Bab 157 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 157
Di rumah, nampak Khansa melihat jam lalu
berpikir "apa Carl tidak akan pulang?"
Leon yang melihat sepertinya Khansa sedang
menunggu Carl, langsung saja menariknya untuk duduk di pangkuannya, "Tidak
boleh memikirkan pria lain,” ujarnya.
"Hish ... pria lain apa?" tanya
Khansa.
"Carl," jawab Leon tanpa
berbasa-basi.
"Ya Tuhan ..." ujar Khansa seraya
menepuk keningnya sendiri dengan satu tangan.
"Kalian Kakak beradik mengapa terlihat
tidak akur?" tanya Khansa yang melihat jika Carl adalah pria baik, tapi
mengapa malah Leon tidak menyukainya.
"Tak usah dibahas, bukan sesuatu yang
penting," jawab sembarang Leon.
Tak ingin memaksa akhirnya Khansa hanya
bersandar di bahu Leon, sembari bersenandung. Senyuman pun terukir di wajah
Leon. mendengar senandung yang indah sembari memeluki tubuh mungil istrinya
itu. sementara itu Carl memilih bermalam di hotel bintang 5.
Ketika kecil Carl diberitahu jika Papanya
sudah tidak ada lagi bersama mereka, tetapi dia tidak pernah melihat ada
pemakaman. Dia berdiri di balkon dan memandangi Kota Palembang di malam hari.
Hatinya terasa damai melihat kota ini,
salah satu kota yang ada di negara, yang terkenal dengan keramah tamahan
penduduknya.
Carl menghirup sebentar udara sejuk di
malam hari, lalu masuk ke kamarnya, mengambil ponselnya. Mengecek apakah sudah
ada kabar tentang berita yang ingin dia cari tahu.
Setelah pertemuan hari ini, Carl sangat
yakin jika ada yang mengancam keluarganya. Merasa muak menjadi keluarga yang
tercerai berai, maka dia akan berusaha menguak semua dan membuat keluarganya
menjadi keluarga yang utuh.
Hal yang sama juga sedikit dirasakan oleh
Leon, dia juga ingin semua kejanggalan ini berakhir. karena itulah dia
memutuskan akan pergi menemui Professor Lexa.
Leon mencium-cium lembut wajah Khansa, lalu
beranjak dari ranjangnya. Dengan cepat dia berganti pakaian. Gery sudah siap
menunggu di bawah sambil memegang segelas kopi.
Melihat tuannya sudah siap pergi, maka Gery
segera meletakan gelas kopinya meski baru menyesap seteguk saja.
Melajukan mobil beberapa jam, mereka pun
tiba di Villa Professor Lexa. Penjaga mengatakan jika Nyonya rumah tidak ada di
tempat.
Leon berkata dengan nada dingin,
"Katakan padanya ini tentang jurnal medis!" petugas itu pun, langsung
mengambil telpon yang ada di pos satpam dan menekan tiga angka yang langsung
saja tersambung dengan telpon di dalam Villa.
Setelah mendapatkan instruksi, maka penjaga
itu pun segera membawa Leon masuk menemui Nyonya rumah.
Leon menunggu beberapa saat, lalu datanglah
Professor Lexa. Tanpa berbasa-basi Leon berkata, "Kembalikan jurnal
itu!"
Wanita yang berstatus ibu tirinya ini pun
hanya diam tidak menjawab, dia duduk di sofa besar yang ada di ruang tamu itu.
"Pergilah, sebelum aku kehilangan
kesabaranku!" ujar Professor Lexa.
"Jika tidak mau, lalu kau mau apa?
Memasukanku lagi ke rumah sakit jiwa?" ujar dingin Leon.
"Bisa saja ... atau bisa jadi kematian
yang akan mendatangimu. Jadi sebaiknya kau cepat pergi dari sini!" nasehat
Professor Lexa.
"Kau mungkin bisa melindungi dirimu
sendiri, tapi istrimu belum tentu!" ujar Professor Lexa lagi sembari
berdiri bersedekap.
Mendengar jika wanita yang sedang berdiri
di depannya itu sedang mengancamnya melalui landak kecilnya, dengan
impulisifnya Leon langsung saja mendekati Professor Lexa dan mencekik lehernya.
wanita itu tidak melawan, malah memberi tatapan memohon agar dia bisa segera
mencekiknya sampai mati.
Leon pun melepaskan tangannya dan mundur
beberapa langkah. Hatinya sedikit terkejut karena hal yang dia lihat tadi,
sorot mata seseorang yang sudah bosan hidup.
Leon membalikan badannya sejenak,
membiarkan dirinya menghirup napas dalam-dalam lalu berkata, "Kembalikan
jurnal itu, atau kita bertarung sampai salah satu dari kita mati!" hardik
Leon.
Tak disangka malah Professor Lexa tertawa
kencang seperti orang yang baru kerasukan. suaranya membahana di setiap Villa
itu. Setelah puas tertawa lalu dia berkata, "Aku memang mencari kematian,
jika kau tahu jalannya maka tunjukan kepadaku."
"Wanita ini sejak kapan menjadi gila
seperti ini'' pikir Leon.
Professor Lexa langsung saja menarik lengan
Leon, dan malah menagih kematian darinya. seperti orang yang baru saja
kerasukan, tenaganya ketika menarik Leon sangat kuat.
Leon semakin tidak mengenali wanita yang
sedang bertengkar dengan dia ini, lalu memilih pergi meninggalkan Professor
Lexa. Setelah Kepergian Leon, wanita itu terjatuh duduk dan mulai menangis
tanpa mengeluarkan suara.
'Bugh' Leon masuk ke dalam mobil,
"Kita ke tempat Carl!" perintahnya.
Gery pun langsung melajukan mobilnya ke
hotel tempat Carl menginap. Di rumah, Khansa terbangun karena merasa tidak ada
Leon di sisinya. 'Pergi kemana?' pikir
Khansa. Khansa mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Leon, "Kau
pergi kemana?"
Leon menstabilkan suaranya, menghapus emosi
di hatinya lalu menjawab dengan lembut, "Menjemput Carl," jawabnya
sembarang.
"Oh .." jawab Khansa yang sedikit
terkejut karena merasa jika hubungan adik dan kakak ini sepertinya akan
mengalami kemajuan.
"Ya sudah, hati-hati di jalan,"
ujar Khansa. "Emm ..." jawab Leon.
Sesampainya di hotel, Carl telah menunggu
Leon di lobi. Wajah kedua kakak beradik terlihat nampak serius.
"Katakan apa yang kau tahu!" ujar
Leon.
Carl duduk dengan sedikit santai, "Apa
yang ingin kau tahu?"
"Tujuanmu datang ke Indonesia?"
jelas Leon.
"Karena Khansa,'' jawab Carl tanpa
berbasa-basi.
Tangan Leon mengepal keras, menahan diri
agar tidak memukul Carl, "Apa kau sedang menantangku?"
Carl menjawab hanya dengan tersenyum, ini
pertama kalinya Leon berinisiatif mencarinya, jadi jelas dia ingin mengerjai
kakaknya ini sebagai hukuman darinya.
Carl pun berkata, "Apa kau sudah
menemui Mom?"
Raut wajah Leon langsung berubah, ternyata
Carl tahu jika Gery mengikutinya dan membiarkan dia melaporkan kepadanya
tentang keberadaan Professor Lexa.
Melihat jika Leon diam saja, maka Carl pun
berkata lagi, "Aku sedang mencari Papa kita!"
Leon berdiri, kali ini mengepalkan kedua
tangannya, dia sangat membenci Papanya karena waktu itu membiarkan Professor
Lexa memasukan dirinya ke rumah sakit jiwa.
"Duduklah ... aku melihat ada hal yang
aneh dalam keluarga kita!" ujar Carl.
Leon menaikan satu alisnya, dan teringat
tentang kejadian sebelumnya dengan Professor Lexa. Dalam hati memang mengakui
jika dia juga melihat keanehan itu.
Leon pun duduk kembali, "Katakan apa
maksudmu?"
"Mom berkata kepadaku, jika
tindakannya selama ini karena untuk kebaikan kita semua," jelas Carl.
"Untuk kita?" tanya Leon.
"Entahlah aku merasa Mom sedang di
bawah ancaman," jelas Carl lagi.
"Katakan kepadaku! Apa kau pernah
melihat dimana Papa kita dimakamkan?" tanya Carl.
Leon mengernyitkan alisnya, selama ini dia
tidak mau tahu dan tidak mau cari tahu hal-hal yang berkaitan dengan Tuan Besar
Sebastian.
Carl berkata lagi, "Aku pun tidak
pernah melihat ada acara pemakaman, ataupun letak makam Papa kita. Mom tidak
pernah memberi tahu, bahkan tidak ingin membicarakan tentang kematian
Papa," jelas Carl.
Penutup
Bab 157 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 157 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 157 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.