Bab 154 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 154
Leon berdiri lalu berkata kepada Gery,
“Kita pergi ke kediaman Isvara.”
Leon pun segera kembali ke kamar utama.
Namun, dia menghentikan langkahnya dan bergumam kecil , “Air jahe.”
Leon memutar balik langkahnya untuk pergi
ke dapur, membuatkan air jahe permintaan landak kecilnya itu. Tidak membutuhkan
waktu lama karena dia sering membuatkan ini untuk pengantin kecilnya itu.
Segelas air jahe hangat pun telah mendarat
di atas nakas, Loen duduk di sisi ranjang besar mereka. Lalu membungkukan
tubuhnya dan sedikit memeluk Khansa lagi dan berkata, "Aku akan pergi
sebentat, kau pulihkan tenagamu saja ya. Aku akan cepat kembali,” ujarnya
sambil mengecupi puncak kepala Khansa yang nampak sudah mulai terlelap.
Leon segera membersihkan diri, berpakaian
rapi lalu pergi ke kediaman Isvara Bersama Gery. Di dalam perjalanan, Gery
memberikan berkas-berkas perkejaan. Leon membacanya lalu membubuhkan tanda
tangan persetujuan.
Leon baru saja mengakuisisi perusahaan obat
Isvara secara rahasia, Dengan menggunakan identitas orang lain, untuk kelak
nanti dikembalikan kepada Khansa, si pemilik asli. Demi landak kecilnya itu
maka Loen memilih bergerak dalam senyap, dan bukan gayanya juga yang mau selalu
unjuk diri.
Leon melihat sekeliling kediaman Isvara,
entah mengapa di pandangan matanya itu terlihat sedikit suram. Jane kebetulan
baru saja keluar kamar dan melihat wajah tampan di depannya lalu segera saja
dia menyapanya. “Tuan Sebastian,”
“Apakah datang mencari ayah mertua?"
tanya manis Jane seraya mengusap-usap perutnya.
Leon bergeming lalu malah Gery yang
menjawab, “Panggilkan Yenny Isvara!"
Raut wajah Jane langsung berubah
"Mengapa dia mencari Yenny, apakah mereka menjalin hubungan di belakang
Khansa" pikirnya.
“Direktur Sebastian,” sapa Yenny.
Leon langsung saja berkata tanpa
berbasa-basi, “Ada hal yang perlu aku bicarakan kepadamu!"
“Jika begitu, sebaikanya kita bicara di
ruang kerja saja. Udara di ruang tamu ini seperti sedikit berbau busuk,"
ujar sarkas Yenny kepada Jane.
Mereka pun berpindah ke ruang kerja, Leon
pun langsung berkata tanpa berbasa-basi, “Apa kau menjual jurnal medis
Stephanie?”
Raut wajah Yenny berubah dalam hati
bertanya “Darimana dia mengetahui tentang itu"
“A-aku ... aku ...” Yenny terbata tidak
bisa menjawab. Gery maju ke depan Yenny dan berkata, “Nona sebaiknya kau
berkerja sama dengan kami!"
“B-bekerjasama apa?" tanya Yenny
sedikit gemetaran.
“Hubungi professor Lexa!” ujar Gerry
sembari mengambil ponsel Yenny dari tangannya.
“Tidak ... tidak mau," jawab Yenny
dengan ketakutan.
Wajah Leon nampak marah ketika mendengar
jawaban Yenny, “Apa kau sedang menantangku!"
Yenny terjatuh duduk gemetaran, Lexa dan
Leon adalah sama-sama orang yang tidak bisa dianggap enteng, dia lalu berkata,
“Kau tidak tahu Professor Lexa itu seperti apa" jawab Yenny dengan sedikit
memelas.
“Aku yang paling tahu dia wanita seperti
apa, jawab Leon.
“K-Kau mengenalnya?" tanya Yenny.
Leon berkata lagi, “Aku menginginkan jurnal
itu kembali!” perintahnya dengan nada dingin.
Yenny semakin panik, dia berdiri memegangi
perutnya lalu tiba-tiba dia muntah darah lagi. Gerry memapah tubun Yenny yang
terlihat tidak baik-baik saja.
“kau kenapa?" tanya Gery.
Yenny kehilangan kesadarannya, Ambulance
pun segera datang untuk membawa Yenny ke rumah sakit. Maharani melihat keadaan
ini rasanya semakin ingin menggila, "Apa yang terjadi padanya? Kalian
apakan dia?” hardiknya, Leon berjalan acuh tak acuh, Gerry membukakan pintu
mobil lalu melajukan mobilnya. Sementara itu Khansa baru saja turun, ponselnya
berdering melihat nama yang tertera di ponselnya sedikit membuat dia tertegun,
dia pun menjawabnya, “Carl.”
“Ya aku di Indonesia, bukankah kau bilang
jika aku di Indonesia maka kau akan mengundangku untuk makan malam?" ujar
Carl menagih janji Khansa.
“Kau menginap di mana?" tanya Khansa.
“Aku baru saja tiba di Palembang?” bukankah
ini kota tempat tinggalmu.
“Iya," jawab Khansa.
“Aku sedang ada keperluan di Jakarta,
karena ku pikir sedang ada di Indonesia maka sekalian saja aku mengunnjungimu.
Ini seperti pepatah mendayung sekali dua
tiga pulau terlampaui," ujar Carl sembari tertawa.
“Aku akan memberikan alamatnya
kepadamu?" jawab Khansa.
Carl membaca alamat rumah yang Khansa
berikan, lalu bergumam pelan 'Bukankah ini alamat kakak'.
Asisten carl datang dengan sebuah mobil,
hitam pekat. Mereka pun meluncur ke rumah Khansa. Begitu juga dengan Leon. Di
dalam mobil Leon berkata, “Bersiaplah kita akan mendatangi Ibu tiriku!”
Gerry mulai merasakan sebuah aura reuni
panas antara keluarga, Selama bekerja di sisi Leon, ini pertama kali Tuannya
itu berinisiatif datang mencari ibu tirinya.
Mobil Loen dan Carl tiba secara bersamaan,
Kedua mobil hitam pekat itu berhenti dengan sejajar. Kakak dan Adik itu
memiliki selera yang sama.
Sama-sama menyukai warna hitam pekat. Carl
turun dari mobilnya dan menyapa Leon dengan sopan, "Apa kau tinggal di
sini?”
“Ini rumahku, dan kau mau apa datang ke
sini?" tanya Leon.
“Khansa mengundangku ke sini," jawan
Carl.
Tiba-tiba saja mata Carl melebar, “K-kau
... dia ... tinggal di sini? Bersama?”
“Tentu saja, suami istri bukankah memang
harus tinggal serumah," jawab Leon.
'istri' pikir Carl.
Ketika mereka berdua sedang bicara,
datanglah Khansa menyambut suami dan adik ipar, “Kalian sudah datang,"
Leon langsung saja merangkul bahu Khansa,
lalu berkata “Istri,” sambil menatapi cari.
Melihat raut wajah limbung Carl, maka
Khansa langsung saja mengajaknya masuk. Leon tidak ingin rebut-ribut dengan adik
tirinya ini karena menjaga perasaan khansa yang terlihat sangat senang karena
kedatangan tamu.
Paman Indra membawa Carl ke kamar tamu,
Leon sedikit tertawa dulu rumah ini begitu sunyi. Tapi semenjak dia memilik
landak kecil, rumah ini tiba-tiba menjadi lebih ramai. Leon membuka pintu kamar
Carl.
Tanpa basa-basi di duduk di sofa, lalu
bertanya, "Apa karena ibumu maka kau jauh-jauh datang ke sini?”
“Apa kau masih marah kepadaku, karena ibuku
memasukan kau ke rumah sakit jiwa waktu itu?” tanya Carl.
Rahang Leon mengeras, karena trauma berat
yang dirasakan oleh Leon waktu itu membuatnya mengalamoi tekanan batin berat.
Lalu diputuskan untuk mengirimnya ke rumah sakit jiwa untuk diberikan perawatan
terbaik. Jika bukan karena Nenek Sebastian yang menjemput Leon, maka mungkin
sampai hari ini dia akan berada di rumah sakit jiwa terkutuk itu.
“Percayalah, itu semua karena untuk
kebaikanmu di saat itu," jelas Carl.
“Bagaimana jika aku memasukanmu ke rumah
sakit jiwa juga, agar kau merasakan penderitaanku waktu itu!” ujar Leon dengan
nada sedikit mengintimidasi.
Pembicaraan serius mereka terhenti karena
ketukan pintu kamar Carl, itu adalah Khansa yang memangil. Leon segera saja
membuka pintu, lalu menggandeng tangannya tanpa memberikan waktu baginya untuk
berbicara dengan adik tirinya itu.
“Eh ada apa?" tanya Khansa bingung.
“Dia akan bersalin baju, jadi mana boleh
kau melihat pinggang lain selain pinggangku," jawab sembarang Leon.
Penutup
Bab 154 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 154 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 154 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.