Bab 124 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 124
Yenny duduk di depan Leon dan Khansa. Tak
berapa lama pelayan membawakan makanan ke dalam ruang makan. Maharani berkata,
“Seharusnya Direktur Sebastian memberi tahu jika akan datang, jadi kami bisa
menyiapkan makan malam yang spesial.”
“Aku tiba-tiba rindu istriku,” jawab Leon
seraya mengusap puncak kepala khansa.
Khansa mengambilkan nasi dan lauk untuk
Leon, di bawah meja nampak yenny mengepalkan tangannya erat-erat. Yenny masih
menginginkan posisi Nyonya Sebastian. Maharani memahami raut muka putrinya itu.
“Khansa, biarkan Direktur Sebastian memilih
sendiri lauk yang dia inginkan,” ujar Maharani.
“Aku memang pilih-pilih, tapi apa yang
istriku pilihkan maka semuanya aku suka, jelas Leon.
Wajah Maharani memerah mendengar jawaban
Leon, "Ah ... jika begitu silahkan dinikmati makan malam alakadarnya ini.”
Baru beberapa suap Leon dan Khansa
menikmati makan malamnya, Yenny membuka suara, “Direktur Sebastian ... tentang
uang 40 Milliar, aku akan segera mentransfernya ke rekeningmu.”
Leon meletakan sendoknya, lalu memandang ke
arah yenny, “Bukan rekening aku, tapi ke rekening istriku saja. Semua assetku
adalah miliknya," jelas Leon.
Maharani terbatuk ketika mendengar Leon
memberikan 40 Milliar begitu saja degan mudahnya kepada Khansa, dia selama ini
menikah dengan fauzan tidak pernah mendapatkan uang sebanyak 1 Milliar dari
fauzan di rekening tabungannya.
Leon melihat Khansa makan dengan
menggunakan tangan kanannya, lalu meletakan sendoknya dan mencuci tangannya di
wadah tempat tadi Khansa membilas tangannya. Melihat ini kedua mata Yenny
semakin menyiratkan keiriian dengki yang mendalam.
“Mengapa makan memakai tangan?" tanya
heran Khansa.
“kau memakai tangan, jadi aku juga ingin
mencobanya, jawab Leon.
Leon mulai meraup nasi dan lauk yang ada di
piringnya, menu kali ini adalah ikan tempoyak , bahan utama makanan ini adalah
durian yang di fermentasi, selain ikan sebagai pelengkap dalam tempoyak biasa
diberi mentimun dan juga cabai rawit hijau, jika mau lebih enak lagi tambahkan
tempe goreng dan petai mentah sebagai pelengkap.
Ini adalah menu masakan kesukaan Khansa,
karena itu tadi siang Khansa meminta pelayan memasakan ini untuknya. Tak
disangka malah terlihat Leon yang lebih banyak menghabiskan nasi dan ikan
tempoyak ini. Setelah selesai makan, Leon mengikuti langkah Khansa masuk ke
kamarnya.
Ini adalah pertama kalinya Leon masuk ke
kamar istrinya, kamar masa-masa kecil istrinya itu. Di kamar ini terlihat
banyak sekali foto-foto Khansa Bersama ibunya dan juga kakek Isvara. Terbesit
lagi dalam hati tentang misteri ayah kandung Khansa.
Leon menarik pinggul ramping Khansa,
membawanya duduk disofa, di pangkuannya. Khansa secara reflek langsung
mengalungkan kedua tangannya di leher Leon, "Ada apa?”
“Tidakkah kau rindu?” tanya Leon.
“Ini baru satu hari berpisah lho,” jawab
Khansa.
“Ah iyakah? Hmmm tapi mengapa terasa
seperti 100 tahun," ujar gombal Leon.
“ihh kau ini ...” ujar Khansa seraya
mencubit lengan Leon.
“Apa mau menginap di sini?" tanya
Khansa.
“Apakah Boleh?" tanya balik Leon.
“Ya tentu saja, inikan kamarku dan kau
adalah suamiku,” jawab manis Khansa.
Leon tersenyum lalu mencium bibi merah
khansa, “Besok aku harus pergi dinas, jadi tidak bisa menginap, jawab lembut
Leon.
“Begini saja, aku akan menemanimu sampai
tertidur OK!” janji Leon.
Khnasa menganggukan kepalanya, mereka pun
naik ke atas ranjang. Leon memeluki Khansa sampai dengan Khansa tertidur.
Setelah melihat napas teratur Khansa, Leon segera beranjak dari ranjang dan
dengan perlahan meninggalkan kamar Khansa.
Di lantai bawah, leon bertemu dengan Yenny
yang memang sengaja menunggunya.
“Direktur Sebastian."
Leon hanya diam tidak menjawab, Yenny
dengan perlahan mendekatinya, “Apakah ingin pulang? Mengapa tidak menginap
saja?"
“Masih ada yang harus aku selesaikan, jawab
ringan Leon.
Leon melangkah pergi, tiba-tiba menoleh
kepada Yenny, "Aku belum membuat perhitungan denganmu, jadi aku harap
istriku akan baik-baik saja di sini. Jangan membuatku berhitung yang baru
kepadamu.”
Yenny hanya bisa terdiam dan melihat
kepergian Leon yang semakin menjauh meninggalkan kediaman Isvara. Hatinya
merasa hilang di tiap kali memikirkan jika dia kehilangan status Nyonya
Sebastian yang waktu itu sudah ada dalam genggamannya.
Yennny melihat sebuah notifikasi masuk ke
ponselnya, membaca itu adalah pesan pengingat tentang jurnal yang dicari
Professor Lexa. Teringat jika saat ini tubuhnya tengah terinfeksi, Yenny pun
memutuskan untuk segera berisitirahat.
Di dalam kamar Maharani, terlihat wajah
kesalnya. Maharani berkali-kali menghubungi fauzan namun, tidak di jawab oleh
fauzan. Di salah satu apartemen, Fauzan hanya melirik ponselnya yang menyala.
“Siapa?” tanya Jane yang sedang berada
dalam pelukan Fauzan.
“Tidak penting," jawab Fauzan.
“Apakah si Nenek Lampir itu?" tanya
Jane.
“Sudahlah jangan bahas dia, membuat mood-ku
menjadi bertambah buruk," jawab Fauzan.
“Jika begitu aku akan membuatnya menjadi
baik," ujar Jane seraya langsung duduk di atas pangkuan fauzan.
“Jika begitu senangkan aku," ujar
Fauzan sembari memegangi pinggul ramping Jane.
Maharani melempar ponselnya karena merasa
kesal, sudah berminggu-minggu tidak mendapatkan kabar dari fauzan, “Sialan.”
Masing-masing orang malam ini memiliki
kegiatannya sendiri-sendiri, begitu juga dengan Rendra yang sedari tadi duduk
di salah satu sudut restoran, mengawasi Emily yang sedang makan malam bersapa
pria yang bernama Abraham. Rendra membolak balik berkas yang ada di tangannya,
berkali-kali baca mengenai identitas Abraham. Pria berdarah keturunan Minang
Italia, Lulusan S1 Polytechnic University of Milan.
Nampak Emily akan bersiap pulang diantar
oleh Abraham. Namun, Rendra tiba-tiba berdiri di depan mereka, “Ayo aku akan
mengantarmu pulang!” ujar Rendra.
“K-kau ...” ucap Emily menatap bingung.
“Ini siapa?" tanya Abraham.
“I-ini kakakku, jawab Emily.
“Kakak ..." ujar Rendra tidak puas.
Rendra segera menarik lengan Emily, namun
satu tangan Emily di tarik lagi oleh Abraham. Emily terhuyung ke kanan dan ke kiri.
Emily melihat tatapan Rendra, lalu segera melepaskan tangan Abraham.
“Aku akan pulang Bersama kakakku, nanti aku
akan menghubungimu lagi,” janji Emily.
Rendra segera menarik Emily menuju ke dalam
mobilnya, setelah memasangkan sabuk pengaman Rendra dengan keras membanting
pintu mobilnya, Emily terkejut sampai-sampai memegangi dadanya.
Rendra melajukan mobilnya dengan cepat.
Sepanjang perjalanan mereka berdua tidak
saling berbicara, sampai Emily menyadari jika itu bukan jalan ke rumahnya.
“Kau mau bawa aku kemana?" tanya
Emily. “Pulang!” jawab Rendra.
“Pulang ...” pikir Emily.
“Tidak aku tidak ingin pulang ke kediaman
kawindra,” bentak marah Emily.
“Pulang ke rumahku, jawab Rendra, setelah
Emily pergi dari rumah, Rendra juga memutuskan untuk pindah rumah.
Penutup
Bab 124 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 124 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 124 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.