Bab 139 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 139
Khansa menghentikan langkahnya ketika
melihat Carl tertidur di sofa, “Pria ini mengapa suka sekali tidur” pikirnya.
Baru saja melangkah lagi, Khansa
menghentikan langkahnya lagi, berpikir jika pasti Carl yang memberinya mie
instant cup itu. karena ruangan itu hanya biaa dimasuki olehnya dan Carl saja.
"Lain kali aku akan ganti mie instant
cup-mu" ujar pelan Khansa.
Khansa segera bergegas keluar dari ruangan
lab itu. Baru saja sampai di depan pintu keluar gedung besar itu, Gery telah
menunggunya di depan pintu dengan mobil jeepnya.
"Nyonya," sapa Gery.
Khansa mengangguk, Gery membukakan pintu.
Khansa pun masuk, "Kau mengapa di sini?" ujarnya karena melihat Leon
sudah duduk di kursi belakang.
"Mengapa lama sekali pulangnya,"
jawab Leon.
"Kau ini ... mengapa jadi seperti anak
TK yang tidak bisa berpisah dengan ibunya," ledek Khansa.
Setelah malam indah yang dilalui mana tahan
Leon, berjauhan dengan landak kecilnya ini. Dia menekan tombol pembatas, bagian
depan dan kursi belakang pun menjadi tertutup. Dia segera saja menarik tubuh
istri kecilnya itu untuk duduk di pangkuannya.
"Tuan Sebastian, yang benar saja. Ini
kita baru berpisah tidak sampai satu hari lho," jawab Khansa.
"Kau tidak merindukanku," ujar
Leon sedikit sedih.
“Oh ya Tuhan, apakah orang yang sedang
jatuh cinta bisa seketika menjadi bodoh” ujar Khansa dalam hati.
Khansa segera mengecup lembut kening
suaminya yang sedang merajuk itu, "cup cup cup, sudah jangan merajuk
lagi," hiburnya.
Leon tersenyum lalu berkata,
"Bagaimana ini, hufffh," ujar Leon seraya memandang ke arah gedung
Oracle.
Leon merasa Oracle ini sudah seperti
saingannya, mengambil perhatian landak kecil kecilnya ini darinya. Khansa
meletakan kepalanya di bahu Leon, "Aku lelah," ujarnya.
"Tidurlah," ujar Leon seraya
megusap lembut kepala istrinya itu.
Mobil pun melaju pulang tidak ke hotel
namun, ke ruma baru mereka. Khansa masih tertidur, Leon menggendongnya dan
membawa masuk ke kamar utama. Dia menyelimuti tubuh mungil istrinya itu, lalu
mengecup-ngecupi wajahnya.
"I love you," bisik pelan Leon di
telinga Khansa.
Di pagi harinya Leon terbangun dan tidak
mendapati Khansa di sisi ranjangnya, Pagi-pagi sekali Khansa sudah pergi lagi
ke Oracle Farmasi. Ini adalah hari kedua menghafal, jadi mana bisa dia membuang
waktu dengan bersantai.
"Oh Ya Tuhan, apa aku ledakan saja si
Oracle itu," gumamnya kesal sambil membenamkan wajahnya di bantal.
Ketika sampai di Oracle, lagi-lagi Khansa
melihat Carl tertidur. "Sebenarnya dia ini apoteker asli apa bukan sih?
Mengapa kerjanya hanya tidur terus menerus''.
Khansa segera memasuki ruangan kemarin,
lalu mulai membaca dokumen yang Carl berikan kemarin. Dalam penggunaannya, obat
mempunyai berbagai macam bentuk. Semua bentuk obat mempunyai karakteristik dan
tujuan tersendiri. Ada zat yang tidak stabil jika berada dalam sediaan tablet
sehingga harus dalam bentuk kapsul atau ada pula obat yang dimaksudkan larut
dalam usus bukan dalam lambung. Semua diformulasikan khusus demi tercapainya efek
terapi yang diinginkan.
Khansa berpikir jelas untuk menghafal
tempat penyimpanan obat-obat itu dalam waktu tiga hari tidaklah cukup, Khansa
memutar otaknya untuk mendapatkan cara yang lebih efesien. Jika hanya
macam-macam bentuk sediaan obat, ini sudah diluar kepalanya. Tapi jika
menghafal obat itu di simpan dilemari yang mana, dalam waktu tiga hari, dia
sudah benar-benar menggagap Carl itu sebenarnya gila.
Khansa berdiri meletakan
dokumen-dokumennya, melihat lamari tinggi dengan banyak laci. Melihat ada
beberapa lameri yang terletak di area berbeda dengan bentuk lemari khusus.
"Itu adalah Psikotropika dan
narkotik," gumam Khansa.
Khansa beralih ke lemari yang lain, yang
dia pahami dalam konsep penyimpanan obat harus disusun berdasarkan urutan
alfabetis sehingga memudahkan dalam pengawasan serta pencarian jenis obat.
Berdasarkan kelas terapi obat, berdasarkan bentuk sediaan, Berdasarkan
stabilitas obat.
Khansa pun tersenyum karena merasa sudah
mendapatkan cara. Dengan memperhatikan nama obat, juga lemari-lemari khusus
yang ada. jadi dia tidak perlu menghafal semua obat-obatan herbal itu.
Khansa lebih memperhatikan pembagian kelas
terapi obat, karena dalam hal ini ada tiga hal yang harus diperhatikan yakni
suhu, cahaya dan kelembaban.
Khansa berjalan dan mulai mengecek
lemari-lemari yang ada di ruangan itu, untuk melakukan pemetaan. Di karenakan
obat-obat yang disimpan bisa mengalami kerusakan akibat stabilitas obatnya
terganggu maka dalam penyimpanan juga harus memperhatikan unsur-unsur
kestabilan obat.
Obat yang membutuhkan penyimpanan dengan
suhu tertentu harus disimpan dengan instruksi yang sesuai dengan yang tertulis
pada label atau box obat. Misal untuk vaksin disimpan pada suhu 2-8°C, juga
untuk obat-obatan suppositoria harus disimpan dalam suhu yang sejuk 5-15°C
karena pada suhu tinggi dapat membuat obat ini meleleh. Obat obatan tersebut
jika tidak disimpan sesuai dengan persyaratannya akan membentuk kristal dan
kehilangan aktivitasnya.
Hampir semua obat kestabilannya akan
terpengaruh oleh sinar cahaya, sehingga untuk obat-obat tersebut biasanya
dikemas dalam kemasan tahan cahaya dengan disimpan dalam wadah gelap.
Obat juga bersifat menyerap air udara
sehingga menjadi lembab maka banyak obat dalam kemasan disertai pengering
(silica gel) agar tidak lembek.
Jadi rumus yang akan Khansa pakai adalah,
memperhatikan dari urutuan secara abjad, lalu tiga poin penting suhu, cahaya,
kelembapan.
Khansa mengirimkan pesan kepada Leon,
"Malam ini aku tidak pulang."
Leon yang sedang menyesap kopinya langsung
saja tersedak, lalu membalas pesan teks dari istrinya itu, "Mengapa?"
"Masih ada hal yang harus aku
kerjakan," jawab singkat Khansa, meletakan ponselnya dan kembali berkutat
dengan dokumenny, menghafal klasifikasi jenis obat berdasarkan rumus yang tadi
telah dia buat.
Leon sebenarnya ingin menarik Khansa
pulang. Namun, urung karena melihat landak kecilnya itu telah bekerja sangat
keras. Karena itu tidak memiliki pilihan lain selain bersabar.
Khansa baru tidur ketika menjelang dini
hari, esok paginya Carl telah berdiri bersedekap di hadapannya. Dia menendang
kaki khansa dengan kaki rampingnya.
"Hei bangun!" perintahnya.
"Aaah ... biarkan aku tidur sebentar
lagi, berisik!" ujar Khansa sedikit ketus.
"Apa mau aku pecat!" ancam Carl.
Mendengar kata mau di pecat maka Khansa pun segera bangun, "Ah Tuan ...
maafkan aku, jawabnya gugup.
"Sepertinya kau sudah sangat baik
belajar, jadi bisa kita mulai saja tesnya?" "Ah Apa? ... ah iya tes,
iya silahkan," ujar Khansa yang masih mensinkronkan otak dan tubuhnya.
Carl dengan gaya elegannya menarik satu
kursi yang ada di depannya lalu duduk dan mulai bertanya.
"Obat anti kecemasan di kotak obat
yang mana?" tanya ringan Carl.
Khansa bergumam kecil, " Psikotropika,
alprazolam (Xanax) clonazepam (Klonopin) diazepam (Valium) lorazepam
(Ativan)"
Khansa langsung berlari ke lemari khusus
yang terbuat dari kayu, lalu mencari sesuai dengan urutan abjad, Khansa berkata
" Ini ... ini ... ini ... dan juga ini” jawabnya sambil menunjuk.
Dalam lab ini semua jelas terbagi, suhu
panas dan suhu dingin jadi Khansa tidak terlalu kesulitan untuk mencari-cari
obat-obatan yang carl sebutkan.
Sekiranya itu adalah obat yang bisa
bertahan baik di suhu 20-25 °C, maka Khansa akan pergi ke lemari-lamari obat di
sebelah kanannya.
Carl menaikan alisnya, berpikir gadis kecil
yang sedari tadi berlari-lari kecil seperti kelinci ini tenyata mampu menjawab
semua pertanyaannya.
Ketika Carl sedang memandangi asisten
kecilnya itu, tiba-tiba semua lampu di Oracle Farmasi berubah menjadi hijau.
Carl pun segera berdiri dari kursinya, lalu
menarik tangan Khansa agar ikut pergi keluar dengannya.
Penutup
Bab 139 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 139 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 139 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.