Bab 130 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 130
Di pagi harinya, Leon sedari subuh telah
berdiri di depan pintu kamar Khansa. Dengan sabar dia menunggui istrinya itu
untuk membuka pintu.
Pintu terbuka, Leon langsung saja sigap
berdiri, Khansa acuh tak acuh. Dia langsung saja menarik tangan Khansa,
"Apa masih marah?"
"Masih tanya?" jawab ketus
Khansa.
"Apa kau tidak percaya dengan
aku?" tanya Leon merendahkan nada suaranya.
"Apa kau memiliki tujuan khusus maka
bersedia berinvestasi?" tanya Khansa menyelidik.
"Ya," jawab Leon jujur.
"Apa karena Yenny?" tanya Khansa
dengan nada cemburu.
"Pfff ..." Leon pun tertawa
terbahak-bahak.
"Apa kau pikir seleraku serendah itu?"
tanya serius Leon.
"Jadi karena apa?" tanya Khansa
lagi. "Katakan saja, ini untuk kebaikan kita ok! Tidak ada kaitannya
dengan orang lain, tapi untuk kita," jelas Leon.
"Apa masih tidak percaya?" tanya
Leon lagi. Khansa terdiam sejenak, "Baik, aku percaya ... tapi jika kau
membohongiku. Maka jangan berharap aku kasih ampun."
"Ya, ya aku tidak akan berani
..." ujar Leon sambil mengangkat tangannya memberi tanda menyerah.
"Hiish ..." ujar Khansa sambil
melirik tertawa.
Leon lebih memilih menyerah daripada nanti
malam tidur hanya memeluk guling saja. Setelah sarapan pagi, Khansa
mengantarkan Leon sampapi depan pintu.
"Berhati-hatilah," ujar Khansa.
"Aku akan cepat pulang," jawab
Leon sembari mengecup-ngecup kening Khansa.
Yenny mengintip dari lantai atas.seraya
berpikir jika cepat sekali mereka berbaikan, rasa dengki pun meliputi hati
Yenny kembali. Dia pun segera turun dan mendekati Khansa, "Menurutmu
kenapa Direktur Sebastian mau berinvestasi?"
Khansa acuh tak acuh terhadap Yenny,
terlalu malas meladeni, merasa diabaikan maka dia pun berteriak,
"Hei!"
Tak peduli dengan teriakan Yenny dengan
nada marah, Khansa tetap saja pergi meninggalkannya.
Yenny teringat dengan Kakek Isvara, lalu
segera pergi ke kamarnya. Dengan wajah manis dia mendekati Kakek Isvara sambil
berkata, "Kakek aku pijit ya," Kakek Isvara pun mengangguk, Yenny
mulai memijiti dengan lembut sambil bercerita ini dan itu lalu mulai bertanya
tentang Jurnal medis Stephanie.
"Apa kakek tahu di mana jurnal
itu?"
Kakek Isvara terdiam, menatap Yenny lalu
menggelengkan kepalanya. Yenny berhenti memijat lalu berkata lagi, "Coba
kakek ingat betul-betul!"
Kakek Isvara hanya diam saja, Yenny yang
tadi tersenyum lembut pun mulai menghilangkan senyumannya, lalu berkata
"Kakek, kita membutuhkan jurnal itu jika tidak nyawa kita semua akan
terancam kek!"
"Jadi katakan kepadaku di mana jurnal
itu?" ujar Yenny.
"Hei! Apa yang kau lakukan!?"
tanya ketus Khansa.
Melihat wajah Kakek yang terlihat marah
maka Khansa pun langsung menarik kursi roda itu menjahui Yenny dan berkata,
"Kakek apa kau baik-baik saja?"
"Pengawal! panggil Khansa.
Pemgawal itu segera masuk "Ya
Nyonya." "Lain kali tidak ada yang boleh masuk ke kamar ini selain
aku dan Tuan Sebastian!" perintah Khansa.
"Hei! Kau apa maksudmu?" ujar
Yenny tidak senang.
"Kakek butuh ketenangan untuk bisa
sembuh maksimal." Jawab ringan Khansa.
"Aku juga adalah cucunya," protes
Yenny.
"Aku yang menyembuhkannya," jawab
sengit Khansa tidak mau kalah.
"Keluar! Jangan sampai aku meminta
suamiku menarik investasinya," ancam Khansa yang masih merasa tidak senang
jika suaminya berinvestasi di pabrik obat Isvara.
Yenny pun tidak punya pilihan, lalu pergi
dengan marah meninggalkan kamar Kakek Isvara, "Sial."
Di kantor Leon, lagi-lagi Gery dibuat
seperti gangsing. Dari hasil penyelidikan jika yang membuat celaka orang tua
Khansa adalah salah satu orang kuat yang berada di Oracle Farmasi.
Leon berdiri lalu berkata, "Kita ke
Oracle!" perintahnya.
Leon mengetahui jika Yenny mendapatkan uang
40 milliar dari orang misterius di Oracle, dia langsung saja berpikir jika ada
sesuatu yang di tukar, dan dia sangat yakin jika itu adalah salah satu jurnal
ibu mertuanya.
"Direktur, apakah yakin akan
kesana?" tanya Gerry.
"Tentu saja!" jawab Leon.
Hal yang tidak diketahui banyak orang
adalah jika Oracle Farmasi adalah buatan ibunya Leon. Hanya saja telah
berpindah tangan ketika ayahnya menikah lagi dengan wanita lain.
Ketika itu Leon melihat dengan mata kepala
sendiri jika ibunya jatuh dari atas gedung. Melihat ibu sendiri mati dengan
cara menggenaskan, ini membuat trauma tersendiri bagi Leon. Membuat dia
memiliki gangguan tidur yang akut. Karena setiap kali memejamkan mata maka
ingatan itu akan selalu muncul kembali.
Mendengar tuannya mengatakan dengan yakin
bisa masuk ke Oracle Farmasi, maka Gerry pun segera mengurus kepergian ke Los
Angeles lagi.
Di kadiaman Isvara, Khansa sedang menyesap
wedang jahe. Tiba-tiba menyemburkannya, membaca isi pesan teks dari Emily yang
mengatakan jika dia akan menikah.
"Rendra?" balas isi pesan teks
Khansa.
"Abraham," jawab Emily.
"Lalu Rendra?" tanya Khansa lagi.
"Jika tidak mencoba, maka tidak akan
pernah tahu apakah aku bisa melepaskannya atau tidak," jawab pesan teks
Emily.
"Apa pun keputusanmu maka aku akan
mendukungmu," hibur Khansa.
Persiapan pernikahan Emily dilakukan dengan
cepat, hari ini adalah jadwal Emily untuk mencoba kebaya pernikahan yang akan
di pakainya nanti. Abraham datang menjemputnya.
Di dalam mobil mereka berbincang tentang
rencana kedepannya nanti, "Aku ingin tinggal di Milan," ujar Emily.
"Lalu bagaimana dengan karir
artismu?" tanya Abraham.
Emily terdiam, berpikir jika dia menjadi
artis karena ingin menjauhi Rendra, dengan menjadi artis akan sering membuat
dia berpergian. Pergi ke Milan meski tidak menjadi artis lagi, bukankah
tujuannya tetap sama saja. Pergi jauh darinya.
"Aku tidak berkeberatan menjadi ibu
rumah tangga yang mengurus suami bekerja," jawab Emily.
Karena pernikahan begitu cepat, sementara,
keluarga Abraham di Milan. Maka Emily tidak berkeberatan jika pernikahan ini
hanya dilakukan akad saja tanpa dihadiri keluarga Abraham, hanya akan dihadiri
kerabat dari Minang saja.
Pernikahan akan dilakukan dalam waktu satu
minggu lagi. Kak Wan, manajer Emily adalah orang yang paling sibuk.
Emily dan Abraham sampai dibutik, kebaya
putih yang dipakainya nampak indah sedap dipandang. Abraham tidak berkedip
menatapnya, begitu juga Rendra yang memiliki kebiasaan mengintai Emily dari
salah satu sudut.
Rendra tidak bisa mengalihkan pandangannya
dari Emily, gadis kecilnya sudah menjadi tumbuh begitu cantik dan anggun. Dalam
hatinya semakin tidak rela melepaskan Emily.
Emily dan Abraham juga mengamil foto
prewedding hari ini. Mengambil cicin pernikahan mereka. Semua disaksikan oleh
Rendra dengan hati yang merandang.
Leon menunda kepergiannya, karena atas
permintaan Khansa. Teman baiknya menikah, mana boleh tidak hadir.
Di hari pernikahan, Leon memberikan banyak
rangkaian bunga yang indah-indah sebagai ucapan selamat.
Di rumah Emily, menatapi kaca, dia sedang
mematut-matut dirinya. Kebaya yang panjangnya sampai menyapu lantai itu nampak
indah di tubuh Emily. Sanggulan sederhana namun anggun, juga terselip bunga
mawar merah semakin mempercantik wajah Emily.
"Kak Wan aku haus,” ujar Emily Kak Wan
melihat ada segelas air di meja makan, lalu mengambilnya dan memberikan kepada
Emily.
"Ayo lekas sudah jam berapa ini,"
ujar Ka Wan sambil sibuk mengurus ini dan itu.
"Aku akan ke mobil," ujar Emily.
"Ya, ya sendiri bisa kan," ujar
Ka Wan yang masih sibuk dengan team make up.
Leon dan Khansa juga kerabat Abraham telah
hadir Aula masjid, hanya tinggal menunggu kedatangan Emily.
Emily bergegas masuk ke mobil yang telah
disiapkan oleh Kak Wan, langkahnya sedikit terhenti karena merasakan sedikit
pusing. Mengingat jika Abraham sedang menunggu, Emily meneruskan langkahnya.
Emily masuk ke dalam mobil. Namun, mobil
masih belum melaju. Tiba-tiba pintu terbuka, Rendra duduk dengan tenangnya di
samping Emily.
"Kkau ..." ujar Emliy terbata
lalu tertidur di bahu Rendra.
"Jalan!" perintah Rendra kepada
supirnya.
Penutup
Bab 130 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 130 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 130 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.