Bab 123 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 123
Emily Menatapi Pria tinggi yang baru saja
memasuki rumahnya itu. Rendra melihat-lihat sekilas, lalu tersenyum samar
mengetahui selera Emily belum berubah untuk gaya Dekorasi. Menyukai wanra hitam
dan putih.
Rendra merebahkan dirinya di sofa putih
Emily, “Apa kau masak? Aku lapar sekali.”
Emily bertelak pinggang di depan Rendra,
lalu berkata “Apa keluarga Kawindra sudah kekurangan uang? Mengapa meminta
makan kepadaku?”
“Hei, aku ini tamu Iho. Memuliakan tamu itu
penting,” jawab sembarang Rendra.
Emily memijit-mijit pelipis matanya, merasa
sepertinya susah sekali menyingkirkan Tuan Muda Kawindra ini dari hidupnya.
Setelah kejadian yang memilukan hati Emily waktu itu, Emily memutuskan pergi
dari rumah Kawindra, dan memulai debutnya sebagai artis. Selama ini Rendra
selalu mengawasi Emily meski dari balik layar, semua hal terkait pekerjaan
Emily penyokongg terbesar sebenarnya adalah Rendra.
Rendra yang mengatur mana iklan yang boleh
dibintangi, mana peran yang boleh dilakoni. Rendra tetap menjaga Emily,boneka
porselennya.
“Ada makanan tidak?" tanya Rendra lagi
sambil memainkan game di ponselnya.
Emily pun pergi ke dapur, mengingat jika
dulu Rendra sangat menyukai Indomie kuah yang di tumis, maka Emily segera
membuatkannya.
Rendra duduk dan menatapi punggung Emily,
tatapan matanya terlihat teduh penuh cinta dan rindu. Tak berapa lama semangkuk
indomie tumis, telah tersaji di atas meja.
“Makanlah, hanya ada ini di rumah,"
ujar Emily.
Rendra meletakan ponselnya, melihat itu
adalah mie kesukaannya. Hati Rendra hampir-hampir saja menangis. Emilynya masih
mengingat apa yang dia suka, itu artinya Emilynya masih menyimpan dia di dalam
hatinya.
“Tidak apa, aku akan memakannya. Aku sangat
lapar, dan sudah sangat lama tidak memakan ini.” Jawab Rendra.
“Hissh ...” gumam Emily.
Emily duduk sambil membaca majalah yang ada
di tangannya, ponsel Emily berdering. Melihat nama yang tertera di ponselnya
sebenarnya Emily Enggan menjawabnya. Emily melirik ke arah Rendra yang sedang
nikmat memakan semangkuk mie buatannya.
“Halo,” Emily segera menjawab panggilan dari
Abraham.
“Emily apakah kau ada waktu?" tanya
Abraham.
“Ya tentu saja, jadwalku akhir-akhir ini
tidak padat,” jawab Emily.
Rendra yang mendengarkan percakapan itu,
tiba-tiba menghentikan gerakan menyuap mienya. Rendra memasang telinganya
tajam-tajam, menguping. Emily bangkit dari sofa, dan menjawab dengan agak
menjauh.
“Jika begitu nanti malam aku akan
menjemputmu, ujar Abraham.
“Baik aku akan menunggumu jam tujuh,” jawab
Emily dengan manis.
Rendra langsung saja kehilangan selera
makannya ketika mendengar Emily akan pergi berkencan dengan pria lain, “Siapa?”
tanya Rendra sambil bersedekap dan menyilangkan kakinya.
Rendra bersandar dengan santai di sofa,
namun aura tubuhnya seperti mengeluarkan aroma orang yang akan berperang. Emily
sedikiti gugup ketika melihat Rendra yang seperti ini.
“Bukan urusanmu?" jawab ketus Emily.
“Bukan urusanku? ujar Rendra sembari
berdiri lalu memasukan satu tangan ke saku celana panjangnya.
Hatinya mulai berdegup marah, bagaimana
mungkin ini bukan urusannya, jika selama ini semua urusan Emily adalah
urusannya, meski dia mengurusnya dari balik layar. Tidak terlihat.
Emily melangkah maju mendekati Rendra, lalu
bersedekap di depannya, “Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku? tanya Emily
dengan mata berkaca-kaca.
Rendra menahan napasnya, menahan diri agar
tidak menarik wanita yang sedang menatapinya ini lalu memakannya sekali lagi,
“Aku adalah kakakmu, pria macam apa yang bisa mendekatimu haruslah seijin aku.”
Hati Emily sudah benar-benar dibuat marah
oleh Rendra, Emily semakin melangkah maju lalu mengalungkan kedua tangannya di
leher Rendra, Emily berkata “Lalu pria seperti apa yang pantas mendampingiku?
Apakah yang sepertimu?"
"pengecut?" tanya Emily lagi.
Emily melepaskan rangkulan tangannya,
hatinya juga berdesir hebat ketika berdekatan seperti ini dengan Rendra. Emily
berpaling dan berkata, “Pulanglah, antara kita sudah tidak terkait satu sama
lain lagi.”
Emily melangkah pergi meninggalkan Rendra,
namun dengan cepat Rendra menarik Emily dan memeluknya dari belakang. Rendra
mengecupi lembut daun telinga Emily sambil berbibisk, "Bukankah aku pernah
bilang, selama ada aku tidak akan ada pria yang berani mendekatimu, selama ada
aku kau tidak akan bisa menikah dengan pria lain. Apalagi berpikir memiliki
anak dengan pria lain. Jangan berharap.”
Tubuh Emily terpaku diam. Hatinya antara
sakit dan senang ketika mendengar Rendra berkata seperti itu. Rendra melepaskan
pelukannya lalu pegi begitu saja meninggalkan Emily dalam kebimbangan. Emily
terjatuh duduk di lantai lalu mulai menangis.
Emily membenci dirinya karena merasa masih
mencintai Rendra, “Dan ternyata cinta.”
Di dalam mobil, Rendra masih menatapi rumah
Emily, lalu mengambil ponsel dari sakunya menghubungi seseorang dan berkata,
"hentikan semua pekerjaannya.”
Di kediaman Isvara, nampak Khansa baru saja
selesai memberikan terapi kepada Kakek Isvara. Yenny masuk ke dalam kamar kakek
Isvara, dengan nada penuh perhatian Yenny menanyakan keadaan kakek Isvara.
“Bagaimana, apakah ada perkembangan?"
tanya Yenny seraya duduk di sisi ranjang Kakek ISvara.
Khansa menaikan satu alisnya, berpikir
sejak kapan Yenny menaruh perhatian kepada kesehatan kakek Isvara, tapi
sekarang malah bersikap manis sambil memijat-mijat kaki kakek Isvara.
Yenny melihat kepada Khansa lalu berkata,
“Kami menggantungkan kesembuhan kakek kepadamu, ujar Yenny lalu beranjak pergi.
“Ciih, benar-benar aneh,” gumam Khansa.
Khansa melihat jam sudah jam lima sore,
“Saatnya mandi dan beristirahat.”
Baru saja selesai mandi dan berganti
pakaian, terdengar bunyi ketukan di pintukamarnya, "Nona, ada tamu yang
mencari.
“Tamu?” pikir Khansa.
Khansa pun segera turun untuk melihat, baru
saja menuruni tangga. Leon menoleh menyadari landak kecilnya sedang menuruni
tangga. Melihat itu adalah suaminya, Khansa mempercepat Langkah kakinya. Leon
melangkah maju lalu menangkap tubuh Khansa.
“Mengapa berlari, apa tidak takut jatuh?”
tanya Leon.
“Ada kau yang akan menangkapku, lalu
mengapa harus takut," jawab Khansa.
Leon memeluk tubuh Khansa dan membawannya
berputar-putar, setelah merasa puas barulah Leon menurunkan tubuh Khansa.
Maharani melihat kedatangan Leon lalu perlahan dengan
takut-takut menyapanya, “Tuan
Sebastian."
“Emm ..” jawab Leon menyapa Maharani.
Yenny juga langsung menyapa Leon, “Direktur
Sebastian.”
Khansa langsung saja mengeratkan
rangkulannya di pinggang kuat Leon. Melihatnya jadi memberikan rasa manis di
hati Leon. Dia selalu suka jika landak kecilnya ini merasa sedang cemburu,
karena cara cemburu landak kecilnya ini sangat unik, beda dengan wanita lain
pada umumnya.
“Apa kau akan tinggal untuk makan malam
Bersama?" tanya Maharani dengan sopan, takut menyinggung.
Leon melihat kepada Khansa, lalu melihat
Khansa mengangguk maka Leon pun menerima ajakan makan malam Bersama dari
Maharani. Mereka pun segera pergi ke ruang makan, Leon mengernyitkan alisnya
karena tidak melihat ada fauzan.
“Tuan Isvara ...?" tanya Leon.
“Akhir-akhir ini semakin sibuk dengan
perusahaan, jawab Maharani menutupi hubunganna yang semakin renggang dengan
Fauzan Isvara.
Penutup
Bab 123 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 123 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 123 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.