Bab 132 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 132
Paman Indra memanggil Khansa, mengatakan
jika Emily sudah terbangun, "Aku akan mengecek keadaannya." ujar
Khansa.
Khansa segera pergi ke kamar Emily,
"Sayangku, apa masih merasa pusing?" tanya Khansa.
"Sedikit," jawab Emily.
Sebenarnya ketika dibawa ke Villa mawar
kuning, Emily masih memiliki sedikit kesadaran, terakhir yang dia ingat sebelum
terlelap adalah seseorang bertanya kepadanya apakah bersedia menikah dengan
pria yang dihadapannya itu, yang sedang berdiri di depannya.
Emily melihat itu adalah Rendra, diam
menatap pria yang masih dicintainya itu, menilai Emily tidak mengeluarkan kata
tidak, kata penolakan maka pria yang bertanya itu menganggap Emily telah setuju
dengan pernikahan yang akan dilaksanakan, dan ijab gabul pun bisa dilaksanakan,
setelahnya barulah Emily kehilangan kesadarannya sepenuhnya.
Khansa mendengar ada ribut-ribut, lalu segera
turun untuk melihatnya. dan ternyata itu adalah Rendra.
Abraham langsung saja memukul Rendra.
merasa memang sudah mengacaukan maka dia tidak membalas pukulan Abraham.
"Aku datang untuk menjemput
istriku!" tukas Rendra.
"Kau merebutnya dengan cara tidak
jantan," ujar Abraham sembari memukul Rendra lagi.
"Semenjak dia lahir, dia adalah
miliku," jawab Rendra tidak mau kalah.
"Brengsek!" pukul Abraham lagi
kepada Rendra.
Leon tidak melerai, merasa kawan baiknya
ini memang sudah keterlaluan.
"Tuan Kawindra lepaskan tanganmu
darinya," teriak Emily.
Mendengar suara wanita yang di cintainya
memanggil namanya, Rendra langsung melepaskan Abraham dan menurunkan tangannya
yang baru saja ingin membalas pukulan Abraham. Abraham langsung berlari ke arah
Emily dan menggandeng tangan Emily, "Ayo kita pergi dari sini!"
"Tidak bisa! saat ini dia adalah
Nyonya Kawindra," teriak Rendra.
"Tidak, ini tidak sah," balas
hardik Abraham. "Sah ... karena dia sudah setuju," jawab Rendra
sembari berjalan ke arah mereka dan menarik Emily ke sisinya.
"M-maksudmu?" tanya bingung
Abraham.
"Dia sudah setuju menikah denganku
ketika ditanya sebelum aku mengucapkan ijab gabul pernikahan kami," jelas
Rendra.
"Emily benarkah itu?" tanya
Abraham.
Emily terdiam, ketika ditanya oleh Wali
hakim. waktu itu dia memang terdiam dan tidak mengatakan tidak bersedia, karena
itu wali hakim menganggap jika Emily bersedia.
Abraham mundur beberapa langkah, merasa
tidak percaya. Emily melepaskan rangkulan tangan Rendra.
"Abraham ... maafkan aku," jawab
Emily. "A-aku benar-benar ingin menikah denganmu, tapi apa dayaku jika
takdir kita ternyata tidak searah," jelas Emily.
Abraham memandang tangan mungil Emily yang
sedang memegangnya, lalu menghempaskannya, "Leluconmu sangat lucu
..." ujar Abraham lalu bergegas pergi dengan membanting pintu keras sekali.
Emily memandang ke Kak Wan, mengerti arti
tatapan Emily Kak Wan pun pergi mengejar Abraham.
Emily menangis, Khansa pun memeluknya.
Khansa menoleh kepada Leon, "Aku tidak ingin melihat Tuan Kawindra ada di
rumah kita."
Leon langsung saja menarik kerah baju
Rendra, menariknya keluar dan memasukannya ke dalam mobil lalu melajukannya.
Leon berkata, "Sebaiknya kau diam
saja, jangan sampai membuat landakku marah lagi. Itu akan sangat
berbahaya." mengingat jika landaknya Leon telah membuatnya KO dengan mudah
maka Rendra pun diam. Sementara itu, di kamar Khansa masih menghibur Emily.
"Apa yang akan kau lakukan?"
tanya Khansa.
"Entahlah, jawab Emily.
"Apa kau tadi benar-bemar
bersedia?" tanya Khansa lagi.
"Aku tidak mengatakan tidak,
menurutmu?" tanya balik Emily sembari mentertawakan dirinya sendiri.
"Apa yang harus aku lakukan dengan
Abraham?" ujarnya.
"Berikan dia waktu," jawab
Khansa.
"Berikan juga dirimu waktu, jika sudah
lebih baik maka bicarakan baik-baik," nasehat Khansa.
"Aku tidak ingin bertemu dengan Kak
Rendra," pijta Emily.
"Jika begitu ini adalah tempat teraman
untukmu saat ini," ujar Khansa.
Leon membawa Rendra ke Villa Anggrek,
"Malam ini kita tidur di sini,"
"Apa?" tanya Rendra bingung.
Leon mendapatkan pesan dari Khansa yang
mengatakan jika mereka di larang menginjakan kaki di rumahnya dalam beberapa
hari ke depan.
Leon mengajak Rendra berbicara serius,
"Bagaimana dengan Ibumu?"
"Mau tak mau akan aku hadapi,"
jawab Rendra.
Merasa jika hampir saja kehilangan Emily
dan merasa mau gila, maka Rendra pun nekat melakukan hal ekstrem seperti itu.
"Katakan saja jika kau membutuhkan bantuanku untuk melawan ibumu,"
ujar Leon sambil tertawa kecil.
"Kau pikir ibuku itu monster? tanya
Rendra bersungut.
"Bukan monster, hanya saja sangat
galak," jawab Leon lagi sedikit mencandai.
Rendra pun tertawa karena sedikit setuju
dengan pendapat Leon. Mereka berdua saling melempar tawa.
"Bagaimana dengan Emily, apa yang akan
kau lakukan sebenarnya?" tanya Leon ingin tahu.
"Jelas membawanya tinggal dengan aku,
telah menjadi istriku mana boleh tinggal berjauhan lagi," jawab yakin
Rendra.
"Bagus, jangan sampai membuat landakku
marah," ujar Leon.
Gery datang menyapa kedua Tuan Muda itu,
"Apa ada hal baru?" tanya Leon.
"Semua persiapan kepergian kita sudah
siap, jawab Geryy.
Leon menatap Rendra, lalu menjawab
"Tuan Kawindra akan ikut bersama kita, persiapkan juga!" perintah
Leon.
"Apa? Siapa yang mau ikut pergi
bersamamu, jawab Rendra.
Leon khawatir jika Rendra berulah lagi
ketika dia pergi, karena itu berpikir lebih baik membawanya pergi Ke Los
Angeles bersamanya.
"Baik Tuan," jawab Gerry yang
segera bergegas pergi untuk mengurus keperluan tamu dadakan tuannya itu. ponsel
Khansa berdering, menerima pesan teks dari Leon. Mengatakan jika dia dan Rendra
akan bertolak ke Los Angeles.
Khansa pun mangatakan kepada Emily, ada
sedikit rasa tawar di hati Emily ketika tahu Rendra akan pergi. Belum lagi
tentang Abraham.
Beruntung dia memiliki Khansa, yang setia
menghiburnya. Mereka terbiasa saling menjaga dan mengandalkan seperti ini.
Meski tidak ada kaitan darah. Namun, mereka dekat seperti darah dan nadi, tidak
bisa dipisahkan.
Meski baru saja menikah, tapi malah sudah
terpisah beberapa hari dan akan terpisah lagi beberapa hari kedepan. Hari ini
Rendra dan Leon bertolak ke Los Angeles.
Karena tindakan impulsif Rendra, maka Leon
pun terkena imbasnya, "Tanahmu yang ada di jawa barat aku
menginginkannya!" pinta Leon.
"Maksudmu?" tanya Heran Rendra.
"Kompensasi karena kau telah membuat
istriku mengabaikanku," jawab ringan Leon.
Karena merasa kesal, maka Leon pun ingin
berhitung-hitung dengan Rendra. Mengaku jika dirinya memang sudah berbuat onar
maka Rendra pun bersedia memberikan tanah yang dia miliki di daerah jawa barat.
"Orangku akan segera mengurusnya,
janji Rendra.
Pesawat jet Leon pun terbang dengan
gagahnya di angkasa, Membawa mereka membelah langit yang berbeda, jauh dari
wanita kesayangan mereka.
Di rumah, Emily dan Khansa sama-sama
memandangi langit biru cerah pagi ini. Tatapan mereka seperti sedang melepaskan
pria kesayangan mereka dan berharap agar mereka cepat kembali.
Lamunan kedua wanita itu terbuyarkan oleh
panggilan Paman Indra yang mengatakan jika sarapan telah siap.
Penutup
Bab 132 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 132 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 132 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.