Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Baca Novel Gratiss Di Sini

Bab 142 Novel Romantis Pengantin Pengganti

Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.

Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.

Novel ini terkenal dengan alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.

Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 142

Leon dengan malasnya berpindah duduk ke sofa, merebahkan dirinya lalu mengeluarkan ponselnya untuk mengecek keadaan dunia media sosial. Leon mengecek Folower istrinya itu semakin banyak saja.

Rendra melirik ke arah Leon lalu berkata, "Jika cuma mau tidur, pulang saja sana!"

Leon memasukan ponselnya ke saku jas, lalu bangun dari sofa, dan berdiri di depan Leon dan berkata, "Apakah istrimu pergi bekerja?"

"Emm ..." jawab Rendra dengan acuh tak acuh sembari mengecek dokumen.

"Kita menyusulnya, bagaimana menurutmu?" usul Leon.

Rendra mengangkat wajahnya, memandang aneh kepada temannya, lalu berkata "Apa kau benar-benar tidak memiliki pekerjaan?"

"Hish ..." jawab Leon yang sudah merasa kebosanan, dia pun merebahkan dirinya lagi di sofa.

Tak berapa lama Rendra melirik teman baiknya itu, berpikir jika dia juga ingin melihat Emily, maka dari itu dia mengabulkan permintaan Leon.

"Mau kemana?" tanya Leon sembari mendongak.

Novel Romantis Pengantin Pengganti
Novel Romantis Pengantin Pengganti

"Melihat istri," jawab ringan Rendra.

"Aku ikut," ujar Leon mengejar langkah Rendra.

Ini adalah pertama kalinya bagi Leon melihat syuting, jadi sedikit bersemangat juga. Jika diam saja maka dia akan sangat-sangat merindukan landak kecilnya yang sedang serius bekerja.

Sesampainya di lokasi Syuting, Rendra memberikan sebuah syal, kacamata, juga topi, "Pakai ini!" perintahnya.

Leon memandang ke arah Rendra dan bertanya, "Sejak kapan kau menyiapkan ini semua?"

Rendra diam saja, membuka pintu mobil. Leon mengikuti langkah Rendra. Nampak sekali sepertinya kawan baiknya ini sangat hafal dengan set lokasi syuting.

Leon melilitkan syal itu ke lehernya.

Semenjak menjadi pengintai Emily, barang-barang penyamaran seperti ini selalu dia simpan dalam mobilnya.

Emily nampak sedang sibuk melakukan adegan syuting. Memakai rok berwarna merah, semakin memperindah kaki panjang Emily.

Leon berkata, "Aku baru menyadari jika Emily memiliki betis yang indah," puji Leon.

Seketika saja sikut Rendra sudah mendarat di perut Leon, "Aw ..." keluh Leon.

"Jaga matamu!" perintah dingin Rendra.

"Hei! jangan salahkan kedua mataku yang hanya melihat apa yang ada di depannya," protes Leon.

Rendra mengambil ponselnya, mengirim pesan teks, "Buang rok merah itu! Ganti dengan gaun panjang."

Jika Leon si manusia kutub itu saja bisa berkata seperti itu, apalagi dengan orang lain. Tak berapa lama, Emily keluar dengan gaun panjang berwarna putih, Rendra pun tersenyum puas. Sementara Leon sedikit tersenyum konyol mentertawai kepossesivan temannya itu.lokasi syuting heboh ketika kurir mengantarkan banyak donat dan kopi, "Atas nama Emily," ujar kurir tersebut.

Emily menoleh, melihat begitu banyak donat dan kopi tapi merasa tidak memesan, dia terdiam beberapa detik, menyadari jika itu pasti ulah suaminya, maka barulah dia menandatangani bukti penerimaan.

Sementara itu, di Oracle Farmasi perlahan tapi paati Kahnsa mulai menyelidiki petunjuk yang ingin dia tahu.

Di tempatkan menjadi asisten apoteker benar-benar posisi yang tepat. Di sini semua data jenis obat dan peruntukannya terdata sangat jelas. ini benar-benar mempermudah geraknya. Dari catatan yang Khansa dapatkan, pernah ada mecatat sebuah bubuk kristal yang diperuntukan untuk uji coba praklinis dan uji coba klinin fase 1-4.

Namun tiba-tiba saja semua terhenti, bahan yang tersimpan pun tidak tercatat dikeluarkan lagi untuk Departemen penelitian dan pengembangan. Khansa mengetahui betul efek dari bahan baku ini.

Bubuk kristal ini sangat jahat karena langsung merusak otak terutama otak yang mengendalikan pernapasan. Kehabisan napas, karena syaraf otak yang mengendalikan pernapasan sudah tidak berfungsi, dan tidak ada lagi instruksi untuk bernapas.

Di dalam tubuh, kristal ini jika sudah masuk maka akan mengkristal kembali, sehingga paru-paru bisa berubah menjadi batu mengeras, bubuk ini juga membuat tidak bisa berpikir.

Khansa juga mengetahui betapa ganasnya kristal ini, jika mengambil daging mentah dan menaruh kristal ini di atasnya, maka kristal ini bisa menembus masuk kedalam daging, bayangkan kristal seperti ini jika dimasukkan ke dalam tubuh.

Akibatnya dapat merusak organorgan tubuh terutama pada otak bisa menyebabkan pendarahan pada otak, dan kerusakan pada syaraf yang mengatur pernapasan, juga bisa menganggu irama detak jantung, syok pada pembuluh darah, dan hanya dalam waktu 24 jam maka bisa mengakibatkan kematian.

Khansa bergumam pelan ketika membaca nama bubuk itu, "Ini adalah bahan yang terulis di jurnal medis yang pernah aku baca, yang ada di Villa Anggrek."

"Apa penelitian ini ada hubungannya dengan jurnal yang ada di Villa Anggrek."

"Tapi bagaimana bisa saling berhubungan," gumam pelan Khansa lagi.

"Sedang apa?" tanya Carl, "Bukankah sudah saatnya pulang."

"Ah iya, hanya sedikit merapihkan dokumen saja," jawab Khansa.

"Jika begitu aku akan segera merapihkan ini semua, lalu pulang," jawab Khansa seraya meraup berkas-berkas yang ada di ataa meja.

Batinnya masih bergejolak, mengapa Oracle Farmasi memiliki dan menggunakan bahan seperti itu, dan untuk apa.

Di tempat Syuting, Leon sudah mulai merasa bosan. Entah kekuatan darimana yang Rendra dapatkan, sehingga bisa betah lama-lama menunggui Emily untuk Syuting.

Leon iseng berjalan-jalan di set lokasi Syuting. Melihat ada satu kamera, lalu dia pun iseng ingin mwncoba seperti krew kameramen.

Leon pun mulai bermain dengan kamera itu. Namun, terkejut karena bentakan Emily, "Hei siapa kau!"

"Astaga," gumamnya lalu tanpa sengaja menjatuhkan kamera itu sampai rusak.

"Yah, rusak," gumam pelannya.

Emily menperhatikan dengan seksama, dan mengenali jika itu adalah Leon, "K-kau apa yang kau lakukan di sini?"

Emily berpikir jika ada Leon maka ada Rendra, Emily pun bersuara sedikit lebih keras, "Keluarlah!"

Tidak melihat Rendra keluar, Emily mulai berhitung, "Satu ... dua ... ti ..." belum selesai mengucapkan hitungan ketiga, Rendra pun keluar sambil mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

Rendra berjalan ke arah Leon, lalu menatapinya bertahun-tahun mengintainya baru kali ini tertangkap basah, dan atas semua ini maka dia dalam hati benar-benar menyalahkan Leon.

"Kalian apa sedang memata-mataiku!?" tanya kesal Emily.

"A-ku ... k-kami," jawab Rendra yang sudah mulai takut jika Emily marah lagi, hubungan mereka saja masih renggang ditambah lagi masalah ini, bukankah itu artinya akan membuat mereka semakin jauh.

"I-ini karena aku yang memaksanya. Aku merasa bosan jadinya tadi pagi aku meminta bermain di sini," jawab jujur Leon.

Bagaimanapun juga dia adalah lelaki sejati, jika berbuat salah maka dia akan mengakuinya. Emily merasa berdebat dengan dua mahluk ini maka akan membuang waktu, jadi daripgda berdebat lebih baik menghukum mereka berdua.

"Keluarkan dompet kalian!" perintahnya.

"Ayo cepat!" ujar Emily dengan tidak sabaran.

Rendra mengeluarkan dompetnya dan memberikannya kepada Emily, melihat Leon masih belum mau menyerahkan dompetnya, maka Rendra segera merogoh saku Leon lalu memberikan dompet itu ke Emily juga.

"Emily mengambil Black Card milik keduanya, menekan nonor Khansa lalu meletakan ponselnya di satu telinga dengan tangannya.

"Khansa, suamimu saat ini sedang menemani Tuan Muda Kawindra di lokasi syutingku, tebak apa yang mereka berikan kepadaku?" ujarnya.

"Apa? tanya Khansa.

"Kartu Black card, suamimu bilang malam ini aku harus mengajakmu bersenang-senang sampai pagi," ujar Emily.

Rendra dan Leon saling berpandangan, seraya bepikir kapan mereka mengatakan hal itu.

Penutup Bab 142 Novel Romantis Pengantin Pengganti                                             

Bab 142 selesai, Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab berikutnya. Gass yah.

Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 142 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.