Bab 153 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 153
Leon menatapi layar ponselnya yang
menggelap lalu melihat ke arah Kakek Isvara. Terlihat guratan semakin menua di
kening antara dua alisnya. Bagaimana pun juga Kakek Isvara ini adalah salah
satu orang yang di sayangi oleh landak kencilnya itu. Maka tak peduli bagaimana
perlakuan buruk Fauzan pada Khansa, Kakek Isvara akan tetap aman di bawah
perlindungannya.
Leon mensejajarkan dirinya berdiri di sisi
Kakek Isvara lalu berkata, "Jika aku berhitung dengan Fauzan Isvara dan
keluarganga, apakah Kakek akan membenciku?"
Kakek Isvara menoleh kepada Leon, berpikir
sejenak jika apa yang tadi baru dia dengar, pasti maksudnya Leon akan
melindungi Khansa, jadi jika suatu saat melakukan perhitungan dengan Fauzan
demi keselamatan Khansa maka Leon meminta ijin agar diperbolehkan.
Merasa jika pria yang berdiri di depannya
begitu memikirkan perasaannya dan juga memikirkan Khansa maka Kakek Isvara
mengangguk, memperbolehkan Leon jika mau berhitung-hitung dengan Fauzan.
Leon pun merasa puas dengan jawaban dari
Kakek Isvara lalu berkata, "Beristirahatlah, tidak perlu mengkhawatirkan
apa-apa lagi?"
Leon keluar dari kamar itu, mengambil
ponselnya, menekan sebuah nomor dan terdengarlah suara Arthur yang tengah
mengantuk, "Ada apa?"
"Orang yang mencari jurnal pertama dan
ketiga apakah masih berada di Indonesia?" tanya Leon.
"Emm ..." jawab Arthur sedikit
mengulet
"Maksudmu iya?" Tanya Leon
mamastikan.
"Iya ... iya ... iya," jawab
Arthur menegaskan.
Leon menutup sambungan ponselnya begitu
saja, Arthur mengernyitkan alisnya seraya bergumam, "Sudah membangunkan,
hanya bertanya satu pertanyaan."
Leon beranjak dan pergi dari kamar Kakek
Isvara, mencari Khansa. Namun, tidak menemukannya. Dia bergegas mencari di luar
rumah. Akan tetapi, tidak menemukannya juga.
Hatinya mulai berdentum kencang, raut
wajahnya sudah mulai berubah. Ketika melihat Khansa berjalan sambil membawa
keranjang kecil berisi tanaman, Leon segera berlari kearahnya dan langsung
memeluknya.
“Dilarang berpergian sendiri!"
ujarnya.
Khansa balas memeluk, "Ada apa?"
"Dari mana, mengapa tidak
memberitahuku?" jawab Leon.
"Aku hanya mencari beberapa daun
herbal," jawab Khansa.
Rumah mereka ini dekat dengan perbukitan,
ini membuat Khansa senang mencari daun-daun herbal
"Jika kau begitu menyukai tanaman
herbal maka aku akan membuatkan kebun apotik obat untukmu!"
Khansa menarik tangan suaminya itu, lalu
mengajaknya duduk di bangku teras mereka, "Apa kau tahu? Ada beberapa
tanaman herbal yang hasilnya akan sangat bagus jika dihasilkan oleh alam
sendiri."
Leon menggelengkan kepalanya, lalu berkata,
"Aku hanya khawatir saja ..." jelasnya.
"Aku bisa menjaga diriku dengan baik,
lagipula ada kau yang akan menjagaku dengan lebih baik bukan?" jelas
Khansa.
Leon langsung saja bersimpuh di depan
Khansa, lalu memeluknya dan mengecupi puncak kepala istrinya itu.
"Aku mencintaimu Nyonya
Sebastian," bisik Leon.
"Aku lebih mencintaimu," jawab
Khansa dengan tatapan teduhnya.
"Kau pasti lelah, bagaimana jika
sekarang kita mengecek ranjang, dan lihat apakah itu masih bagus atau perlu
diganti," ujar Leon sembari melengkungan senyum di bibirnya.
"Hish mengecek ranjang, mengecek
dengan cara membantingku di ranjang?" Khansa menjawab balik lelucon
suaminya itu.
"Emm ... bisa ya, bisa tidak,"
jawab Leon lagi sambil tertawa.
Jika Khansa dan Leon semakin manis, maka
ini belum berlaku bagi Rendra dan Emily. Sesampainya di Villa mawar kuning,
begitu masuk ke rumah, Rendra langsung memeluk Emily dari belakang.
"Aku mencintaimu," bisik Rendra.
Emily mengusap lembut kedua tangan Rendra
yang sedang memelukinya itu lalu berkata, "Aku tahu."
Emily membalikan badannya, berjinjit lalu
menciumnya, "Aku juga mencintaimu."
Rendra langsung saja menggendong tubuh
Emily dan membawanya berputar-putar karena merasa amat senang. Sikap ibunya
tidak merubah perasaan cinta istri kepadanya.
Meski perjalanan kisah cinta mereka tidak
semanis madu. Namun, bagi Rendra sudah lebih dari cukup mendapati Emily mau
berdiri di sisinya dengan tulus. Sementara itu, di kediaman Isvara yang tidak
mengenal sama sekali apa itu ketulusan, suhu di kediaman itu semakin memanas
karena Fauzan memutuskan jika Jane Gautama bisa tinggal juga di kediamam
Isvara.
"Apa kau gila!" hardik Maharani
kepada Fauzan.
"Dia mengandung anak-ku," jawab
ringan Fauzan.
"Ayah aku tidak terima jika wanita
j“lang itu tinggal bersama kita!" teriak Jihan.
"Jika tidak terima maka kau bisa cari
tempat tinggal lain!" jawab ringan Fauzan lagi.
Setelah mengatakan itu, Fauzan pergi
meninggalkan ruang keluarga dan menuju ke kamar Jane.
Nampak Jane masih terbaring di ranjang,
masih merasa lemas karena perlakuan Maharani sebelumnya, "Apakah sudah
merasa lebih baik?" tanya Fauzan.
"Sedikit," jawab Jane.
Aku ada kabar baik untukmu, "Mulai
hari ini kau akan tinggal di sini bersama kami."
"Kita akan menjaga bayi ini bersama,
apa kau senang?" tanya Fauzan.
Jane langsung saja memeluk Fauzan,
"Tentu saja senang, bayi kita juga pasti akan merasa senang karena
berdekatan dengan ayahnya, jawab manis Jane.
Fauzan mencubit lembut hidung Jane, dari
balik pintu Maharani menatapi dengan hati penuh kemarahan, "Awas saja, kau
tidak akan mendapatkan hari-hari yang damai selama kau di sini" ancam
Maharani.
Masing-masing sibuk dengan permasalahannya
sendiri-sendiri, tapi Gery malah sibuk dengan permasalahan tuannya. Dengan
cepat dia mengendarai motornya menuju ke rumah tuannya.
Begitu sampai, dia membuka helmnya
meletakan dengan sembarang di jok motornya.
"Tuan Sebastian?" tanya Gery
kepada Paman Indra.
"Sedang beristirahat bersama
Nyonya," jawab Paman Indra.
"Tidak bisakah dibangunkan?"
tanya Gery lagi.
"Bangunkan saja kalau berani dan jika
kau ingin Flash dilemparkan kepadamu," jawab Paman Indra setengah tertawa.
Gery pun mengelus-elus tengkuk lehernya,
dan memilih duduk di sofa menunggu Tuannya bangun. Di dalam kamar, Loen
merangkul pinggang ramping istirnya sambil menciumi bahu Khansa dan berkata,
"Satu kali lagi ya!" pintanya.
"Tidak ... tidak ... sudah tidak kuat
lagi," jawab Khansa seraya mencubit lengan kuat Leon yang sedang melingkar
di lehernya.
"Emm ... aku ingin minum air jahe,
bisa buatkan tidak?" pinta Khansa sembari membalikan badannya dan
menggesek-gesek hidungnya ke hidung Leon.
Leon mengecup-ngecup bibir manis Khansa,
lalu bangkit dari ranjangnya untuk membuatkan air jahe permintaan landak
kecilnya itu. Begitu Leon Keluar, Khansa langsung duduk dan menepuk-nepuk
punggungnya sendiri, "Hissh benar-benar pria tidak tahu batas," gumam
Khansa.
Begitu Paman Indra melihat tuannya keluar
dari kamar, langsung saja memberi tahu jika Gery tengah menunggunya. Leon
langsung saja menuju ke ruang tamu dengan masih memakai kimono piyamanya.
Gery agak merasa canggung melihat di leher
tuannya itu ada jejak tanda merah, "Tuan ini berkas yang tuan pinta,"
ujar Gery.
Leon mengambilnya dan dengan segera
membacanya, orang yang ingin tuannya ketehui itu adalah Professor Lexa, ibu
kandung Carl Sebastian.
"Jadi wanita ini yang memberikan 40
Milliar kepada Yenny Isvara'' ucap Leon dalam hati.
Penutup
Bab 153 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 153 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 153 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.