Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Baca Novel Gratiss Di Sini

Bab 149 Novel Romantis Pengantin Pengganti

Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.

Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.

Novel ini terkenal dengan alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.

Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 149

“Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan bukan?” tanya Leon.

“Belum,” jawab Khansa.

“Apa lagi?" tanya Leon.

“Kematian ibuku," jawab serius Khansa.

Kali ini Leon marah lagi dengan Kekerasan kepala Khansa, dia memunggunginya lalu berkata dan menjelaskan tentang kematian ibunya Khansa, bagaimana peluru heart attack itu menembus jantung ibunya itu dan menghilang tanpa jejak di dalam aliran darah sehingga hanya dianggap sebagai serangan jantung biasa.

Khansa mendengarkan dengan mata menahan agar butiran bening putih itu tidak terjatuh ke pipinya. Leon langsung saja berlutut bersimpuh di depan istrinya itu. Dia memegang kedua tangan mungil istrinya yang nampak gemetar itu lalu menarik dan memeluknya.

“Semua akan baik-baik saja," janji Leon sembari menepuk-nepuk punggung Khansa.

“Kali ini jangan nakal ya, turut patuh apa kataku!" pinta Leon.

Novel Romantis Pengantin Pengganti
Novel Romantis Pengantin Pengganti

“Biarkan aku yang menyelesaikan ini, ujarnya lagi.

Khansa mendorong tubuh Leon, lalu bertanya “Apa kau juga tahu tentang kematian ibumu yang sebenarnya karena apa?" tanyanya.

Leon melepaskan pelukannya, lalu berdiri dan menghela napas panjang, “Ya aku tahu," jawabnya.

“Jadi kau sudah tahu?' tanya Khansa sembari berdiri menarik lengan suaminya itu.

Wajah Leon menyiratkan kesenduan yang mendalam, tentang hal ini dia juga baru mengetahuinya dari Arthur. Selama ini Arthur diam karena demi kebaikan Leon, Tidak ingin membuat trauma Leon semakin mendalam tentang kematian ibunya itu.

Melihat jika suaminya yang dingin arogan ini sebentar lagi akan menangis, maka Khansa segera memberinya pelukan yang menenangkan. Mereka saling menenggelamkan diri dalam pelukan itu. Saling menguatkan hati.

Leon tiba-tiba menggendong tubuh istri kecilnya itu, Khansa langsung saja merangkulkan tangannya ke leher suaminya itu, “Aku tidak ingin kehilangan wanita yang aku cintai lagi, jadi jangan nakal ya!" pintanya lagi.

“Turunkan aku dulu, baru kita bicara!" pinta Khansa.

“Tidak sampai kau menyetujuinya?" ujar Leon.

Khansa menangkap raut wajah Leon yang tak biasa, dia melihat ada rasa takut, rasa khawatir di wajah suaminya itu. Dan dengan berat hati akhirnya Khansa pun mematuhi pengaturan dari suaminya itu, “Baiklah aku berjanji.”

Mendengar jika Khansa sudah patuh berjanji, Loen barulah menurunkan tubuh Khansa sambil berkata, “Jika nakal lagi, maka aku akan menghukummu berkali-kali lipat di ranjang besar kita.”

Khansa mencubit pinggang kuat suaminya itu seraya berkata, “Dasar mesum." “Tentang Oracle bagaimana? Setidaknya biarkan aku menyelesaikan pekerjaanku di sana!" pinta Khansa.

“Tanpa menyelidiki apa pun, hanya bekerja saja!” Loen memberikan penawarannya.

“Emm... baiklah,” jawab patuh Khansa.

"Anak pintar” puji Leon sembari menciumi puncak kepala khansa.

Di Apartemen Rendra, suasana sejuk juga tengah menaungi pengantin baru itu. Emily sedang memasak untuknya. Dengan serius Emily melihat channel Youtube masakan yang di rekomendasikan oleh Kak Wan, lalu mulai memasuk-masukan sesuai dengan yang di instruksikan si koki dalam Channel itu. Beberapa kali tangan putih mulusnya terkena cipratan minyak panas.

Emily meletakan semua hasil masakannya di atas meja, lalu meminta Rendra untuk naik, makan bersama. Dia pun segera memenuhi panggilan istrinya itu untuk makan. Dia sengaja mengendurkan jadwal kerja Emily agar bisa melihatnya setiap saat jka dia sedang rindu.

Pintu lift apartemen terbuka, Emily segera mengandeng lengan Rendra dan membawanya ke ruang makan mereka. Melihat aneka lauk dan warna-warni makanan yang menarik itu, maka sontak saja membuat hati menjadi tertarik untuk memakannya. Dia menarik kursinya, duduk lalu tersenyum karena melihat istrinya itu mulai menyendokan nasi dan juga beberapa laukpauk.

Rendra mulai memasukan satu suap nasi dan lauk, Emily memperhatikannya sambil bertanya, “Enak tidak?"

Wajah Rendra memerah sambil terus mengunyah, lalu berkata dengan sedikit terbatuk, “Enak,” jawabnya.

Emily memperhatikan wajah suaminya itu, lalu mulai mengambil nasi dan satu jenis lauk lalu memakannya, tiba-tiba saja dia menyemburkan sendiri nasi dan lauk yang sedang dia kunyah. Dia terbatuk-batuk lalu mengambil gelas berisi air putih di depannya dan menyesapnya.

“Enak apanya, sudah jangan makan lagi," ujar Emily seraya menarik piring, sendok dan garpu yang sedang di pakai makan oleh Rendra.

“Kita pesan makan saja,” ujarnya lagi seraya mengambil ponselnya untuk memesan makanan.

Rendra tersenyum simpul, dari istirnya sewaktu kecil sampai sebesar ini dialah yang menjaganya seperti tuan putri dalam dongeng, jadi ketika mengetahui bahwa istrinya ini memasak untuknya sungguh rasa asin pun berubah menjadi rasa manis di mulut dan di hati.

Tiba-tiba Rendra menarik tangan Emily dan berkata, “Ini Kenapa?"

“Ah ini hanya sedikti terkena minyak panas tadi,” jawab ringan Emily.

Rendra segera menarik tangan Emily, “Eh ini kita mau kemana?" tanyanya.

"Ke dokter spesalis kulit,” jawab Rendra.

“Dokter kulit? Eh ini hanya lecet sedikit lho," protes Emily.

“Tidak bisa, itu luka bukan lecet," jawab Rendra lagi

“Tapi ... makanan kita?" ujarnya lagi.

“Staff-ku bisa menerimanya untuk kita,” jawab Rendra.

Pada Saat ini Emily dan Khansa sedang menghadapi situasi yang sama, sedang sama-sama mengahadapi suami-suami yang possessive, bahkan mungkin jika seekor nyamuk yang mendarat di kulit mulus istri mereka, jika seandainya bisa diajak gelut, maka pasti akan terjadi pergelutan.

Keesokan harinya, Emily dan Khansa kembali kepada rutinitas kerjanya setelah libur selama satu hari. Di Oracle nampak Carl sedang duduk tenang, memakan Mie Instant sambil menatapi pemandangan pagi dari balik jendela besarnya.

“Selamat pagi,” sapa Khansa kepada Carl.

Carl menoleh dan hanya menjawab dengan senyuman, lalu menyesap kuah Mie instant itu. Lalu bertanya, “Apakah sudah sembuh?”

"Ah iya sudah," jawab khansa sedikit canggung.

Melihat cup mie instant yang sedang Carl pegang, Kahnsa pun berkata, “Bukankah tidak baik memakan itu setiap hari?"

Carl melengkungkan mulutnya membentuk senyuman sembari melihat cup yang sedang dia pegang lalu membuangnya ke tempat sampah. Carl melangkah maju mendekati Khansa, “ Kau tahu terkadang melakukan hal-hal yang tidak seharusnya bisa jadi sangat menyenangkan juga.”

Mulut Khansa setengah menutup, yang tadinya ingin menjawab tapi urung karena merasa tidak ingin berdebat dengan adik ipar sendiri. Dia malah berkata,” Baiklah aku akan memulai pekerjaanku,” ujar Khansa.

Carl menatapi gadi kecil yang lincah seperti kelinci itu, kafokusannya teralihkan pada ponselnya yang baru saja menerima pesan, “Khansa Isvara adalah putri dari Stephanie dan Gala Quin”

Mata Carl berkedip-kedip ketika membaca pesan itu sampai seakan-akan rona merah terkuras dari wajahnya dan dia mengerutkan keningnya. Dia menatapi Khansa dengan penuh makna. Dia memasuki Oracle ini memang dengan maksud tertentu, mana sangka akan bertemu dengan putri dari pasangan jenius andalan Oracle Farmasi.

Melihat Khansa membangkitkan ingatan tentang insiden-insiden sebelumnya yang mengelilingi eksperimen biologis yang pernah Oracle lakukan dengan Laboratorium Biokomia yang di ketuai oleh Ahli Virologi, yakni Gala Guin, ayahnya Khansa.

Pada awalnya laboratorium itu diperuntukan untuk menjadi fasilitas penelitian rahasia untuk memerangi perang kuman. Bakteri yang dipelajari di Lab itu termasuk antraks, Virus yang sangat menular yang telah digunakan dalam serangan ****** ketika melakukan terror.

Antraks yang terhirup lebih sulit diobati dan bisa berakibat fatal, anthrax inhalasi jika terhirup, maka mereka bermigrasi ke kelenjar getah bening di dada tempat mereka berkembang biak, menyebar, dan menghasilkan racun yang menyebabkan kematian. Saat itu, Lab menampung berbagai fasilitas penelitian kelas atas termasuk Institut Penelitian Penyakit Menular paling berbahaya yang diketahui menjangkiti umat manusia.

Namun, waktu itu Gala Guin malah sengaja membuat kekacauan, dan penelitian di lab itu pun terhenti setelah otoritas kesehatan menutup laboratoriumnya karena masalah keamanan. Selama bertahun-tahun, Lab itu ternyata telah terlibat dalam beberapa kontroversi.

Pada saat itu untuk menarik perhatian Lembaga terkait, Gala uin memberikan paket kepada Lembaga pemerintah setempat dan beberapa kantor media. Insiden itu menyebabkan lima kematian. Gala Guin mengirimkan penelitian dari dua peneliti di Lab itu, yang telah menyalahgunakan jurnal penelitiannya.

Dia begitu marah penelitian yang dia kerjakan selama ini, malah di salah gunakan. Waktu itu dia di kirim dari Oracle untuk membantu pengembangan viru8s terbaru. Gala berpikir lebih baik mengorbankan beberapa orang untuk menyelamatkan jutaan manusia di berbagai belahan bumi, meski itu juga artinya jika nyawa dia pada akhirnya melayang karena membongkar kedok Lab itu.

Penutup Bab 149 Novel Romantis Pengantin Pengganti                                             

Bab 149 selesai, Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab berikutnya. Gass yah.

Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 149 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.