Bab 138 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 138
Emily duduk di dekat Khansa, lalu berbisik
pelan, "Jadi bagaimana? Apakah pinggangnya benar-benar kuat?"
Mendengar pertanyaan Emily, sontak saja
membuat wajah khansa memerah.
“Issh ..” ujar Khansa sambil mencubit
telapak tangan Emily, lalu mereka pun tertawa kecil sambil melirik ke arah
Leon.
Rendra melihat jika istrinya tengah melirik
pria lain, langsung saja mengangkat tangannya dan membalikan kepalanya kearah
wajahnya, lalu berkata, “Ada suamimu disamping, mengapa masih memandangi pria
lain.”
Emily mengernyitkan alisnya, merasa mengapa
dengan sahabat sendiri harus merasa cemburu, Emily menjawab, “Issh ...
Emily pun langsung menatapi makanannya
saja, malas berdebat dengan Rendra. Sementara, Leon sedikit-sedikit menarik
tangan Khansa dan menggenggamnya.
Leon memandang Rendra dan berkata, “Kami
akan sedikit lama di sini,” ujar Leon sambil berdehem memberi kode kepada
Rendra.
Rendra memandang Emily, mengerti maksud
Leon berdehem adalah membiarkan isrinya ini agar lama juga di Los Angeles
menemani Khansa.
Merasa baru bersama, tapi malah diminta
berjauhan lagi. Jelas hati Rendra mana Rela. Apalagi ini adalah masa-masa rapuh
di pernikahan mereka. Rendra mengambil ponselnya lalu memgirimkan pesan, “Atur
pekerjaan Emily di Los Angeles.”
Rendra meletakan ponselnya, lalu menyesap
segelas kopinya. Tak berapa lama Kak Wan berkata, “Aku mendapatkan pesan dari
salah satu agensi di Los Angeles yang menawarkan kontrak Kerjasama dengan
mereka.”
“Bagaimana?” tanya kak Wan.
Emily menoleh kearah Khansa, “Apa kau akan
lama di sini?”
“Sepertinya begitu,” jawab Khansa.
“Jika begitu Kak Wan, kita juga akan bekerja
di sini,” ujar Emily.
Leon mengambil gelas kopinya dan
menyesapnya juga, sedikit tersenyum karena merasa puas dengan pengaturan cepat
dari kawan baiknya itu. Rendra juga mengirimkan pesan kepada General Manajer
perusahaannya di Indonesia, agar segera mengaturkan kantor cabang di Los
Angeles, tempat dia untuk bekerja selama dia menemani istrinya melakukan
pekerjaan di Los Angeles ini.
"Dalam beberapa hari, kita akan pindah
ke rumah kita,”ujar Leon.
“Rumah kita?'' tanya khansa.
“Ya aku baru saja membelinya," jawab
Leon.
“kapan?” tanya Khansa bingung.
“Aku baru saja memutuskannya," jawab
Leon sambil tertawa kecil.
“Oh ya Tuhan, pria ini membeli rumah
seperti membeli kacang kulit,” pikir Khansa.
Rendra juga bekarta, “Kita juga akan pindah
ke Apartemen,” General Manajer mengatur sebuah Apartemen yang di lantai
bawahnya ada sebuah kantor yang bisa di sewa sementara untuk Rendra agar bisa
mudah di dalam bekerja mengatur segala urusan bisnisnya.
Kak Wan pun bertepuk tangan, jika begitu
bagus. karena semua berkumpul di sini maka kita bisa bekerja sambil bermain,
bukan begitu Gery,” ujarnya sembari menepuk bahu Gery.
Terbiasa bekerja dengan lokomotif cepat,
maka Gery tidak menganggap omongan kak Wan. Ya bekerja dengan leon itu sama
saja seperti kau berlari kencang karena di belakangmu sedang ada sebuah
lokomotif yang tengah mengejarmu.
Keesokan harinya, Tuan Smith mengatur salah
satu staff kepercayaannya untuk menjemput Khansa, untuk mulai bekerja dengan
status sebagai asisten apoteker, yang akan membantu di penyimpanan dan
pendataan obat dan bahan baku obat.
Khansa sampai di depan Oracle farmasi, dan
langsung saja terkagum-kagum melihat betapa luas dan besarnya perusahaan
farmasi obat ini dan juga berteknologi tinggi. Khansa mengikuti staff itu masuk
ke dalam Oracle farmasi.
Staff itu meregister mata Khansa untuk
akses masuk ke dalam Oracle farmasi.
Tampilan Khnasa sangat sederhana, lebih
terlihat seperti kutu buku. Tetap memakai cadar, hanya saja ditambahi sebuah
kacamata besar bulat yang menghiasi wajahnya.
Staff itu membawanya kepada Carl, kepala
apoteker di Oracle, “Halo tuan,” sapa Khansa.
Khansa dan staf itu sama-sama terdiam,
melihat nampaknya carl masih tertidur. Staff itu mengetuk-ngetuk tiga kali meja
Carl. Dengan masih menyipitkan mata dia pun terbangun, "Ada apa? tanyanya.
“Asisten barumu," jawab staf itu
sembari meyodorkan Khansa untuk berdiri di depan meja Carl.
“Halo Tuan, apa kabar? jawab Khansa
malu-malu.
“Ih itu ... mirip sekali dengan James
bond,” pikir Khansa.
“Siapa namamu,” tanya Carl.
Khansa masih terkesima dengan wajah Carl
yang sangat mirip dengan Aktor pemeran James Bond, sehingga tidak mendengar
panggilan Carl. Sekali lagi dia memanggilnya, “Nona ... Nona!”
“Ah iya Tuan,” jawab Khansa.
Carl mengulangi pertanyaanya lagi,
“Siapanamamu?”
“Khansa,” jawabnya.
Carl berdiri lalu memandangi Khansa yang
jadi terlihat semakin pendek karena tubuh Carl yang tinggi. Khansa pun menjadi
mendongak hanya untuk melihat wajah carl.
“Ikut aku!" ujar Carl.
Khansa pun mengikuti langkah Carl, dia
membuka ruangan lain lalu menunjuk ke tumpukan-tumpukan dokumen yang ada di
atas meja, “Kau hafalkan itu! Agar memudahkanmu untuk merapihkan dan mendata
obat dan bahan baku obat.”
“Apa itu adalah gunung tumpukan dokumen,”
gumam Khansa dalam bahasa Indonesia.
Khansa mengalihkan pandangannya kepada
Carl, dan tiba-tiba saja menarik label tampan yang tadi dia sematkan untuk
Carl, “Tampan apanya, ini sih namanya iblis kalu begini.”
“Dalam tiga hari aku akan mengujimu, jika
tidak lulus ujian dariku jangan harap bisa menjadi asistenku, jelas carl.
Khansa memandangi carl dengan menaikan satu
alisnya, “Apa pria ini sudah gila.”
Carl dengan santainya meninggalkan Khansa
di ruangan itu, hari pertama tidak diberi pekerjaan lain selain hafalan saja.
Khansa mulai mengambil satu dokumen, lalu mulai menarik kursi, meletakan
dokumen itu di meja lalu membuka satu persatu halamannya dan mulai membaca.
Ketika sore hari, Khansa menelungkupkan
wajahnya di atas meja, "Ya Tuhan, dia itu seperti malaikat maut saja,”
gumam tidak senang Khansa.
Khansa melupakan jam makan siangnya karena
terus menerus membaca berkas-berkas itu, sampai-sampai mengabaikan panggilan
telpon dari Leon. Khansa mengambil ponselnya dan melihat begitu banyak
panggilan tidak terjawab.
Khansa mengirimkan pesan kepada suaminya
itu, “ Sepertinya aku harus lembur.
Leon mengernyitkan alisnya berpikir, hari
pertama kerja sudah harus lembur, Leon membalas isi pesan teks Khansa, “Mengapa
harus lembur?”
“Demi penyelidikan aku, jadi mau tak
mau," jawab singkat Khansa.
“Jangan Khawatir ok! Aku akan segera
pulang, janji Khansa.
“Ok,” jawab Leon yang tidak ingin
memperpanjang perdebatan mereka.
Karena terlalu lelah, Khansa pun tertidur
sesaat dan terbangun ketika mencium wangi harum dari mie yang baru saja
terseduh. Khansa membuka matanya dan melihat ada sebuah mie instant cup di atas
mejanya.
"ini dari siapa,” ujar Khansa dengan
nada bingung.
Melihat di ruangan hanya ada dirinya
sendiri, dan merasa memang perutnya sedang merasa lapar, maka Khansa pun
langsung melahap mie cup instan itu.
“Ahh ... kenyang,” ujarnya sembari
menepuk-nepuk perutnya.
Melihat jika sudah jam sepuluh malam, maka
Khansa segera melempar tempat mie yang sudah kosong itu ke tempat sampah, dan
segera mengambil tasnya untuk segera pulang.
Penutup
Bab 138 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 138 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 138 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.