Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Baca Novel Gratiss Di Sini

Bab 175 Novel Romantis Pengantin Pengganti

Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.

Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.

Novel ini terkenal dengan alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.

Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 175

Emily berjalan mendekati suaminya itu, lalu langsung memeluk pinggang Rendra, "Kenapa wajahmu terlihat serius, ada apa?"

Rendra juga merangkulkan tangannya di pinggang Emily, lalu menggelengkan kepalanya tanpa berkata.

Emily bertanya lagi, "Apa ibu sudah tidur?"

Rendra menganggukan kepalanya tanpa berkata, Emily pun tersenyum lalu menarik tangan Remdra, "Vika begitu saatnya kita tidur."

Rendra dengan patuh mengikuti langkah Emily, naik ke ranjang besar mereka. Berbaring bersampingan, Rendra memeluk dari samping.

Emily mengusap lembut lengan Rendra yang sedang melingkar di perutnya itu. Dan dia pun semakin mengeratkan pelukannya, seakaan ingin mengikat Emily agar tidak bisa pergi jauh lagi darinya. Sementara itu, Carl dan Leon memutuskan untuk menginap juga di rumah Professor Lexa.

Dengan senang hati, Professor Lexa menyiapkan kamar untuk kedua putranya itu. Hal yang hampir tidak pernah dia lakukan karena kesempatan itu telah direnggut bertahun-tahun yang lalu.

Novel Romantis Pengantin Pengganti
Novel Romantis Pengantin Pengganti

"Kalian bisa tidur di sini, tidak besar memang tapi ini sudah termasuk nyaman," ujar Professor Lexa.

"Mom ..." panggil Carl seraya mengajak mamanya itu untuk di duduk di sofa.

"Ma, setelah ini aku akan ikut kemana Mama pergi, tinggal bersama Mama, janji Cari.

"Bayiku ... sudah bertumbuh besar, tapi kau tidak perlu melakukan itu, kau sudah dewasa dan akan memilili kehidupan sendiri," jelas lembut bijak Professor Lexa.

Carl pun bersimpuh dan meletakan kepalanya di pangkuan Professor Lexa, seakan memberi tanda jika selama ini dia merindu belaian seorang ibu.

Professor Lexa pun membelai lembut puncak kepala putra kandungnya itu, Leon berdiri di depan ibu dan anak itu, lalu dia berkata, "Jika ingin tinggal bersama Papa, maka tinggalah."

"Satu keluarga bukankah ada baiknya memang harus tinggal bersama," ujar Leon lagi.

Professor Lexa pun tersenyum, lalu mengangguk. Meski tanpa perkataan Maaf, mengajak dia tinggal bersama, itu sudah lebih besar dari perkataan maaf itu sendiri.

"Kalian beristirahatlah, Khansa sendirian di kamar," ujar Professor Lexa.

Carl dan Leon saling berpandangan, ini adalah kali pertamanya mereka akan tidur sekamar, teringat tentang jurnal medis Carl pun berkata, "Maaf aku menghilangkan jurnal medisnya."

"Hmm ... sepertinya tidak hilang hanya saja tertinggal di tangan malaikatku," ujar Carl dengan yakin.

"Malaikat ... sedari tadi kau selalu menyebutnya," ujar Leon sambil mengernyitkan alisnya.

"Dia sangat cantik ... dan seksi," ujar Carl bersemangat.

"Siapa namanya?" tanya Leon.

"Hmm ... tidak tahu," jawab Carl sambil tertawa.

"Kau ini sungguh aneh," ujar Leon sembari melempar bantal ke wajah Carl.

"Kau tidur di sofa, aku tidur di ranjang," ujar Leon mengatakan pengaturannya.

"Hei! Mana bisa begitu," protes Carl.

"Bisa, aku lebih tua darimu. Jadi di keluarga Sebastian ini akulah yang mengatur semuanya," jelas Leon lagi.

"Hissh ... tunggu Papa sembuh maka aku akan megadu kepadanya," protes Cari lagi.

"Dasar cengeng," ledek Leon.

Professor Lexa yang masih berdiri menguping di balik pintu pun tersenyum, meski selama ini kehilangan waktu keluarga. Namum, tidak ada kata terlambat jika ingin memperbaiki semuanya untuk menjadi lebih baik.

Professor Lexa masuk ke kamarnya, dan melihat Khansa belum meminum susu yang ada diatas nakasnya, "Mengapa belum di minum?"

Khansa membuka cadarnya, lalu tersenyum dan segera menyesap susu yang Professor Lexa siapkan.

Professor Lexa pun duduk di sisi ranjang, lalu berkata, "Sekarang kau bisa melepaskan cadarmu. Bahaya yang mengintai kita sudah hancur."

Khansa pun mengangguk dan menghela napas, lalu menghabiskan susunya dalam dua kali teguk. Khansa teringat pertama kali bertemu, Mama mertuanya ini merasa jika pertemuan mereka di rumah sakit memang di sengaja.

Khansa pun memberanikan diri untuk bertanya, "Apa sebelumnya Mama memang sudah tahu aku adalah istri Leon?"

Professor Lexa mengangguk, "Iya," jawabnya.

"Lalu ketika menawarkan diri memeriksa Yenny Isvara, apa itu ada kaitannya dengan Mama?" tanya Khansa lagi.

Professor Lexa berdiri, "Mama terpaksa," jawabnya.

"Bukan Mama .... tapi mereka ... itu semua di luar kendali Mama," jelas Professor Lexa.

"Mereka menginginkan jurnal orangtuamu, dan Yenny ternyata memiliki salah satunya," jelasnya lagi.

"Dia menjualnya ... dan akhirnya dia mendapatkan Virus itu di dalam tubuhnya," ujar Professor Lexa.

"Mama juga tidak menduga hal itu akan terjadi," ujarnya.

"Apakah Mama bisa membuat obatnya?" tanya Khansa.

"Jika mengikuti jurnal orangtuamu seharusnya bisa," jawab Professor Lexa.

Khansa pun mengangguk, lalu Professor Lexa berkata, "Tidurlah, wanita hamil tidak baik jika terus terjaga sampai tengah malam."

Khansa pun patuh dan segera menarik selimutnya. Keesokan paginya Khansa dan Professor Lexa memasak sarapan untuk pria-pria kesayangan mereka itu. Sementara Leon dan Carl berjoging bersama.

Mereka tiba tepat ketika sarapan sudah siap, mereka makan di satu meja makan, nampak Khansa hanya menyentuh sedikit makanannya.

Leon memperhatikan, "Kenapa tidak makan?"

Khansa hanya diam saja, Leon pun berkata lagi, "Ingin makan apa?"

"Mangga muda," jawab Khansa.

Leon menaikan satu alisnya, lalu dia mengambil ponselnya ingin menghungi Gery, Khansa cepat-cepat berkata. "Aku ingin memakan mangga yang kau petik!" pinta Khansa.

"Apa ...?" tanya Leon hampir saja menjatuhkan ponselnya.

"Sayang, bukankah membelinya di toko buah akan lebih cepat dan mudah," ujar Professor Lexa.

Khansa pun menunduk sambil menggigit-gigit ujung bibirnya. Leon tidak tahan melihat landak kecilnya ini bersedih, lalu berkata, "Aku akan memanjat pohon mangga untukmu."

Leon beranjak pergi sembari menarik kerah baju kaos Carl dan berkata, "Kau bantu aku memanen mangga untuk keponakanmu."

"Hei ... hei ... aku tidak bisa memanjat," ujarnya.

"Mom ... Mom ... tolong aku," teriak Carl. Professor Lexa hanya tertawa saja melihat kelakuan kedua putranya itu. Sementara Khansa tersenyum puas senang.

Villa tempat tinggal Professor Lexa, dekat dengan daerah perbukitan, mereka berdua mencari pohon mangga di sekitar sana. Bertanya kepada tukang kebun, akhirnya mereka pun menemukan pohon mangga yang berbuah.

Pohon mangga ini termasuk pohon mangga super karena tingginya yang memcapai 5-6 meter. Mereka berdua mendongak menatapi pohon mangga itu.

Leon berkata kepada Carl seraya menepuk-nepik bahunya, "Kau panjatlah!"

"Hei! Kenapa aku ... yang meminta mangga kan istrimu, bukan istriku," protes Carl.

"Apa kau lupa perkataanku yang tadi malam?" tanya arogan Leon.

'K-kau membuli ku lagi hah! Lihat saja nanti akan aku adukan kepada papa," ujar Carl sembari melepas sepatunya dan mulai memanjat.

Carl berhasil memetik satu buah mangga, dan turun, "Hmm ...bukankah istrimu bilang dia hanya mau makan mangga yang kau petikan untuknya?" tanyanya.

Leon bersedekap, berpikir sejenak lalu akhirnya melepas sepatunya. Dia pun mulai memanjat, lalu mengoyangkan cabang pohon itu untuk memudahkannya mengambil mangga incarannya. setelah berhasil dia pun segera turun dengan cepat.

Leon memakai sepatunya lagi, 'bugh' sesuatu terjatuh dari atas. Leon dan Carl saling berpandangan, tiba-tiba terdengar suara berdengung, lalu beberapa hewan kecil bersayap keluar dari benda yang terjatuh tadi.

"Lebah," ujar Leon.

"Lari cepat lari," pekik Leon sembari mengayunkan kakinya dengan kencang, Cari pun melakukan hal yang sama.

Penutup Bab 175 Novel Romantis Pengantin Pengganti                                             

Bab 175 selesai, Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab berikutnya. Gass yah.

Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 175 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.