Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Baca Novel Gratiss Di Sini

Bab 162 Novel Romantis Pengantin Pengganti

Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.

Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.

Novel ini terkenal dengan alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.

Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 162

Emily berkata lagi, "Aku akan tetap mengunjungi ibu, kau tidak ada, itu artinya hanya ada aku untuk menjaga ibu kita."

Mata Rendra berkaca-kaca ketika mendengar ucapan tulus manis dari istrinya dan berkata, "Aku sangat-sangat beruntung memilikimu."

Rendra langsung merebahkan Emily di sofa, dan menciuminya seperti orang yang baru saja kemasukan beribu-ribu hasrat.

Emily mendorong tubub Rendra karena merasa tengah kehabisan napas. Binar mata Rendra nampak sendu, dia menghela napas lalu berkata lagi, "Aku tidak akan memaksamu."

Rendra mengecup kening Emily lalu bangkit dari atas tubuhnya. Tapi hal yang tak dikira pun terjadi, istrinya itu malah menahan langkahnya dengan memberikan pelukan dari belakang lalu berkata dengan manja, "Siapa bilang aku tidak menginginkannya."

Mendengar perkataan itu, daun telinga Rendra memerah, semua aliran darahnya seperti baru saja terpompa di sanasini. Rendra membalikan badannya, Tanpa banyak bicara dia langsung saja ****** bibir Emily dalam-dalam sambil memeluknya, lalu sekali lagi menjatuhkan tubuhnya di sofa besar mereka.

Novel Romantis Pengantin Pengganti
Novel Romantis Pengantin Pengganti

Kedua tangan mereka saling melepaskan kancing piyama mereka satu sama lain, "Aargh ..." teriak Emily ketika tangan Rendra bermain nakal dibagian bawahnya.

"Suka tidak?" tanya Rendra menggoda.

Emily diam dan menjawab hanya dengan ciuman penuh hasrat yang dia tebarkan di leher Rendra. pria itu memejamkan mata, menikmati kecupan lembut di lehernya yang membuat dia merinding dari ujung kaki sampai kepala. sementara tanganya semakim agresif berkegiatan di atas dan di bawah.

Suara erangan emily terdengar semakin menggila, Rendra pun menidurkan tubuhnya lalu mengapitnya dengan kedua pahanya, "Aku akan pelan-pelan saja," ujarnya dengan suara megnetisnya yang terdengar berat.

Rendra menaikan satu kaki Emily ke bahunya "Hassh..." erangnya begitu suaminya itu menggerakan pinggulnya.

Begitu Emily menyelaraskan ritme gerakan Rendra, dia pun tersenyum dan meletakan satu tangan memegangi dada Rendra, satu tangan melingkar di leher suaminya itu.

Rendra pun menunduk, dan mulai ****** bibir mungil Emily, memasukan lidahnya dan sesekali menggigit ujung bibirnya. Mendengar suara erangan Emily yang semakin meninggi, ini juga membuay Rendra akan sampai pada puncaknya, dia pun menghentak dengan ritme yang lebih cepat dari sebelumnya, sampai pada akhirnya tubuh keduanya menegang, saling mengerang nikmat lalu Rendra terkulai di atas tubuh Emily.

Dengan lembut Emily memeluk tubuh Rendra dan mengusap-usap lembut puncak kepala suaminya itu.

"I love You," bisik lembut Rendra lagi.

Mereka berdua pun tertidur di sofa sambil berpelukan, merasakan napas Emily sudah stabil dan terlelap, maka Rendra segera menggendong istrinya itu ke kamar tidur mereka.

Keesokan paginya, sisi tempat tidur Emily sudah dingin. Dia melirik ke sisi itu, wangi aroma maskulin Rendea masih kentara tercium. Dia melihat sebuah catatan kecil yang ada di ataa renjang, "Aku pergi dinas, sarapan sudah aku siapkan di bawah."

Membaca beberapa kata yang ditulis suaminya itu, membuat dia tersenyum dan hati terasa hangat. Dia pun segera turun dan ingin mencicipi sarapan pagi yang telah dibuat oleh suaminya itu.

Emily membuka tutup saji yang ada di meja makan, Wajah tersenyumnya menghilang karena melihat jika itu hanyalah indomie goreng rasa original, "Haiish Tuan Kawindra ..." yang melhat mie itu telah mekar karena terlalu lama di diamkan.

Emily tetap mengambil sendok dan garpu, meski mie nya telah berubah bentuk jauh dari tampilan awal ketika matang, dia tetap memakannya karena ini adalah masakan suaminya. Sementara itu, di kediaman Leon nampak di meja makan tersaji aneka makanan.

Nasi uduk, tempe goreng tepung, mie bihun dan sambal kacangnya, juga ada mentimun, tempe orek, dan semur telur. Tak lupa juga Khansa membuat teh manis panas.

Carl memandangi menu makanan yang ada diatas meja, "Nasi berwarna kuning?"

"Kau wajib mencobanya!" ujar Khansa seraya mengambilkan sepiring nasi uduk lengkap dengan semua lauk pendampingnya.

"Kakak ipar mengapa aku tidak diambilkan juga?" protes Hansen.

“Adik iparku yang satu ini jarang berkunjung, jadi harus dilayani dengan baik," jawab sembarang Khansa.

"Issh ... pilih kasih sekali Kakak ipar ini," sungut Hansen, lalu mulai mengambil piring dan menyendok nasi.

Leon datang masuk ke ruang makan, sambil berbicara di ponselnya, Khansa yang melihatntya lalu segera menghampiri dan berkata, "Saatnya makan, urusan bisnis bisa kau lakukan nanti!" ujarnya sembari mengambil.ponsel Leon lalu mematikannya.

"Bisnis bisa setiap hari, berkumpul dengan keluarga beleum tentu," jelas Khansa lagi.

Leon pun tersenyum lalu memberikan kecupan selamat pagi yang dia daratkan di puncak kepala istrinya itu.

Mereka pun memulai sarapan pagi penuh kehangatan keluarga, bahkan Carl sampai menambah satu porsi nasi uduk lagi sambil berkata, "Kau harus mengajarkan aku membuat ini nanti."

"Bayar tidak gratis," Jawab Leon.

Carl memandang ke kakaknya itu dan menjawab, "Mengapa perhitungan sekali!"

"Kau akan mengambil waktu istriku, jelas saja harus dihitung dengan jelas," jawab ringan Leon.

Hansen tertawa sampai tersedak teh panas yang sedang dia minum. Leon ini memang pebisnis tangguh, jika dia tidak memiliki kemampuan perhitungan yang mumpuni maka dia tidak akan menjadi kaisar bisnis yang melegenda. Sampai-sampai keluarga besarnya, mempersyaratkan jika dia ingin mewarisi perusahaan keluarga maka harus banyak belajar dari Leon.

Pada akhirnya karena persyaratan itulah dia saat ini terdampar bersama Leon, menjadi buruh pekerja Leon. Selesai sarapan mereka bertiga bergegas menuju bandara, Gery dan Rendra telah menunggu di sana bersama dengan Jet Pribadi Leon.

Khansa keluar dengan memegang beberapa kotak makan sambil menerangkan, "Ini adalah bawang goreng pedas, manisan mangga kesukaanmu, sambal ikan teri kacang, emping, ikan asin, beberapa belimbing wuluh untuk sambal, dan ada juga tempe tahu."

Khansa membekali Leon dengan menu kesukaannya, karena berpikir jika di sana akan sedikit sulit mencari menu indonesia yang Leon sangat sukai ini.

Leon menerima kotak itu dengan tersenyum, "Aku akan cepat kembali."

Khansa memandangi mobil yang membawa suami juga adik iparnya itu sampai menghilang dari pandangannya.

Tidak memakan waktu lama, Leon dan yang lainnya pun sampai di bandara, di dalam pesawat jet itu, mereka mengulang kembali apa yang telah Gery briefingkan kepada mereka.

Leon dan Rendra akan beradu akting menjadi pendana penelitian selanjutnya, Hansen san Carl akan beradu akting sebagai si pengawal dan si jenius yang memiliki lab sendiri yang sedang melaukan penelitian yang sama seperti yang para ilmuwan hitam sedang meneliti, hanya saja satu langkah lebih maju karena mereka mengikuti panduan dari dua jurnal Gala Quin. Sementara Gery adalah master yang memggerakan jalannya skenario, menutupi jika ada kebocoran peran.

Pesawat Jet Pribadi Leon pun mulai terbang meninggalkan langit Indonesia.

Penutup Bab 162 Novel Romantis Pengantin Pengganti                                             

Bab 162 selesai, Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab berikutnya. Gass yah.

Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 162 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.