,
sekarang pakaian itu dipakai oleh Carl dan Leon.
Keduanya masih terlihat kuyu karena
pertempuran tadi, mereka berdua duduk ruang makan, menyesap sup itu dengan
hening, setelahnya menghabiskan segelas teh jahe sereh buatan Khansa.
"Jangan dihabiskan!" ujar Khansa
kepada Leon.
Leon langsung meletakan gelasnya, "
Kenapa?" tanyanya.
"Aku ingin itu ..." jawab Khansa.
"Bukankah ini kau yang membuatnya dan
masih ada lagi bukan?" tanya Leon sambil menaikan satu alisnya.
"Masih ... tapi aku ingin sisa yang
telah kau minum," jawab Khansa dengan wajah memerah.
Leon pun tersenyum bahagia mendegar jawaban
dari landak kecilnya itu, tiba-tiba saja penderitaan hari ini terasa begitu
sepadan. Leon memberikan gelasnya kepada Khansa.
Khansa mengambil gelas itu, dan dengan
gerakan lembut, satu tangannya ingin membuka cadarnya. Leon langsung saja
berdiri, "Apa yang kau lakukan, ada Carl di sini?"
"Mama bilang aku sudah boleh melepas
cadar ini,” jawab Khansa. "Kenapa harus di lepas!" protes
Leon."Dia juga memiliki ingin sendiri, kau tidak bisa memaksanya,"
nasehat Professor Lexa kepada Leon.
Leon pun melepaskan tangannya, sedikit
tidak rela jika wajah cantik istrinya itu akan dilihat oleh pria lain. Dia
hanya ingin menyimpan wajah itu untuk dirinya seorang.
"Jika kau sudah ijinkan, maka barulah
aku akan membuka cadar ini," ujar Khansa sambil mengangkat sedikit
cadarnya dan menyesap teh jahe sereh sisa dari Leon.
Leon pun tersenyum senang, mencium puncak
kepala Khansa. Landak kecilnya ini telah benar-benar patuh kepadanya.
"Hari ini kita akan ke Villa Anggrek,
Nenek telah kembali," ujar Leon.
Penutup
Bab 176 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 176 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 176 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.