Bab 136 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 136
Khansa berbaring, menarik selimutnya dan
memunggungi Leon. Melihat landak kecilnya ini merajuk Leon pun perlahan
membaringkan tubuhnya di sisi istrinya itu.
Leon memajukan tubuhnya, merangkulkan
lengan kuatnya ke pinggul ramping Khansa, “Jangan bergerak, biarkan aku
memelukmu, obati rinduku!”
Mendengar permintaan lembut Leon, maka
Khansa pun diam, tidak jadi membangkang. Berpikir jika dia harus menjaga mental
suaminya ini agar tetap tenang selama masa terapi, maka Khansa pun memilih
mengalah.
Leon semakin mendekap erat tubuh istrinya,
menciumi tengkuk leher Khansa, mencium aroma tubuh Khansa dia pun segera
ternyenyak. Tengah malam Khansa terbangun, memgambil minum diatas nakas,
menoleh ke arah suaminya yang terpulas seperti bayi.
Khansa mengusap lembut puncak kepala
suaminya itu, lalu meletakan gelas di atas nakas. Khansa mandangi laci nakas,
lalu iseng membukanya. Melihat ada beberapa berkas, dia pun mengambilnya dan
mulai membuka membacanya.
Khansa menutup mulutnya dengan satu tangan
karena terkejut, “Apa ini?”
Dengan pelan Khansa turun dari ranjang,
keluar dari kamar dan pergi ke ruang tamu. Khansa membaca jelas-jelas apa yang
tertulis di sana.
“Gala Quin ... Ayahku?” ujarnya sembari
menggigiti kuku jari kelingkingnnya.
Leon terbangun karena tidak mendapati
Khansa di sampingnya. Leon segera bangkit dari ranjangnya bergegas mencari
istrinya. Leon langsung mendapati jika istrinya itu tengah serius membaca berkas-berkas
penyelidikannya. Dengan langkang panjangnya Leon segera mendekati istrinya itu,
lalu menarik berkas yang sedang di pegang oleh landak kecilnya itu. Merasa
berkasnya baru saja direbut dari tangannya, Khansa pun berdiri dan berkata
“Berikan kepadaku!”
“Kau ..” ujar Leon terbata.
“Ayo cepat berikan!” perintah dan pintanya
lagi.
“ini bukan sesuatu yang harusnya kau
lihat,” jawab Leon sembari menyembunyikan berkas itu dibalik pinggang kuatnya.
“Jelaskan padauk apa itu!” ujar Khansa
dengan menatap tajam kepada suaminya itu.
Leon segera kembali masuk ke kamar, Khansa
mengejarnya. Dengan cepat dia menyimpan kembali berkas itu di laci nakas dan
menguncinya.
Khansa menarik lengan Leon, dan menatap
marah kepadanya. “Katakan padaku tadi itu tentang apa!?”
Leon menarik tangan mungil Khansa dan
menariknya duduk di sisi ranjang, “Tentang apa yang kau baca tadi jangan
terlalu di pikirkan ok! Biarkan aku yang menyelasaikannya,” janji Leon.
“Gala Quin ... ayah kandungku ... apa
maksud semua itu,” ujar Khansa dengan suara menahan tangis dan rasa penasaran.
Leon segera saja memeluk Khansa, “jangan
menangis, ada aku di sini.”
Khansa mendorong tubuh leon, “Aku mohon
ceritakan semuanya kepadaku!”
Leon menyelipkan rambut panjang istrinya
itu kebalik telinganya, mengambil napas panjang dan mulai menceritakan semuanya
secara perlahan. Mendengarnya tubuh Khansa menangis gemataran, kedua
orangtuanya ternyata dibunuh secara keji.
“Apa bisa membuatku masuk ke Oracle
Farmasi!” pinta Khansa.
“Untuk apa?” tanya Leon.
“Tentu saja untuk mencari tahu lebih jauh
lagi,” ujar Khansa.
“Tidak itu akan sangat berbahaya bagimu”
ujar Leon tidak setuju.
“Dengarkan aku, tentang medis aku sangat
paham. Itu seperti sudah mengalir begitu saja dalam darahku, jelas Khansa.
“jadi jika aku masuk kesana dan menyelidiki
lebih dalam, bukankah itu akan sangat membantu” ujar Khansa meyakinkan.
“Apa yang ingin kau cari di sana?’’ tanya
Leon.
“Tentang Penelitian ayahku dan juga tentang
kematian ibumu,” jawab lugas Khansa dengan yakin.
Leon berdiri sembari mengusap kasar
wajahnya, lalu berkarta lagi, “ Tidak.”
“Oh ayolah sayang, bujuk Khansa.
“Tidak! Aku akan segera megatur
kepulanganmu ke Indonesia,” jawab tegas Leon.
Pada saat ini hati leon berdentum-dentum
kencang, sangat takut apa yan menimpa ibunya di gedung Oracle terulang pada
landak kecilnya ini. Dengan marah Leon pergi meninggalkan kamar mereka dan
segera menemui Gery.
Khansa berpikir keras bagaimana harus
meyakinkan suaminya ini, Khansa sangat memahami jalan pikiran suaminya itu.
Tidak akan sanggup menerima jika terjadi hal yang buruk pada dirinya, setelah
mengalami kehilangan orang yang paling dicintainya, yakni ibunya. Jadi Khansa
sangat memahami kekhawatiran yang ada dalam diri Leon.
“Apa yang harus aku lakukan,” ujar Khansa
sambil menghentakan kakinya karena merasa kesal.
Untuk yang hal yang satu ini jelas dia
sangat membutuhkan bantuan Leon untuk bisa masuk ke dalam lingkaran Oracle
farmasi, dan leon adalah satu-satunya orang yang memiliki akses ke seluruh
Oracle farmasi.
Khansa menaikan alisnya ketika terpikirkan
suatu cara, “Malam pertama, apakah aku harus membujuknya dengan itu.”
Perasaan Khansa semakin galau tak karuan,
“orang bilang menyelesaikan masalah di atas ranjang adalah solusi paling
terbaik,” ujar Khansa berbicara dengan dirinya sendiri, meyakinkan dirinya
sendiri jika ini adalah satu-satunya cara untuk menaklukan ketakutan pada diri
Direktur Sebastian.
Khansa meminta kepada Emily untuk dipilhkan
baju tidur yang menggoda, Emily bertanya untuk apa langsung saja Khansa
membalas, “Untuk aku pakai nanti malam,” jawab pesan teks Khansa kepadanya.
“Apa kau sudah benar-benar siap?” tanya
Emily.
“ya,” jawab Khansa.
“Ok tunggu saja ya, aku akan mengirimkan model
yang paling yahud untukmu,” jawab Emily dengan gambar nada tertawa yang banyak.
Leon dan Rendra segera bersibuk lagi dengan
pekerjaan mereka, meski di luar negeri tidak ada kata santai bagi mereka, tetap
mengurus pekerjaan yang ada di Indonesia dan beberapa negara lainnya. Di siang
hari Kak Wan dan Emily datang memberikan satu set pakaian tidur.
“Ini .., sepertinya kau juga membutuhkan
ini,” ujar Emily.
“Apa ini?” tanya polos Khansa.
Emily pun mulai menerangkan kegunaan
produk-produk kosmetik untuk ritual malam pertama temannya itu. Khansa menaikan
alisnya, “Apakah ini benar-benar diperlukan?”
“tentu saja, Air daun sirih ini akan sangat
membantu membuat yang di bawah kita ini akan menjadi harum,’’ jawab Emily
sambil mengedipkan matanya.
“Dan ini tinggal kau semprotkan saja ke
mulutmu, ujar Emily lagi.
“Hissh kau pikir aku memiliki bau mulut,”
protes Khansa.
“Sudah-sudah kalian pergi saja, aku akan
bersiap sendiri,” ujar Khansa.
Emily dan kak Wan pun pergi dari kamar
Khansa, lalu mulailah Khansa melakukan perawatan diri sendiri. Gery mengabarkan
kepada dirinya, jika Direktur Sebastian akan kembali sedikit malam. Khansa
tetap menunggu dengan sabar.
Khansa duduk di meja rias, melihat dirinya
di cermin sambil menyisiri rambutnya. Leon tiba dan masuk ke kamar mereka.
Melepaskan sepatunya dan menggantinya dengan sandal hotel. Leon membuka pintu
kamarnya dan mulai mencium aroma manis.
Leon berdiri di pintu melihat landak
kecilnya yang sedang duduk , dia memasukan satu tangannya ke saku celananya.
Satu tangan lagi mengendurkan dasinya. khansa menyadari kedatangannya, lalu
Khansa menghentikan gerakan menyisir rambutnya.
Khansa meletakan sisirnya, mengambil parfum
lalu memakainya lagi di beberapa titik yang biasa akan dicium oleh Leon.
Melihat suaminya sedang berdiri memandanginya, Khansa pun berdiri dan
menghampirinya.
“Tuan Muda ...” sapa lembut Khansa dengan
suara menggoda.
Khansa berdiri dan berjalan kearahnya, lalu
melepaskan dasi Leon, dan membuka dua kancing atas kemejanya. Dengan tangannya
yang lembut dia mengusap lembut leher suaminya itu, lalu turun ke tulang
selangkanya.
“Tuan Sebastian ...” bisik Khansa.
Khansa menciumi leher Leon, semerbak wangi
khas tubuh Khansa pun menyeruak ke indera penciuman Leon. Kedua tangannya pun
merangkul pinggul ramping istrinya itu. Dia memejamkan kedua matanya merasakan
sensasi nikmat ciuman landak kecilnya ini di lehernya.
Leon mengangkat satu tangannya ke atas,
lalu menjambak pelan rambut Khansa, memandangai wajah kemerahan istrinya ini
tentu saja membuat Leon tidak tahan untuk tidak menciumnya. Dia menundukan
kepalanya dan mulai memangut bibir istrinya ini yang berwarna kemerahan.
Leon memasukan lidahnya ke mulut Khansa,
Dia sedikit menggigit bibir bawah landak kecilnya itu. seketika saja Leon
merasakan anyir darah keluar dari bibir Khansa karena gigitannya. Dia
melepaskan tautan bibirnya lalu menatapi luka yang baru saja dia beri kepada
landak kecilnya itu.
“Apakah terasa sakit?” tanya Leon.
“Tidak ... aku menyukainya, sangat
menyukainya,” jawab manja Khansa.
Leon menghapus darah dari ujung bibir
Khansa, lalu menjilati tangannya. Dia menyeringai lalu mengambil tangan Khansa
dan meletakannya di pinggang kuatnya. memahami maksud dari suaminya itu, Khansa
pun berlutut lalu mulai membuka sabuk ikat pinggang Leon.
Leon memegangi kepala Khansa dengan dua
tangannya, Dia memandangi istrinya yang berada di bawahnya lalu menekan puncak
kepalanya semakin kebawah, Leon pun memejamkan matanya kembali seraya mendesah.
Leon tidak bisa mengendalikan diri lagi,
Dia menggendong tubuh Khansa lalu melemparkannya ke ranjang.
Gaun berwarna merah yang semakin
mempertegas kulit putih mulusnya itu semakin membuat Leon terasa menggila.
Dia mulai menenggelamkan kepalanya di d*da
landak kecilnya itu.
Khansa m“ndesah, telinga Leon merespon
suaranya yang terdengar bagaikan nada indah yang langsung menusuk jantungnya.
Leon semakin tidak bisa mengendalikan diri, langsung saja membuka kedua paha
Khansa. Bergerak perlahan, satu tangan diletakan di atas perut Khansa. satu
tangan lagi memegangi satu paha Khansa diletakan di atas bahunya yang kuat itu.
Melihat wajah Khansa yang merona, dan wajah
imut istri kecilnya ini yang sedang MENGGIGIT BIBIR BAWAHNYA seperti sedang
menahan sakit. Leon malah semakin mempercepat gerakannya, dan Khansa semakin
mendesah, Leon menghentikan gerakannya dan segera menarik tubuh istrinya itu
dan membalikannya, lalu dia menindih dan menekan tubuh Khansa dari atas.
Leon mencium-cium lembut daun telinga
Khnasa seraya berkata, "Panggil namaku!" perintah Leon.
Khansa menyebut nama Leon dengan suara
gemetar, Mendengarnya dia semakin berhasrat lalu mulai merasa akan mencampai di
puncaknya. Dia menempelkan tubuhnya lebih erat kepada tubuh istrinya itu, dan
memeluknya erat ketika melepaskan semua pada puncaknya.
Leon mengecup-ngecup bahu Khansa, Dia
mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Khansa, lalu terbaring di sampingnya.
Leon memejamkan mata, satu tangannya
diletakan di kepalanya masih berpikir tentang kenikmatan yang baru saja
menghantam dengan keras. Khansa mengambil inisiatif lagi, mendekatkan diri
kepadanya.
Dengan penuh kelembutan Khansa masuk ke
dalam pelukan Leon lagi, dengan reflek dia mengusap-usap lembut kepala istrinya
itu. Khansa mencium aroma maskulin dari tubuh Leon, dan pada akhirnya mereka
berdua terlelap dengan saling berpelukan.
Penutup
Bab 136 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 136 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 136 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.