Bab 152 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 152
Yenny yang mendengarnya langsung saja
berdiri dari kursinya seraya berkata, "Tidak bisa!"
Kali ini Khansa tidak akan melunak, setelah
mengetahui jika dirinya tidak ada hubungan darah dengan Yenny dan Jihan. Dia
datang ke kediaman Isvara hanya ingin menjemput Kakek Isvara.
Ketika masa kecil Khansa, hanya Kakek
Isvara yang tetap baik kepadanya meski ibunya sudah tidak ada. Tanpa ragu dia
melontarkan perkataan mengancam, "Jika berani mengahalangi, maka jangan
salahkan aku jika nanti sedikit memberi pelajaran finansial kepada
kalian."
Fauzan langsung saja menarik Yenny dan
melemparkan tubuhnya ke sofa, lalu dia berkata "Jika ingin membawa Kakek
pergi, maka bawa saja."
Fauzan sudah merasa pusing dengan empat
wanita yang sedang mengelilinganya saat ini. Jadi satu orang berkurang, itu
sama saja seperti hilang satu beban. Leon mengangguk kepada kepala pengawal
agar segera membawa Kakek Isvara pergi dari kediaman Isvara.
Fauzan melihat Jane yang masih terduduk
lemas di sofa, lalu menghampirinya dan bertanya, "Apakah bayinya baik-baik
saja?" tanyanya.
Maharani yang melihat suaminya berlemah
lembut dengan wanita lain di depan mata kepala sendiri. Langsung saja mengambil
vas bunga dan memecahkan vas itu di kepala Fauzan. Dari dahinya mengucur darah
segar. Dia sedikit terhuyung dan pandangan matanya mulai mengabur.
Leon menarik tangan Khansa untuk pergi
meninggalkan kekacauan dan orang-orang yang kacau itu. Kakek Isvara duduk
dengan tenang di dalam mobil lalu dia bertanya, "kita akan kemana?"
"Kakek, mulai sekarang Kakek akan
tinggal bersama kami," jawab lembut Khansa.
"Kakek mau kan?" tanya Khansa
lagi.
Kakek Isvara memandang ke arah Leon dan
Khansa dengan mata yang basah karena menangis, lalu dia mengangguk tanda jika
setuju dengan pengaturan dari Khansa. Sementara itu Emily baru saja tiba di
kediaman Kawindra, dia membuka sabuk pengamannya, lalu terdiam sejenak
menghirup napas dalam-dalam dan mengumpulkan keberanian.
Rendra membukakan pintu mobil, Emily
memandanginya lalu dengan perlahan turun dari mobil. Mereka berdua saling
berpengangan tangan dan masuk ke dalam.
Rendra membawa Emily ke ruangan kerja
ibunya. Begitu masuk terasa suhu udara seperti mendingin. Nyonya Kawindra telah
menunggu kedatangan mereka dengan tatapan dingin dan benci.
"Ibu," sapa panggil Emily.
Nyonya Kawindra menatap kepada Rendra,
"Segera ceraikan dia!" perintahnya.
Baru saja Rendra ingin maju dan menjawab perkataan
ibunya. Namun, malah di halangi oleh tangan Emily. Lalu dia berkata
"Ibu,tentang ini aku tidak setuju. kami saling mencintai, meski ibu tidak
setuju kami harap ibu tetap menerimanya," jelas Emily.
"Meski Ibu membenci kami. Tapi, kami
akan tetap menjaga ibu suka atau tidak suka," jelas Emily lagi.
"Saat ini kami sudah menikah, dan
mungkin sebentar lagi kami akan memberikan Ibu sepasang cucu yang menggemaskan,
bukankah itu terdengar bagus," ujar Emily.
Dalam telinga Nyonya Kawindra, perkataan
Emily itu seperti sedang meledek dirinya, dengan impulsifnya dia malah
memecahkan sebuah guci kuno.
Rendra langsung menarik Emily dan
merangkulnya sambil memperingatkan ibunya itu, "Bu Emily adalah
istriku," ujarnya.
"Jadi kau lebih memilih dia daripada
aku, Ibumu ini?" hardik marah Nyonya Kawingdra.
"Bu, aku mohon jangan seperti
ini!" pinta Rendra.
"Baik jika kau tidak mau menceraikan
dia, maka Ibu yang akan pergi dari kehidupanmu!" ujar keras kepala Nyonya
Kawindra.
Dengan tenang Emily berkata, "Sejauh
apa pun ibu pergi dari kami, tidak akan mengubah jika kami adalah anak ibu.
kami tetap akan datang berkunjung untuk bertemu dengan ibu."
Emily menarik tangan Rendra untuk keluar
dari ruangan kerja ibu mertuanya itu.
Setelah jalan beberapa langkah barulah
Emily berhenti melangkah dan mulai sesegukan menangis.
Rendra pun langsung saja memeluk Emily
dengan penuh kehangatan sambil berkata, “kita akan menyelesaikan juga
menghadapi ini dengan bersama-sama ok."
Emily menarik napas dalam-dalam, mengingat
janjinya dengam Khansa, jika mereka berdua bersepakat untuk kuat menyelasaikan
permasalahn-permasalahan berat di keluarga mereka.
Rendra membawa Emily kembali ke rumah milik
pribadinya. Mereka pun tiba di sana, Emily merasa tercengang melihat jika
suasana rumah kali ini tampak berbeda.
Rendra melakukan dekor ulang rumah dengan
di isi oleh hal-hal yang di sukai Emily, mulai dari warna dan juga jenis bunga
yang di sukai oleh istrinya itu.
Rendra langsung membawa Emily ke kamar
utama, kali ini dalam lemari mereka bukan hanya ada kemeja dan aneka busana
lain miliknya. Tapi juga baju Emily dan keperluan asesoris lainnya seperti tas
dan sepatu.juga perhiasan sudah tersusun rapih.
"Apa menyukainya?" tanya Rendra.
Emily sedang melihat-lihat baju tidur yang
Rendra siapkan, lalu bergumam "Dasar mesum"
Rendra langsung merangkul pinggul ramping
Emily, dan berbisik, "Apa kau mau memakainya malam ini?"
"Emm ..." jawab Emily sembari
berjalan lalu malah mengambil sebuah kemeja putih lengan panjang milik Rendra,
"Aku akan pakai ini saja."
Rendra hanya tersenyum melihat
kesayangannya itu mengambil kemejanya dan masuk ke kamar mandi mereka dengan
cepat. Sementara itu Bibi Fida dan Paman Indra tengah menunggu kedatangan Leon
dan Khansa.
Begitu melihat Kakek Isvara turun, Bibi
Fida segera menghampirinya, "Syukurlah kau sekarang aman bersama
kami," ujarnya.
"Syukurlah kau juga baik-baik
saja," jawab Kakek Isvara.
Leon mengajak semuanya masuk ke dalam,
setelah sedikit lebih baik nanti maka Leon akan meminta kedua orang itu untuk
menceritakan apa yang mereka tahu tentang semua konspirasi yang telah terjadi.
Leon mengantarkan Kakek Isvara ke kamarnya.
Dari balik jendela terlihat pemandangan yang indah. Leon duduk di sofa seraya
memandangi Kakek Isvara yang sedang berdiri di depan jendela tinggi berwarna
putih itu.
Kakek Isvara mengerti maksud dari Leon
mengantarkan dia ke kamarnya secara pribadi. Kakek Isvara menoleh lalu berkata,
"Katakan apa yang ada di dalam pikiranmu?"
"Ceritakan, karena hal apa yang
membuat Kakek calaka dan menjadi koma?" Tanya Leon.
Kakek Isvara mengehela napas, lalu duduk di
sebelah Leon. Dan mulai bercerita, jika waktu itu dia dan putranya Fauzan
sedang berebut sebuah buku milik ibunya Khansa.
Fauzan nampaknya tidak sengaja mendorong
terlalu keras kepada Kakek Isvara sehingga membuatnya terjatuh berguling-guling
dari tangga dan terluka parah.
"Buku itu sudah tidak ditangan
Kakek?" tanya Leon penasaran.
"Tidak," jawab Kakek Isvara
sedih.
"Pada saat itu aku ingin memberikan
itu kepada Khansa, namun Fauzan merebutnya dan mengatakan jika itu akan lebih
berguna untuk Yenny," cerita Kakek Isvara.
Leon segera berdiri lalu mengambil
ponselnya, "Selidiki semua transaksi rekening Yenny Isvara,'' isi pesan
teks kepada Gery.
"Baik Tuan, jawab Gery yang baru saja
menyesap seteguk kopinya itu, dia pun segera bergegas mengerjakan perintah
tuannya itu.
Penutup
Bab 152 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 152 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 152 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.