Bab 166 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 166
Lexi adalah professor Lexa, ketika mencari
tahu kedatangan Carl ke Indonesia, maka dia mengetahui tentang Khansa yang
menjadi istri Leon.
Professor Lexa menatap ke arah Khansa,
ingin melihat bagaimana respon Khansa. Dengan tenangnya Khansa menjawab,
"Coba saja cari di halaman rumah, atau kebun pingir jalan."
Meniren merupakan tumbuhan yang berasal
dari daerah tropis yang tumbuh liar di tempat yang lembab dan berbatu, serta
tumbuh di hutan, ladang, kebun-kebun maupun pekarangan halaman rumah, pada
umumnya tanaman ini tidak dipelihara kerena dianggap tumbuhan rumput biasa.
"Nyonya jika masih ingin di sini, maka
tinggalah. Aku pamit pergi," ujar Khansa.
"Aku sudah selesai," jawab
Professor Lexa.
Mereka berdua pun melangkah pergi meninggalkan
ruang rawat Yenny. Professor Lexa langsung melangkah cepat mengejar Khansa.
"Pertanyaan yang tadi belum
dijawab," ujar Professor Lexa.
"Tentang traktiran?" tanya
Khansa.
"Iya," jawab Professor Lexa.
Berpikir jika wanita yang mau mentraktirnya
ini memiliki pengetahuan medis yang sama, maka Khansa menerima ajakan itu,
"Baiklah kalau begitu kita ke kantin saja!" ajak Khansa.
Mereka pun pergi ke kantin, dan di sana
mereka membicarakan tentang hal-hal medis baik tradisional maupun modern.
Ketika sedang berbicara seorang lewat
dengan membawa bunga mawar, Khansa langsung saja menutup hidungnya.
"Ada apa?" tanya Professor Lexa.
Khansa semakin menutup hidungnya dengan
kedua tangan, tidak menjawab tapi terus menutup hidungnya. Proffesor Lexa
langsung membawanya pergi dari sana. Memperhatikan tepat ketika ada yang
membawa bunga mawar, Khansa langsung bersikap aneh.
Mereka pindah ke kursi lain, "Apakah
kau sedang hamil?" tanya Professor Lexa.
Terkejut dengan pertanyaan itu, Khansa
langsung memegang perutnya dengan kedua tangannya, "Hamil," gumamnya.
Khansa mencoba mengingat-ngingat jika dalam
seminggu ini dia memang sering buang air kecil, mudah lelah, "Ah ya
Tuhan," ujar Khansa tersentak.
"Biar aku periksa," ujar
Professor Lexa sambil mengecek denyut nadi tangan Khansa.
"Kau hamil," ujar Professor Lexa
dengan tersenyum lembut.
Jumlah denyut nadi ibu hamil biasanya
sekitar 80-90 denyut per menitnya. Hal ini berbeda dengan denyut wanita normal
yang tidak hamil yang jumlahnya sekitar 60-80 denyut per menitnya. Dengan kata
lain, ketika hamil denyut wanita akan meningkat sekitar 10-20 denyut per
menitnya.
"Bagaimana jika kita periksa ke dokter
kandungan saja untuk memastikan," usul Professor Lexa.
Khansa masih tercengang tak percaya,
"Vika mau aku bisa menemanimu," Ujar Professor Lexa lagi.
Karena masih terkejut, Khansa tidak sadar
lalu mengucapkan iya, Profesor Lexa sangat senang mendengarnya, "Jika
begitu berikan aku nomor ponselmu," ujarnya.
Khansa menyebutkan nomor ponselnya,
Professor Lexa menyimpannya, "Sebaiknya sekarang kau pulang dan istirahat
dulu, esok kita bertemu lagi di sini."
Khansa mengangguk, lalu segera bergegas
pulang. mengambil ponselnya dan menghubungi supirnya. Professor Lexa memandangi
mobil itu sampai hilang dari pandangannya. Lalu berjalan menuju mobilnya
sendiri. Dia bersandar di kursi mobilnya, menghela napas panjang lalu melajukan
mobilnya.
Khansa tiba di rumah, sesampainya dia
langsung saja masuk ke dalam kamarnya, berjalan dari sisi ke sisi lain, merasa
bimbang apakah akan memberitahukan kabar baik ini atau tidak kepgda Leon.
Karena merasa belum yakin, maka dia merasa
sebaiknya menunggu kepastian dari dokter saja dulu. Di Italia, ketika sedang
menyesap kopi tiba-tiba Leon tersedak.
"Apa sedang ada yang
memikirkanku," gumam pelan Leon.
Sambil terbatuk Leon mengecek pesan di
ponselnya, melihat landak kecilnya tidak mengirimkan pesan hati Leon terasa
menjadi gelap.
Meletakan ponselnya, tiba-tiba berdering
tanpa memperhatikan nama yang tertera di ponselnya, Leon langsung saja
menjawabnya, "Halo sayang."
"T-tuan ... ini aku Gery,"
ujarnya.
Leon menjauhkan ponsel dari telinganya dan
barulah melihat dengan jelas jika itu adalah Gery yang sedang menelponnya.
"Jhuk ... Uhuk ... uhuk ..." batuk
Leon karena menutupi rasa malunya.
"Tuan ... Mereka saat ini tengah
mendatangi Carl dan Hansen," lapor Gery.
"Bagus ... segera kirimkan fotonya
kepadaku," ujarnya.
Gery segera memberikan foto siapa-siapa
saja yang datang, betapa terkejutnya dia ketika melihat asisten papanya dulu
ada di dalam kelompok yang datang itu.
"Asisten Tuan besar Sebastian ikut
bersama mereka," gumam pelan Leon.
Ingatan Leon kembali ke tahun-tahun ketika
keluarga mereka masih utuh, pria yang disebut asisten itu selalu berdiri di
samping papanya, ikut kemana papanya pergi.
Mulai dari berbisnis sampai dengan acara
keluarga.
"Aku ingin semua data tentangya!"
perintah Leon.
Hati Leon berdesir ketika mendengar laporan
Gery, "Apakah Papa benar-benar masih hidup?" gumam pelannya.
Di Villa tempat Carl dan Hansen, nampak
replika penelitian Gala Quin telah ada untuk diperlihatkan. Hansen membawa
Jackson untuk melihat-lihat. Carl menjelaskan dengan sangat lihai. Sehingga
semua yang mendengarkan terkagum-kagum.
Carl masih terlalu kecil untuk mengingat
rupa Jackson, setelah Carl lahir Professor Lexa menyembunyikannya dengan baik.
Sama seperti halnya dia menyembunyikan Leon dengan baik di rumah sakit jiwa,
sehingga tidak di ganggu oleh kompolotan ini.
"Bravo," puji Jakson.
"Kami sudah menemukan investor, dan
sepertinya kita bisa menjadi rekanan," ujar Jackson.
"Dengan senang hati," jawab Carl.
Setelah Jackson dan orang-orangnya pergi,
Leon segera melakukan panggilan telpon kepada Carl, "Itu adalah asisten
Papa," ungkap Leon.
"Siapa?" tanya Carl.
"Jackson," jawab Leon.
"Nah, benar kan kata aku. Papa masih
hidup," ujar senang Carl.
"Jangan senang dulu, yang aku tahu
Papa sudah memecat Jackson waktu itu," jelas Leon.
"Maksudmu ..." ujar Carl terbata.
"Hilangnya Papa kita ada kaitannya dengan
jackson," Carl memberikan analisanya.
"Bisa jadi," jawab Leon.
"Aku sudah meminta Gery untuk
menyelidiki Jackson," ujar Leon lagi.
"Kalian di sana berhati-hatilah,"
ujar Leon. Meski King Arthur memberikan identitas palsu untuk Carl dan Hansen,
tetap saja merasa ini bukan suatu permainan kecil, maka Leon ada sedikit merasa
khawatir.
"Kalian juga berhati-hati," balas
Carl kepada Leon.
Carl berdiri menatap pemandangan di luar
jendela, sambil berpikir apakah yang mengancam ibunya adalah pria itu, Jackson,
asisten Papa mereka.
"Apakah Jackson menahan Papa, agar Mom
mau menuruti perintahnya," gumam pelan Carl.
Di kediaman Isvara nampak terlihat menegang
panas kembali, Jihan bertengkar dengan Fauzan karena tidak memberi perhatian
yang seharusnya kepada Yenny, bagi Fauzan jika orang yang sudah tidak berguna
lagi untuknya maka tidak layak berdiri di sisinya, ditambah perusahaan sedang
dalam keadaan kacau.
Fauzan benar-benar tidak mempedulikan ibu
dan anak itu lagi, Dengan Jane masih berlaku baik karena Jane masih muda dan
pandai meraih simpati Fauzan.
Ketika Jihan menampar Jane, malah Fauzan
balik menampar Jihan dan dengan marah dia berkata. "Jaga sikapmu, dia
adalah calon ibu tirimu," hardik marah Fauzan kepada Jihan.
Penutup
Bab 166 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 166 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 166 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.