Bab 120 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 120
"Aku akan mengecek dapur, apakah
makanan kesukaan Bibi Fida sudah selesai dimasak," ujar Khansa sembari
melepaskan pelukannya.
Leon mengecup kening Khansa, dan
membiarkannya dia pergi. Gery telah menunggunya di depan pintu ruang kerja
Leon.
"Tuan," ujar Gery sembari
memberikan sebuah berkas.
Leon masuk ke ruang kerjanya, berdiri di
depan jendela tinggi besarnya itu, lalu membuka berkas yang Gery berikan. Itu
adalah penyelidikan tentang keluarga Khansa. Ini adalah foto ibunya Khansa yang
diambil Jauh sebelum menikah dengan Fauzan.
Foto dengan seorang pria, nampak sedang
tersenyum bahagia, Leon teringat perkataan Bibi Fida waktu itu, "Ayah
Khansa di bunuh."
Leon membuka lagi lembaran berikutnya,
berdasarkan penyelidikan jika Ibu Khansa pernah melakukan nikah secara agama
dengan pria yang bernama belakang Quin. Belum sempat mencatatkan pernikahan itu
kepada pengadilan agama, kecelakaan terjadi dan merenggut nyawa pria yang
bernama belakang Quin itu.
"Quin," pikir Leon yang merasa
pernah mendengar nama ini.
Leon mengernyitkan alisnya, "Selidiki
keluarga Nenek Quin!"
"Nenek Quin?" tanya Gerry
bingung.
Leon menuliskan sebuah alamat, lalu
memberikannya kepada Gery, "Satu hari!"
Mendengar kalimat satu hari, Gery
mengatupkan bibirnya rapat-rapat, menahan agar tidak ada perkataan protes yang
keluar dari mulutnya selain perkataan "baik tuan"
Hanya di beri waktu satu hari untuk
menyelesaikan penyelidikan, Gery segera bergegas pergi ke semua sumber daya
yang dia kenal.
Selesai mengecek ke dapur, Khansa pergi ke
kamar Bibi Fida. Melihat Bibi Fida sedang menarik selimut sambil duduk
meringkuk ketakutan benar-benar membuat hati Khansa terasa sakit.
"Bibi, ada apa? Aku disini, tenanglah
jangan takut," hibur Khansa kepada Bibi Fida.
"Nona ... nona kecil," panggil
Bibi Fida gemetaran.
"Bibi aku di sini, jangan takut lagi.
Tempat ini sangat aman," ujar Khansa meyakinkan.
"Nona kecil harus berhati-hati,"
ujar Bibi Fida.
"Dari apa dan dari siapa?" tanya
Khansa dengan perlahan agar tidak menakuti Bibi Fida.
Bibi Fida tidak bisa meneruskan
perkataannya, lalu malah menangis, "Kakek Isvara, mana Kakek Isvara ...
Selamatkan dia!"
"Apa?" tanya Khansa semakin
bingung.
Leon masuk ke kamar Bibi Fida, dan
mendapati pemandangan ini. Leon menarik Khansa untuk berdiri dari ranjang,
"Bukankah sudah kuingatkan jangan terlalu memaksa?"
"A-aku hanya ..." jawab Khansa
terbata.
"Bibk Fida sudah melalui banyak
trauma, dan memendam ketakutannya selama bertahun-tahun. Kita jangan sampai
membuatnya takut ok!"
Khansa pun mengangguk, Paman Indra mengetuk
pintu lalu masuk. Mengatakan jika orang yang ada di sampingnya ini adalah
pelayan Khusus yang akan menangani segala keperluan Bibi Fida.
Khansa sudah lebih tenang, Leon membawa
Khansa keluar dari kamar bibi Fida, Khansa menghentikan langkahnya lalu
berkata, "Aku ingin tinggal beberapa hari di kediaman Isvara!"
Leon meletakan satu tangannya di kening
Khansa dan satunya lagi di keningnya, "Tidak sedang demam."
"Issh ... aku serius," ujar
Khansa.
"Jelaskan ada apa?" tanya Leon.
"Aku ingin mengecek keadaan
Kakek," jawab Khansa.
Sangat mengenal jika landak kecilnya ini
suka sekali bepetualang sendiri, Leon berkata lagi, "Yakinkan aku!"
"Khansa sedikit menggigit bibir
bawahnya, Khansa menjinjit lalu merangkulkan lengannya di leher Leon.
"Aku rasa selain Bibi Fida, tapi Kakek
Isvara juga pasti mengetahui tentang apa yang ingin aku tahu," jelas
Khansa.
"Tentang ibumu?" tanya Leon lagi.
Khansa melepaskan rangkulannya, lalu
mengangguk pelan. Leon memegang pinggil ramping Khansa dengan kedua tangannya
dan berkata, "Aku memperbolehkan, hanya saja aku harus ikut,” ujar Leon.
Khansa langsung saja membalikan badannya
karena merasa kesal, mengambil napas beberapa kali lalu berbalik dan bertelak
pinggang di depan Leon.
"Kau ini, ingin memasukan pasir ke
mata aku ya?" tanya Khansa bersungut kesal.
"Pasir?" tanya Leon bingung.
Khansa menendang kaki Leon lagi, "Issh
... apa ingin menyuguhkan kepadaku pemandangan yang tidak sedap?"
"Ya Tuhan ..." jawab Leon sembari
menggosok-gosok tulang keringnya yang terasa sakit.
Leon teringat jika di kediaman Isvara
pastilah ada Yenny, mengingat itu barulah paham jika landak kecilnya ini sedang
cemburu.
Rasa sakit di kaki pun berubah menjadi rasa
manis di hati, dengan suara lembut Leon pun mengijinkan Khansa menginap
beberapa hari di kediaman Isvara.
“Ingat Jika ada apa-apa segera hubungi aku,"
Leon mengingatkan.
Khansa menjinjit lalu mencium wajah tampan
Leon, "Ayo makan malam sudah siap," Leon mengambil ponselnya mengetik
pesan untuk Gery, "Masukan orang kita ke dalam kediaman Isvara!"
Di Kediaman Isvara, Yenny hari ini berniat
keluar rumah untuk bertemu dengan Professor Lexa. Dirinya mempercepat pertemuan
ini karena Fauzan telah mendapatkan telpon dari pengacara Leon, dan menunggu
pembayaran 40 miliarnya dengan segera.
Yenny memasukan satu jurnal milik Stephanie
ke dalam satu tas penyimpan dokumen. Yenny menyimpan dua jurnal tapi hanya
bersedia menjual satu kepada preofessor Lexa.
Di depan kediaman mobil yang profesor Lexa
kirimkan untuk menjemputnya telah datang. Yenny pun masuk dengan menggenggam
erat tas dokumennya. Yenny masuk lalu orang yang disebelahnya berbicara,
"Nona mohon maaf, aku akan menutup kedua mata Nona."
"Ah untuk apa?" tanya Yenny
setengah ketakutan.
"Mohon Nona ikuti saja," jawab
orang itu.
Akhirnya Yenny pasrah, mobil pun melaju
membawa Yenny kepada professor Lexa. Sementara itu, Khansa di kamarnya tengah
mengepak kopernya. Membawa baju untuk menginap beberapa hari di kediaman
Isvara.
"Aku akan mengantarmu," ujar Leon
seraya memeluk Khansa dari belakang dan mencium-ciumi bahu kecil Khansa.
Setelah melihat Khansa masuk ke kediaman
Isvara, barulah Leon melajukan mobilnya. Maharani yang melihat Khansa masuk
dengan tenangnya, terang saja merasa emosi.
"Anak sialan!" hardik Maharani
ingin menampar Khansa.
Namun, dengan cepat Khansa menampik tangan
Maharani dan malah memelintirnya, "Beginikah sambutan selamat datang untuk
aku?"
"K-kau ... lepaskan aku," teriak
Maharani kesal.
Khansa pun melepaskan lalu mendorong
Maharani, "Aku akan tinggal di sini dalam beberapa hari," ujar
Khansa.
"Sjapa yang mengijinkanmu?" tanya
sarkas Maharani.
"Ijinkan aku tinggal atau kembalikan
40 milliar uangku saat ini juga!" balik ancam Khansa.
Mendengar perkataan Khansa Maharani pun
gemetaran, bahkan Leon masih berbaik hati memberikan mereka tenggat waktu, tapi
Khansa sekali bicara hari ini menagih maka hari ini juga harus bayar.
"Jika tidak bisa, maka jangan halangi
aku," ujar Khansa seraya mendorong Maharani lagi.
Dari salah satu sudut, orang yang Gery
tempatkan hampir saja bertepuk tangan melihat Nyonya mudanya itu sangat berani.
Di lantai atas Khansa membuka pintu Kamar
Kakek Isvara, Khansa bersimpuh di sisi ranjang Kakek Isvara.
"Kakek ... aku datang menjenguk,"
ucap lembut Khansa.
Khansa mengecek denyut nadi kakek Isvara,
lalu setelah itu membuka kotak jarumnya.
Dalam kotak itu ada jarum perak dan juga
jarum emas.
Khansa mengambil jarum emas, lalu mulai
menancapannya ke bagian-bagian yang bertujuan membangkitkan fungsi dan organ
tubuh menjadi lebih baik.
Penutup
Bab 120 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 120 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 120 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.