Bab 155 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 155
Karena kedatangan tamu maka Khansa
menyiapkan hidangan spesial untuk Carl. Malam ini ruang makan di rumah mereka
nampak ramai. Semua berkumpul untuk makan Bersama, Bibi Fida dan juga Kakek
Isvara ikut juga untuk makan Bersama. Bagi Khansa ini adalah keluarga barunya,
Carl sudah duduk dengan tenang meski menerima tatapan agak sinis dari Leon.
Demi landak kecilnya maka dia memilih
berdamai sesaat dengan Carl. Khansa berdiri ketika Paman indra membawa Kakek
Isvara masuk ke dalam ruang makan. Dia menarik kursi yang ada di depan Carl.
Melihat raut wajah Kakek, carl mengernyitkan alisnya. Namun tidak berkata
apa-apa.
Setelah selesai makan, carl mendekati
Khansa lalu berkata, “Apa kakekmu sedang sakit?" tanya Carl.
“Iya” jawab Khansa.
“Sepertinya dia baru saja mengalami
pendarahan otak,” ujar Carl lagi.
“dari mana kau tahu?” tanya Khansa lagi.
“Pendarahan otak sebelah kanan," Jelas
Carl lagi.
“Darimana kau tahu?" tanya Khansa
lagi.
“Aku perhatikan bagian sebelah kiri Kakekmu
seperti berbeda gerakannya dengan tubuh bagian kanannya," jawab Carl.
Khansa langsung saja memeriksa Kakek
Isvara, tinggal agak lama di Los Angeles dan begitu pulang langsung saja
siksaan ranjang mendera, membuat Khansa sedikit lalai menjaga Kakek.
Khansa memperhatikan wajah bagian kiri Kakek
Isvara, dan juga jar-jari tangan kakek Isvara, “Kakek bisa coba mengepal yang
keras tidak?”
Lalu juga Khansa memeriksa tapak kaki kakek
Isvara, “Ciri-ciri pendarahan otak," gumamnya pelan.
“Bisa temani aku ke rumah sakit!"
pinta Khnasa kepada Carl.
"Ayo!" jawab Carl bersedia.
“Mau kemana?" tanya Leon.
“Rumah sakit," jawab Carl.
"Ada apa? Siapa yang sakit?” tanya
Leon lagi sambil memegang tangan Khansa dan meletakan tangannya di kening
istrinya itu.
“Tidak demam," ujar Leon.
“Ish bukan aku ...” ucap Khansa seraya
menepis tangan Leon yang ada di keningnya.
“Aku akan membawa Kakek ke rumah
sakit," jelas Khansa.
“Jika begitu aku ikut," jawab Loen
sembari berjalan menabrak bahu Carl.
Carl tidak ingin berdebat, dia hanya
tersenyum melihat kakak tirinya ini sedang cemburu kepadanya. Mereka bertiga
mengantar Kakek Isvara ke rumah sakit. Sesampainya di sana, kakek Isvara
langsung di tangani dengan cepat.
Carl dan Khansa selalu mendampingi selama
pemeriksaan, CT SCAN dan lain-lain. Di dalam ruangan tunggu VIP. nampak Carl
sedang membaca hasil-hasil pemeriksaan itu.
Leon memandangi dengan tatapan ingin
melemparkan busur panah kepada Carl, karena nampak berbincang lancar dengan
istrinya itu mengenai Kesehatan kakek Isvara.
Sedari dulu Loen tidak menyukai pria dengan
berseragam putih panjang yang ada di rumah sakit, karena adiknya ini adalah
seorang dokter yang handal di dunia medis, dan melihat pria berseragam jas
putih panjang selalu membuat dia teringat dengan adik tirinya ini.
Dan sekarang bisikan-bisikan cemburu telah
mendera hati dan pikiran Leon, melihat keduanya sama-sama jenius dalam dunia
medis, sama-sama muda, satu tampan dan satu cantik. Bukankah mereka terlihat
sempurna.
Leon berdiri lalu mengambil berkas hasil
pemeriksaan Kesehatan kakek Isvara dari tangan carl. Dia juga mulai ikut
membacanya, meski tidak sejenius carl namun, dia dapat memahami isianya. Jika
pendarahan otak yang sekarang di derita Kakek Isvara akan bisa cepat sembuh
dengan perawatan yang baik.
Jika bukan Karena Carl yang memperhatikan,
seandainya terlambat di tangani maka kakek Isvara akan dipastikan terkena
serangan stroke berat. Karena hal inilah Leon bisa menekan rasa cemburunya.
Setelah membaca hasil laporan itu, maka
Khansa bisa merasa tenang, karena bisa merawat kakek di rumah. Tidak perlu
rawat inap di rumah sakit. Ketika mereka bertiga berjalan di koridor rumah
sakit, tiba-tiba terlihat Maharani berjalan mendekati mereka.
“Mengapa kau membuat anakku sakit!?” teriak
marah Maharani sambil menunjuk kearah Leon.
Khansa merasa bingung mendengar tuduhan
Maharani, Khansa menepis tangan Maharani yang sedang menunjuk-nunjuk suaminya
itu dengan emosi, “Turunkan tanganmu!”
“Katakana apa maksudmu mengaitkan sakit
anakmu dengan suamiku?" tanya Khansa tidak kalah marahnya.
Dua kakak beradik tampan itu hanya bisa
saling memandang lalu melemparkan pandangannya lagi kepada kedua wanita yang
sedang sengit tengkar di depan mereka.
Maharani menggulung lengan panjang
kemejanya dan berkata lagi, “Yenny tiba-tiba masuk rumah sakit karena muntah
darah, tepat di hari kedatangan Tuan Sebastian ke kediaman Isvara.”
“Apakah itu betul?” tanya Khansa.
Leon menjawab, "Aku memang ke sana,
tapi bahkan aku tidak menyentuh dia sama sekali.”
“Bohong! Kau pasti sudah meracuni Yenny
bukan?” Hardik Maharani lagi.
Carl pun berinisiatif menawarkan diri untuk
memeriksa keadaan Yenny, “Nyonya, aku adalah doktter. Bolehkah mengijinkan aku
untuk memeriksanya juga?”
Maharani melihat kearah Carl, melihat
nampaknya pria yang berdiri di depannya itu terlihat sangat terpelajar maka
akhirnya mengijinkan. Khansa meminta supir untuk mengantar Kakek Isvara untuk
pulang terlebih dahulu. lalu, mereka berdua pergi ke kamar rawat inap Yenny,
sementara Leon mengantar sebentar Kakek Isvara ke mobil mereka.
Begitu masuk terlihat Yenny sedang
terbaring, tulang rahang wajahnya semakin terlihat mencekung, Yenny kehilangan
berat badan secara drastis. Carl langsung saja maju untuk memeriksa Yenny.
Dia berdiri sambil bersedekap dan mengamati
gejala-gejala yang ada di tubuh Yenny. Carl memeriksa mata Yenny yang terlihat
aneh. Khansa juga ikut melangkah maju berdiri di sisi Carl, dan memperhatikan
raut wajah Yenny.
Sebuah pepatah lama mengatakan bahwa wajah
mengatakan segalanya. Bahkan, jika berkata bohong dapat dideteksi dari wajah.
Namun, ternyata bukan hanya kebenaran kata-kata ataupun kepribadian saja yang
dapat dideteksi dari wajah. Kondisi kesehatan tubuh dan keadaan mental pun
dapat dideteksi dengan melihat wajah
Dengan melihat daerah tertentu pada wajah
akan diketahui kesehatan organ dalam dan kondisi emosional seseorang. Semisal
jika mengalami gangguan kulit seperti jerawat yang muncul di lokasi yang sama
pada wajah secara berulang-ulang maka ada masalah kesehatan tertentu yang lebih
harus di perhatikan.
Yenny menepis tangan, Khansa yang ingin
menyentuh wajahnya, "Singkirkan tanganmu!" hardik marahnya.
“Nona kedua Isvara ini begitu hebat, meski
sakit parah tapi masih memiliki tenaga untuk melawanku," ujar Khansa.
“Jangan sentuh dia, Kakakku tidak butuh
bantuan kepadamu, Kau ini bukan dokter!" hardik marah Jihan kepada Khansa.
Carl menoleh kepada Khansa lalu bertanya,
“Mereka ini siapa, keluargamu?" tanya Carl.
“Bukan ... mereka adalah sekelompok orang
asing!" jawab Khansa.
Khansa lalu berkata lagi, "Katakan apa
yang kau lihat?” tanyanya kepada Carl.
“Terlihat ada pertumbuhan selaput jaringan
berbentuk segitiga berwarna merah muda yang muncul pada bagian putih bola mata.
jika ini terus tumbuh dan menyebar sampai menutupi kornea atau bahkan pupil
mata, maka akan mengganggu penglihatan Yenny," jelas Carl.
“Buta?” tanya Khansa.
“Kemungkinan," jawab singakat Carl.
Carl balik menoleh kepada Khansa lalu
berkata, “katakan apa yang kau lihat?”
Khansa melihat tanda sisa jejak ruam merah
di pipi tengah Yenny, lalu berkata, “ada ruam ringan di pipi tengah, ini adalah
indikasi bahwa tubuh sedang kekurangan oksigen."
“Lalu apa lagi?” tanya Carl.
Khansa memperhatikan bagian mulut Yenny,
melihat bibir bersisik dan kering lalu dia berkata “Dehidrasi parah,"
“Apa lagi?” tanya Carl.
Khansa menjulurkan tangannya untuk melihat
bagian dagu Yenny, mengamati sebentar lalu dia mengatakan analisanya, Dagu
berhubungan dengan ginjal dan kandung kemih.
Ketidakseimbangan hormon dapat terlihat
pada daerah wajah ini. “Ada tanda-tanda penggumpalan darah di dagu, ini bisa
jadi tanda-tanda bahwa ginjal terlalu lelah.”
“Apa yang kau katakana? Jangan
menakuti-nakuti kami!” hardik marah Maharani sembari mendorong Khansa yang
langsung saja di tangkap oleh Carl.
Khansa menyeimbangkan berdirinya, "Aku
berkata benar!” balas kata marahnya.
“Lihat saja dahi tengahnya!” perintah
Khansa.
“Daerah ini berhubungan dengan beberapa
organ seperti jantung, usus halus dan kandung kemih. Jika bagian ini memerah
dan bersisik, itu artinya saluran pencernaan bermasalah," jelas Khansa
lagi.
“Bedasarkan analisaku, kau pasti tidak
sekali dua kali pernah mengalami muntah darah bukan?” tanya Khansa kepada
Yenny.
Penutup
Bab 155 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 155 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 155 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.