Bab 146 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 146
Jika saja Khansa saat ini seorang diri,
maka dia akan lincah untuk melarikan sendiri. Khansa sedang menghitung-hitung
kekuatan mereka. Emily memang galak, tapi mana ada memiliki pengalaman melawan
preman-preman. Kak Wan masih sedikit lumayan.
"Kak wan, kita lempar batu-batu dalam
tas-mu ke arah mereka," ujar Khansa.
Mereka bertiga segera saja membuka tas itu,
mengambil batu-batunya lalu melemparkan ke sekolompok pria yang mendekati
mereka. Salah satu dari mereka mengeluarkan pistol, melihatnya mereka bertiga
pun berhenti melempar.
"M-mereka punya pistol," ujar
Emily gemetaran.
"T-tenang, dalam film action. Jika
menemui situasi seperti ini, mereka biasanya tenang, hibur Kak Wan.
Emily menoleh ke arah Kak Wan dengan mata
ingin menangis, karena Kak Wan masih anggap ini seperti syuting.
"Kak Waaan!" panggilnya sambil
menghentakan satu kaki.
Sekelompok pria itu mendekati mereka dan
langsung menodongkan pistolnya ke kepala Khansa. Namun, Khansa tetap bisa
menjaga ketenangannya. Tapi, Emily tidak bisa, dia malah menangis terseguk.
Tiba-tiba terdengar suara deru mobil, mengarah ke arah mereka. Semua melihat ke
arah deru suara mobil itu.
Itu adalah Leon, melihat dua pria tinggi
keluar dari supercar, maka pria yang membawa pistol tadi segera menarik Khansa.
Menyanderanya dan membidikan pistolnya lagi di kepala Khansa. Melihatnya kedua
mata Loen pun menggelap, ini seakan membangkitkan sisi lain Leon, sisi saat dia
sedang kambuh. Sementara Rendra, hatinya terasa kebas ketika melihat Emily
bertelanjang kaki dan sedang menangis.
Leon tanpa rasa takut melangkah maju,
melipat kedua tangannya di belakang punggung kuatnya itu. Dengan suara
magnetisnya dia berkata, "Lepaskan tangan kotormu darinya!"
"Siapa kalian?" tanya pria itu.
Leon tersenyum menyeringai, "Aku
adalah mimpi burukmu," jawab Leon dengan suara berat.
Pria itu mengarahkan senjatanya kepada
Leon, tapi dengan cepat Leon melemparkan pisau kecil yang sedari tadi dia
pegang di tangannya. Dia melemparnya dan bidikannya tepat mengenai tangan pria
itu.
Khansa segera bereaksi, ketika pria itu
menjatuhkan pistolnya, Dia menyikut perut pria itu lalu melolosakan diri dari
kungkungannya. kawanan lain yag melihat itu, langsung mengeluarkan pisau juga
dan ingin menikam Khansa, tapi dengan cepat Rendra menarik Khansa dan
menjadikan tubuhnya sebagai perisai, melindungi Khansa.
Ini jelas memancing kemarahan Leon, seperti
orang yang baru saja kerasukan, dia menumbangkan sendiri sekawanan pria berjas
hitam tersebut. Dengan cepat Leon mengambil pistol yang terjatuh tadi. Lalu
mulai menembaki mereka satu persatu, tidak membunuhnya hanya sekedar
melumpuhkan mereka saja. Setelahnya Leon melihat ke arah pria yang tadi
menyandera Khansa.
'Krek' bunyi patah tulang jari-jari pria
itu, dengan nada marah Leon berkata, "Beraninya kau menyentuh wanitaku
dengan tangan kotormu ini," ujarnya sambil menekan kakinya lagi diatas
jari-jari pria itu.
"Kak Rendra," panggil Khansa.
Mendengar suara Khansa maka mengembalikan
kesadaran Leon. Dan dengan cepat juga Emily menangkap tubuh Rendra, yang akan
jatuh terduduk.
Emily memeluk Rendra, dengan suara tercekat
menangis sambil berkata, "K-kak Rendra," panggilnya melirih.
Leon segera menarik Khansa dan memeluknya,
"Maafkan aku karena terlalu lama," Leon mengecek apakah ada bagian
tubuh Khansa yang terluka. Melihat ada satu memar di pergelangan tangannya, dia
pun menciumnya sambil menghitungnya, "Satu."
Lalu melihat ada memar di sikunya, dia pun
menciumnya lagi, lalu menghitungnya, "Dua."
Leon sedang menghitung berapa banyak memar
dan luka yang ada di tubuh landak kecilnya itu, itu adalah bakal perhitungan
yang harus kelompok itu bayar dengan berlipat-lipat. Sementara Emily semakin
menjadi menangis karena Rendra tidak merespon.
"Kak Rendra, jawab aku!" pinta
Emily.
"Jangan mati, tidak boleh tinggalkan
aku, kau dengar tidak! Jangan mati dulu," ujar Emily dengan suara tangisan
yang memilu.
"Bangun ayo cepat bangun! K-kau belum
mendengar aku bilang jika aku mencintaimu. Sangat mencintaimu," Emily baru
saja membuat pengakuan.
Mendengar jika Emily sudah mengaku cinta,
maka Rendra pun membuka kedua matanya lalu berkata, "Benarkah itu?"
ujarnya sambil meraih tangan mungil Emily.
"K-kau tidak mati?" ujar Emily
sambil menaikan satu alisnya.
"Bukankah kau yang memintaku agar
tidak mati sambil menangis," jawab Rendra.
Merasa kesal karena dicandai sampai rasa
hati mau lepas dari tempatnya. Emily pun segera bangkit berdiri, lalu bertelak
pinggang dan berkata, "Hah yang benar saja! Harusnya kau ini jadi aktor
bukan pebisnis."
Kak Wan menarik Lengan Emily lalu berkata
sambik sedikit mencandai, "Kau saja yang bodoh, di film-film action mana
ada jagoan mati hanya karena tertusuk pisau tajam di lengan."
"Issh ... Kak Wan," ujar Emily.
"T-tadi itu aku hanya panik,
perkataanku tadi jangan kau anggap serius," ujar Emily dengan wajah
memerah.
Namun, Rendra malah tersenyum karena dia
tahu itu adalah isi hati Emily yang sebenarnya. Sekali lagi dia sangat yakin,
jika dia adalah satu-satunya pria yang akan menua bersamanya.
Khansa melepaskan pelukannya Loen, lalu
berlutut dan mengecek luka tusuk Rendra. Dia tidak mencabut pisau itu, karena
kalau dia mencabutnya serampangan maka itu malah akan menambah luka robekan
baru dan menambah darah semakin banyak keluar.
Mereka semua menoleh kepada mobil yang baru
saja datang, itu adalah Gery dan tim medis pribadi mereka. Mereka langsung saja
memberikan pertolongan pertama kepada Rendra.
Pertolongan pertama pada luka robek yang
utama adalah berusaha menghentikan perdarahan pada luka. mereka memberika
tekanan menggunakan kain atau handuk pada bagian luka yang mengeluarkan darah.
Tim medis itu mencabut pisau yang masih tertancap di bagian lengan atas, melihat
ini adalah pertemuan antara dua sendi, dan juga luka itu lebar atau memiliki
kedalaman lebih dari 1,2 cm maka luka itu harus dijahit.
Menjahit luka ditujukan untuk menutup
robekan kulit, sehingga menghentikan pendarahan, menghindari terjadinya infeksi
sekaligus mencegah sobekan luka semakin dalam. Jahitan luka sendiri menggunakan
benang yang terbuat dari berbagai material seperti nilon atau sutra.
Karena hanya luka robek, dan sudah di
jahit. Maka Rendra cukup dirawat di rumah saja. Gery mengantar Rendra dan Emily
pulang.
Setelahnya mengantar Kak Wan ke hotel.
Leon membawa pulang landak kecilnya itu,
sepanjang perjalanan mereka tidak berbicara sepatah kata pun. Khansa menyadari
jika saat ini suaminya itu tengah marah kepadanya.
"K-kau ..." Khansa menghentikan
ucapannya, ketika melihat Leon malah menoleh ke samping jendela mobilnya.
Khansa pun menarik kata-katanya, dan
menutup mulutnya. Diam tidak bicara sampai mereka sampai di rumah baru mereka.
Sesampainya di sana, Leon keluar dengan membanting pintu mobil dengan keras
sampai-sampai Khansa terkejut.
Leon membuka pintu rumah dan segera masuk
meninggalkan Khansa di belakangnya. Begitu Khansa masuk Leom tengah bersedekap
memandanginya seraya berkata, "Mengapa kau ini nakal sekali hah!"
ujarnya marah.
Penutup
Bab 146 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 146 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 146 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.