Bab 143 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 143
Khansa menjawab ok, lalu memasukan
ponselnya ke dalam tas, "Aku pamit," ujar Khansa kepada Carl.
Carl mengangguk dan setelah Khansa keluar
dari ruangan, Carl memgambil data yang tadi Khansa baca. Membaca isinya, Carl
bergumam "Untuk apa dia membaca ini."
Di tempat Syuting, Emily bersedekap di
depan dua Tuan Muda yang sedang berdiri di hadapannya ini, "Jangan
berani-berani mengintai kami!"
"Kami tidak boleh ikut!" protes
Leon.
Rendra memukul perut Leon, "Aww
..."protes Leon lagi.
"Jika kalian mengintai maka akan aku
patahkan kartu ini,” ancam Emily.
"Hah! patahkan ya patahkan saja,"
protes Leon lagi.
Kali ini Rendra, menginjak Kaki Leon.
"Hissh ..." ujarnya menahan sakit
di kaki.
Emily meninggalkan mereka berdua untuk
bertemu dengan Khansa di tempat yang sudah disepakati. Sementara Leon ikut
melangkah pergi ingin mengikuti Emily, Rendra menahan Leon dengan cara
memeluknya dari belakang.
"Kau lepaskan aku sekarang!"
perintah Leon.
"Tidak!" jawab Rendra.
"Lepas jika tidak ..." Gerakan
tarik menahan dan memberontak terhenti ketika krew kameramen datang.
"K-kalian jika bertengkar jangan di
sini, jika saling mencintai maka selesaikan dengan baik," ujar krew
tersebut.
"Lihatlah kameraku sampai rusak!"
ujar marahnya.
Rendra langsung melepaskan pelukannya dari
Leon sambil terbatuk-batuk. Ingin mengganti namun dompet mereka telah dibawa
oleh Emily.
Leon segera mengeluarkan kartu nama Gery,
lalu memberikannya kepada krew kameramen tersebut, "hubungi nomor itu, dia
akan mengganti semua kerusakan berapa pun biayanya."
Mereka meninggalkan si kameramen itu dengan
hati masam, mereka ini pejantan tangguh bukan kaleng-kaleng. Sementara itu
Emily, kak Wan dan Khansa telah sampai di restoran berkonsep Skylounge.
Restoran ini berada di lantai 7, dengan
lantai yang bisa berputar beberapa menit sekali, sehingga bisa menikmati
pemandangan malam di kota Los Angeles ini.
Mereka bertiga masuk ke dalam, Kak Wan
sudah mereservasi meja untuk mereka.
Emily meletakan dua kartu tanpa batas itu
di atas meja, lalu bertanya, "Sebaiknya kita apakan kartu ini?"
Mata Kak Wan mengerjap-ngerjap melihat dua
kartu hitam itu, Emily melirik Khansa lalu berkata, "Ini kau habiskan uang
suamimu semaumu, jangan pakai sedikit harus habiskan yang banyak,"
“Ingat aku sedang menghukum mereka
berdua," ujar Emily.
"T-tapi ini aku harus membeli
apa?" jawab Khansa bingung.
"Apa saja, asal jangan yang
murah," ujar Emily.
"Jika begitu akan kupakai untuk
mentraktir orang yang pertama keluar dari lift itu," ujarnya.
Mereka bertiga memandang ke arah pintu
lift, dan terbukalah. Terlihat sekelompok pria berjas keluar dari dalam lift.
"Astaga mereka tanpak seperti mafia
dalam film-film action yang pernah aku lihat," ujar Khansa.
"Kau ini terlalu banyak membaca jurnal
medis, sehingga menggalau, pria tampan seperti mereka malah kau sebut
Mafia," ujar Emily.
Para pria berjas itu duduk di sebelah meja
mereka. Emily menarik Khansa ke meja pria berjas bertampang Mafia tersebut,
pata pria menatapi mereka berdua.
"Tuan-tuan, temanku hari ini berulang
tahun dan ingin mentraktir apapun yang kalian pesan malam ini, dan ingat harus
yang mahal ya," ujar Emily sambil tersenyum.
Ketua mereka pun berkata, "Vika begitu
Nona-nona terima kasih."
"Jika begitu silahkan menikmati,"
ujar Emily lagi, lalu kembali ke kursi mereka.
Pesanan mereka pun benar-benar datang,
mereka menyantap makanan sambil berbicara pelan. Khansa dapat mendengar
pembicaraan para pria itu.
"Katakan padanya jika ingin mengetahui
informasi rahasia kelas atas maka bisa datang kepadaku," ujar si ketua
kelompok itu.
'Rahasia kelas atas' ujar Khansa dalam
hati.
Khansa teringat dengan berkas-berkas yang
dia baca, tentang serbuk obat. Dengan impulsifnya Khansa berdiri dan menghmpiri
kelompok itu lagi.
"Tuan benarkah kau bisa tahu tentang
rahasia-rahasia kelas atas?" tanya Khansa.
Pria itu mendelik melihat menatapnya, lalu
Khansa berkata, "Aku akan membayar dua kali lipat, jika kau bisa memberi
tahu rahasia yang ingin aku tahu."
"Lihatlah kartu yang sedang kupegang
ini, kau pasti tahu ini kartu apa?" jelas Khansa.
Melihat itu adalah kartu tanpa batas, maka
ketua itu pun nampak tersenyum, dan berkata, "Mau berbisnis tentang
apa?"
"Ada hal yang harus aku
pastikan," jawab Khansa.
"Jika begitu Nona, datanglah ke tempat
ini. orangku di sana akan memberi tahu apa yang Nona mau tahu selama bayarannya
bagus," ujar ketua itu.
Emily menarik lengan Khansa. Tapi malah dia
menepisnya karena sedang seriu bernegosiasi, "Baiklah jika begitu Tuan,
terima kasih."
Khansa segera mengambil tasnya, Emily dan
kak Wan mengejarnya, "Hei kau mau kemana? Aku belum memakai kartu Tuan
Kawindra."
Emily menghentikan langkahnya, "Mana
kartunya?" tanya Khansa.
"Ini, ujar Emily.
Khansa mengambil kartu itu, lalu segera
pergi ke kasir, dan langsung membayar tagihan makan malamnya dan juga tagihan
sekelompok pria mafia tadi.
"Ih mengapa memakai kartuku,"
ujar Emily.
"Karena kita tidak akan sempat bermain
malam ini," jawab Khansa.
Di Apartemen Rendra, ponselnya baru saja
menerima notofikasi pembayaran makan malam senilai ratusan juta dari Restoran
Skylounge.
Rendra menaikan satu alisnya berpikir, apa
yang mereka makan sampai semahal itu, ini semua karena si ketua mafia memesan
anggur merah yang harganya mencapi 100juta lebih.
Leon memperhatikan raut muka Rendra,
"Kenapa?"
Rendra memperlihatkan pesan notofikasi di
ponselnya, lalu berkata, "Sama istri sendiri jangan pelit."
Leon berpikir kira-kira landak kecilnya
akan menghabiskan berapa banyak uangnya untuk bersenang-senang sampai pagi. Kak
Wan membawa mereka ke alamat yang ada di kartu nama.
Mereka sampai di area blok yang terlihat
sepi, hanya beberapa orang yang berlalu lalang saja, "Hni ... sebenarnya
kita mau apa di sini?" tanya Kak Wan sedikit takut.
"Mencari berlian," jawab
sembarang Khansa.
Khansa mendekati salah satu anak kecil,
lalu bertanya, "Halo apa kau mengetahui dimana King Arthur?"
Anak itu memandangi Khansa, merasa aneh
karena melihat Khansa memakai cadar. Merasa jika anak ini tidak akan menjawab,
maka buru-buru Khansa mengeluarkan kartu nama itu. itu adalah kartu nama dengan
tanda tangan ketua mereka, itu artinya klien yang ini sudah dapat persetujuan
untuk bertemu dengan King Arthur mereka.
"Jika begitu Nona-nona, silahkan ikuti
aku," ujar bocah itu.
Bocah itu membawanya ke sebuah bengkel,
membuka pintu kayu besar itu, Emily dan Kak Wan saling berpegangan tangan,
"Kak Wan, apakah kelompok tadi benar-benar Mafia?"
"Entahlah," jawab Kak Wan dengan
suara gemetar.
Bocah itu menarik salah satu tuas, dan
terbukalah dinding rahasia, ada lift model lama dibalik dinding itu. Bocah itu
membuka pintu Lift yang lebih mirip dengan pintu pagar.
Emily menarik lengan Khansa, "Ini
sebenarnya tempat apa?"
"Aku juga tidak tahu, tapi yang ingin
aku cari tahu ada di sini,” jawab lugas Khansa.
Penutup
Bab 143 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 143 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 143 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.