Bab 128 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 128
Mobil Abraham sampai di depan rumah Emily,
dengan perlahan dia mamapah wanita yang akan menjadi istrinya ini. Tiba-tiba
saja sebuah tangan besar menarik Emily lepas dari rangkulannya.
“Apa sudah baikan? tanya dingin Rendra.
Emliy tercengang mendapati dirinya saat ini malah sudah ada dalam rangkulan
Rendra, “Mau apa ... lepas!"
“Diam ... patuh, masih sakit jangan banyak
buat ulah,” ujar Rendra.
“Kak” sapa Abraham.
Dengan acuh tak acuh Rendra membawanya ke
dalam, dengan santainya Rendra menekan kode kunci rumah Emily.
“Ini sejak kapan dia tahu kode
sandinya?" pikir Emily.
Mereka bertiga masuk dan duduk di sofa
dalam keheningan, masing-masing orang duduk dengan membawa pemikiran
sendiri-sendiri.
Rendra berdiri, lalu menarik Emily, “Masih
sakit, segera beristirahat di kamar!"
“Nanti saja, masih ada hal yang harus aku
bicarakan dengan Abraham," jawab Emily.
“Tentang Pernikahan?” tanya Rendra dengan
suara Magnetisnya.
Binar mata Emily sedikit canggung ketika
mendengar Rendra mengucapkan kalimat itu, dia menunduk lalu menyelipkan
rambutnya d balik telinga, lalu berkata ,"Ya aku dan Abraham akan
menikah."
Rendra menggigit bibir bawahnya, sambil
berkata dalam hati, “Tidak boleh.”
“Suka tidak suka, aku akan tetap menikah
dengan Abraham, jelas Emily lagi seraya memandangi Abraham.
Melihat wanita yang disuka sedang
menatapnya, Abraham lalu mengambil tangan Emily dan menggenggamnya. Rendra
memasukan kedua tangannya ke saku celananya, “Ini dibicarakan nanti saja, kau
beristirahatlah nanti aku akan memasakan bubur kesukaanmu.”
Rendra melihat kepada Abraham, lalu berkata
“Kau pulang saja, aku yang akan menjaganya.”
"Jika begitu hanya bisa merepotkan kakak,
besok aku akan datang lagi,” ujar Abraham.
Setelah Abraham pergi, Emily segera masuk
ke kamarnya. Rendra pergi ke dapur untuk memasak bubur Manado kesukaan Emily.
Di dalam kamar, Emily terbaring dengan
masih merasakan ngilu dan lemas di sekujur tubuhnya, tak berapa lama Rendra
masuk dengan membawa semangkuk bubur hangat, “Makanlah dulu, ujarnya.
Emily bangun dari ranjangnya, duduk
bersandar seraya memandangi pria yang sedang berdiri manis penuh perhatian, dia
menarik napas panjang lalu berkata, “Lepaskan aku bisa tidak?”
Tanpa jeda dan keraguan Rendra langsung
menjawab, “Tidak!”
“Kau tidak mencintaiku, tapi tidak mau
melepaskan. Kau pikir aku ini boneka kayu yang tidak memiliki rasa?" tanya
Emily melirih.
Rendra terdiam memandangi Emily, berpikir jika
ibunya sangat membenci Emily. Dulu ketika bertengkar dengan tuan besar
Kawindra, ibunya nekat melakukan percobaan bunuh diri yang berujung pada
kelumpuhan permanen pada kakinya.
Nyonya Kawindra mengancam Rendra, dia tidak
akan ragu-ragu lagi untuk melakukan percobaan bunuh diri jika Rendra memilih
Emily sebagai istrinya. Bahkan lebih buruk, Nyonya Kawindra mengancam akan
membuat perhitungan dengan Emily jika benar saja terjadi Rendra lebih
memilihnya.
Rendra diam tidak menjawab, lalu duduk di
sisi ranjang Emily, “Makan!”
Emily memalingkan wajahnya, enggan makan.
Rendra mengambil sesendok bubur lalu memasukan kedalam mulutnya sendiri. Tangan
besar Rendra mengusap kepala Emily lalu dengan tiba-tiba saja wajah Rendra
menunduk, mentautkan bibrnya ke bibir Emily dan memasukan bubur yang ada di
mulutnya ke mulut Emily.
Kedua mata Emily terbelalak, “Apa kau sudah
gila!?” bentak Emily seraya mendorong tubuh Rendra.
“Masih tidak mau makan? Apa perlu aku suapi
lagi,” jawab Rendra sembari membersihkan sisa bubur yang menempel di ujung
bibirnya.
Tidak ingin Rendra melakukan hal yang tadi,
maka Emily pun segera mengambil bubur itu dari tangannya dan mulai menyuapi
dirinya sendiri. Lalu Rendra berkata, “Pintar,” sembari mengusap lembut kepala
Emily.
Terdiam beberapa saat, Emily mencoba
bertanya, “Tentang aku yang akan menikah, kau tidak berkeberatan kan?”
Rendra tersenyum dengan sedikit tertawa
sarkas, lalu berkata “Coba saja!”
Emily mencoba memahami jejak raut muka
rendra, wajah tampannya nampak biasa saja. Pria ini sedari dulu memang pandai
menutupi emosi perasaannya. Marah, sedih terkadang tidak bisa dibedakan. Rendra
berdiri dan meninggalkan Emily begitu saja tanpa sepatah kata pun.
Emily meletakan buburnya di atas nakas,
menyenderkan kepalanya dan menghela napas panjang. Berpikir dirinya sudah
bertekad untuk menikah, maka akan tetap dia jalani. Sementara itu, Khansa
merasa melega mendengar Emily sekarang sudah berada di rumah lagi, juga Kakek
Isvara semakin membaik. Khansa terdiam merasa masih ada yang kurang.
Lamunan Khansa dibuyarkan oleh panggilan
dari salah satu pelayan, “Nona ada tamu dibawah yang sedang menunggu.”
“Tamu?” jawabnya.
Khansa segera saja ke lantai bawah, melihat
suaminya telah datang segera saja Khansa berlari untuk memeluknya, Leon
merentangkan tangannya dan segera menangkap tubuh mungil landak kecilnya itu,
“Huffh ...”
“Apa baru tiba?” tanya Khansa.
"Ya, sore tadi," jawab Leon.
"Apa ada oleh-oleh untuk aku?"
tanya manja Khansa.
Sambil tersenyum Leon menjawab, “Tentu saja
ada."
“Mana?” tanya Khansa dengan bersemangat.
Leon pun tertawa kecil lagi, lalu berkata,
“Bukankah kau sedang memeluknya.”
Khansa terdiam sesaat, lalu bersungut
sambil mencubit pinggang kuat Leon, “Hilish ...”
Saat ini fauzan datang menghampiri mereka,
dan menyapanya “Direktur Sebastian.”
“Ayah mertua,” jawab Leon dengan nada
menyindir.
“Aku datang karena ingin melihat keadaan
kakek," ujar Leon.
Khansa melepaskan pelukannya, lalu berkata
“Jika begitu aku akan membawamu ke kamar kakek."
Fauzan pun mempersilahkan dan ikut
mengantarnya ke kamar kakek Isvara. Leon dengan sopan menyapa Kakek Isvara.
Berbincang sebentar lalu Leon berkata, “Aku akan menginap beberapa hari di sini.”
:
Khansa nampak terkejut dengan perkataan
suaminya itu, lalu Leon mendekati Khansa dan berbisik, “Aku akan meminta Gery
menyiapkan sapu lidi aren yang terbaik, kau tenang saja.”
“ih pria ini, benar-benar deh, pikir
Khansa.
Melihat jika kakek Isvara sedang memandangi
mereka, maka Khansa pun tidak membuat perhitungan dengan Leon dan menerima
keinginan Leon untuk tidur di kediaman Isvara.
Fauzan yang mendengar jika Leon akan
menginap beberapa hari di sini, tentu saja langsung saja merespon, “Anggap saja
rumah sendiri.”
"Jika begitu aku tidak akan
sungkan," ujar Leon.
Dalam berkas laporan yang Gery bawa, ada
foto Fauzan yang tertangkap dengan beberapa orang dari Oracle farmasi. Foto itu
di ambil di masa-masa setelah kematian Stephanie. Fauzan pun langsung sibuk
mengatur rumah.
Tapi tidak perlu khawatir repot, baru saja
sampai di lantai bawah Fauzan melihat ada satu mobil box terpakir di halaman
kediaman Isvara. Itu adalah mobil yang mengantarkan bahan-bahan makanan untuk
Leon makan selama dia menginap di kediaman Isvara, entah mengapa dirinya
semakin merasa tidak sudi makan dari uang yang fauzan hasilkan. Karena itu dia
membawa bahan makanan sendiri dan keperluan yang lain untuk dirinya dan juga
untuk Khansa.
Penutup
Bab 128 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 128 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 128 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.