Bab 135 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 135
Mendengar jawaban Leon, langsung saja
Rendra mengalihkan pandangannya kepada Emily yang tengah berdiri salah tingkah.
Leon menarik Khansa ke meja penerima tamu, "Satu kamar suite atas nama
Nyonya Sebastian.”
"Baik Tuan," jawab Staff hotel
tersebut. Rendra pun melakukan hal yang sama, memesan kamar terpisah. Gery
terdiam ditinggal sendirian.
"Ajaklah Manajer Emily untuk menempati
kamar Suite kita, bukankah ada dua kamar terpisah di dalamnya," ujar Leon.
"Ya Tuan, jawab Gery patuh.
Emily melangkah ke penerima tamu, lalu
malah memesan kamar sendiri, "Kak Wan kau tidur dengan aku saja,"
ujarnya.
Rendra langsung saja mengubah kamarnya lagi
agar menjadi bersebelaham dengan Emily. Leon menarik Khansa untuk segera ke
kamar mereka. Membiarkan pasangan pengantin baru itu bertengkar.
Siapa suruh temannya itu bodoh, bukan
mengaku cinta sedari awal tapi malah diam saja. Jadi Leon sedikit setuju jika
Emily menghukum Rendra saat ini.
"Sebentar ..." ujar Emily.
"Kalian berdua nanti datang ke
kamarku, wajah kalian harus betul-betul diobati jika tidak ingin wajah tampan
kalian itu menghilang."
"Baik Nyonya," jawab Gery.
Rendra pun mengangguk sembari melirik
Emily, mengecek apakah ada jejak kekhawatiran di wajahnya. Namun, Emily
terlihat datar-datar saja.
Sebenarnya waktu di pesawat Emily meminta
kepada Khansa agar mengecek luka pada wajah Rendra. Merasa suaminya memang yang
membuat terluka maka dia bersedia memeriksa Rendra.
Baru saja Masuk ke dalam kamar Leon
langsung saja memeluk Landak kecilnnya itu. "Aku sangat rindu,"
bisiknya.
Khansa merasa sedikit terkejut namun,
menyukai pelukan hangat suaminya ini, Khansa mengusap-usap lembut tangan Leon
yang sedang melingakar di pinggang rampingnya.
"Kenapa tidak minum obatnya?"
tanya lembut Khansa.
"Sedikit lupa karena sedang sibuk
melakukan hal yang sangat penting," jawab Leon.
Khansa membalikan badannya. "Lebih
penting dari kesehatanmu?"
"Ya lebih penting dari itu,"
jawab Leon.
"Kau ini nakal sekali," ujar
Khansa sembari mencubit pinggang kuat Leon.
Bel yang berbunyi membuat Leon harus melepaskan
pelukannya dari Khansa, dia segera membukakan pintu. itu adalah Rendra dan
Gery.
Tak berapa lama Emily dan Kak Wan juga
datang, mereka di sini untuk menghapus make up yang ada di wajah kedua pria
itu. Renda dengan tenang menikmati sentuhan lembut tangan Emily yang sedang
membersihkan wajahnya. Sementara, Kak Wan yang kebagian tugas untuk
membersihkan wajah Gery.
"Sudah," ujar Emily sambil
memandangi wajah Rendra yang masih terlihat lebam biru itu.
Khansa mengamati wajah Rendra, lalu
mengeluarkan salep. baru saja ingin memakaikan salep itu. Leon segera saja
mengambil dan malah dia yang memakaikan salep itu ke wajah Rendra.
"Mau bermanja-manja dengan istriku,
Hah! Enak saja," gumamnya.
"Hissh ... bisa pelan sedikit
tidak!" pinta Rendra.
"Ish, dasar lemah," ujar Leon
dengan sedikit meledek.
Leon melihat ke arah Gery, "A-aku akan
memakainya sendiri," ujar Gery.
Leon menyerahkan salep itu ke tangan Gery,
"Jika sudah selesai, kalian bisa kembali ke kamar kalian
masing-masing."
Merasa telah di usir maka Emily dan kak Wan
pun pergi, Rendra segera menyusul langkah istrinya itu, "Sayang kita harus
bicara."
Emily menoleh kearah Rendra, lalu berkata
"Kak Wan kau duluan saja."
"Baiklah ayo kita bicara," jawab
Emily.
Rendra menggandeng Emily ke kamarnya,
membawanya duduk di sofa besar di kamar itu, "Kita sudah menikah."
"Aku tahu," jawab Emily.
"Lalu mengapa kita harus tidur
terpisah?" tanya Rendra.
"Aku memang istrimu, tapi maaf aku
tidak bisa sepenuhnya menjadi istrimu," jelas Emily.
"Mengapa?" tanya Rendra lagi.
"Ibumu ... akan selalu menjadi duri
dalam daging untuk pernikahan kita. Sebelum kau bisa mengatasi ibumu maka duri
itu akan selalu menyakiti kita," jelas Emily lagi.
Rendra langsung saja mendorong tubuh Emily
dan menindihnya, "Aku adalah suamimu, apapun keadaannya aku adalah
suamimu."
Rendra menciumi leher Emily, menciuminya
sampai puas hati. Namun, terhenti ketika mendengar perkataan Emily yang
selanjutnya, "Hentikan! Jangan buat aku membencimu."
Mendengar ancaman Emily, maka Rendra pun
mengangkat tubuhnya. Dia hanya bisa memandangi wajah kemerahan istrinya itu.
Emily bangkit dari sofa, baru saja ingin
membuka pintu namun, Rendra langsung memeluknya dari belakang seraya berbisik,
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu.
Di hari pertama aku melihatmu. Aku sudah
memilihmu untuk menjadi wanitaku saat itu dan untuk masa depanku."
Rendra menciumi telinga Emily dengan
lembut, lalu melepaskan pelukannya. Dia pun membukakan pintu, saat ini tidak
ingin memaksanya lagi, merasa jika wanita yang dia cintai sudah menjadi
istrinya, maka untuk sekarang itu sudah lebih dari cukup.
Emily pun segera melangkah keluar dari
kamar Rendra. berdiri sebentar di balik pintu yang memisahkan mereka, menangis
tanpa bersuara lalu menghapus air matanya.
Jika Rendra dan Emily masih berada dalam
badai, maka Leon sedang berbunga-bunga, landak kecilnya datang untuk
merawatnya. Hati siapa yang tidak berbunga-bunga jika mendapatkan perlakuan
seperti ini.
"Kemarilah," ujar Khansa seraya
menepuk-nepuk sisi ranjangnya.
Leon yang sudah berganti piyama itu pun
dengan patuh naik ke ranjang besar mereka. Leon membaringkan kepalanya di
pangkuan Khansa. Lalu Khansa mulai mengeluarkan jarum emasnya. Khansa berpikir
ketika di sini, suaminya ini tiba-tiba kambuh, bahkan menjadi lebih brutal dari
sebelumnya.
Dengan kecerdasannya tidak susah bagi
Khansa untuk menebak, jika tempat ini ada menyimpan sesuatu yang kelam bagi
suaminya ini. Khansa mulai membuka percakapan. "Apa dulu kau pernah
tinggal di sini?" Merasakan ketenangan tidur di pangkuan istri dan juga
teknik akupuntur yang merilekskan tubuhnya maka dengan lancarnya Leon menjawab
Iya atas bertanyaan Khansa.
"Benarkah? Mengapa tidak pernah
menceritakannya," ujar Khansa. "Apa yang ingin kau ketahui?"
tanya Leon.
"Ceritakan tentang orang tuamu!"
pinta Khansa.
Leon menarik napas lalu menceritakan
tentang ingatan kelam di masa itu, teman baik ibunya ternyata menghianati
ibunya dengan mengambil kasih sayang ayahnya. Dan entah kenapa tiba-tiba ibunya
bunuh diri melompat dari gedung tinggi.
Khansa mendengarnya dengan tercengang,
ternyata selama ini, suaminya memendam ingatan kematian seperti itu. Jelas saja
ini menimbulkan trauma mendalam. Pemicu kebrutalannya selama ini jika sakitnya
sedang datang kembali.
Khansa mengalihkan perhatian Leon,
"Apa ada hal manis yang kau ingat tentang ibumu?"
"Ya, waktu itu teman ibuku datang. Dia
membawa bayi perempuan kecil bersamanya, jawab Leon.
"Lalu?" tanya Khansa penasaran.
"Bayi itu memiliki binar mata yang
indah, lalu dia mengulurkan tangannya kepadaku," jawab Leon lagi.
"Ibuku bilang, kelak jika aku sudah
dewasa maka dia akan menjadi pengantinku," Cerita Leon lagi.
Mendengar jika Leon pernah dijodohkan
dengan bayi perempuan kecil, maka dengan seketika Khansa mendorong tubuh Leon
sampai terjatuh dilantai.
"Apa kau pernah mencarinya?"
tanya Khansa.
"Itu..." ujar Leon terbata.
Khansa memelototi Leon, tidak berani
berbohong maka Leon menjawab jujur, "Ya aku pernah mencarinya, tapi tidak
menemukan petunjuk sama sekali," jelasnya.
Leon segera bangkit dari lantai, lalu
segera naik ke ranjang mereka dan membujuk Khansa, "Tapi itu dulu,
sekarang kau adalah istriku. anggap saja pengantin kecil itu hanya candaan
kedua orang tuaku, ok!"
Saat itu, setelah Gala Guin meninggal.
Stephanie segera pergi menemui Amara Sebastian untuk menyerahkan satu jurnal
medis yang dia tulis bersama Gala. Sementara untuk yang lainnya dia yang akan
menyimpannya.
Kala itu Khansa masih bayi, dengan memakai
gaun putih panjang. Khansa terbaring tenang di dorongan bayi, pada saat itulah
Leon berdiri di samping dorongan bayi itu dan melihat bayi perempuan itu
tersenyum kepadanya lalu mengulurkan tangan mungilnya, Leon memberikan jari
tangannya lalu bayi itu menggenggamnya. Siapa sangka ternyata bayi kecil itu
malah telah membuatLeon jatuh cinta sebanyak tiga kali. Yakni ketika dia masih
bayi, ketika dia menyelematkan nyawanya, dan ketika dia menjadi istrinya saat
ini.
Penutup
Bab 135 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 135 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 135 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.