Bab 119 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 119
Pagi Ini Leon mengantarkan Khansa ke rumah
sakit, menjemput Bibi Fida. Leon merasa bersemangat karena adanya Bibi Fida,
maka Khansa bersedia pindah ke rumah yang telah di sediakan untuk Khansa.
Rumah sudah memiliki Nyonya rumah, maka
Leon menambah pelayan untuk rumah utama keluarga kecilnya itu, “Bibi,” sapa
Leon.
“I-ni siapa?” tanya Bibi Fida dengan
bingung.
“Bibi ... ini ...” jawab Khansa merasa
bingung.
“Bibi aku adalah suami Khansa, jawab Leon
sembari mencium tangan Bibi Fida.
“Nona ... Suami ...?” tanya Bii Fida lagi.
Khansa duduk di sisi ranjang Bibi Fida”Ya
Bibi, suami," Tiba-tiba air mata Bibi Fida mengucur di atas pipinya,
merasa jika nona kecilnya sudah dewasa dan dia sudah melewatkan begitu banyak kenangan
Bersama nona kecilnya ini.
Bibi Fida mengulurkan tangannya, dengan
perlahan dan gemetar membuka cadar Khansa, melihat wajah Khansa Bibi Fida
semakin menangis.
“Nyonya Stephanie ...” panggil Bibi Fida
dengan terbata.
Bibi Fida merasa melihat ibunya Khansa dari
wajahnya Khansa, lalu dengan cepat Bibi Fida segera menutup wajah Khansa lagi,
“Jika diluar jangan dilepas," pesan Bibi Fida.
Leon dan Khansa saling berpandangan, “Bibi,
apakah ada yang ingin kau ceritakan kepada kami?” tanya Leon.
Bibi Fida memandangi leon, terlihat sinar
mata sedikit curiga kepada Leon, Khansa menyadari ini lalu menarik tangan leon
yang sedang berdiri di sisinya. Khansa memasukan jari-jari tangannya ke tangan
Leon dan disambut dengan genggaman erat Leon. Pandangan binar mata Bibi Fida
pun berubah ketika melihat tangan Khansa mengenggam erat tangan Leon. Khansa
mengenggam tangan Bibi Fida seraya bertanya, “Bibi waktu itu kau bilang aku
harus bersembunyi, dari siapa?"
Mendengar pertanyaan Khansa Bibi Fida
merasa gemetaran, “Ayahmu ... mereka membunuh ayahmu!"
"Ayah ... dibunuh?" ujar Khansa
bingung.
Leon juga sama bingungnya, bukankah Fauzan
Isvara masih hidup pikir Leon. Merasa jika ini adalah sesuatu yang pelik maka
Leon menekan bahu Khansa dengan lembut. Memberi tanda untuk menghentikan
interogasinya, “Sebaikanya kita membawa Bibi Fida pulang dulu.”
Khansa mendongak kepada Leon, dan mengerti
tatapan Leon Khansa pun mengangguk, “Bibi, ayo aku akan membawamu pulang ke
rumah kami.”
Leon hanya mengantar sampai depan rumah sakit,
setelahnya mereka menaiki mobil yang berbeda. Karena Leon harus mengurus
pekerjaannya. Khansa dan Bibi Fida pulang ke rumah. Begitu mereka sampai, sudah
ada Paman Indra dan beberapa pelayan berjejer menunggu kedatangan Nyonya rumah
mereka.
“Nyonya,” sapa mereka seraya menundukan
kepala.
“Ya Tuhan, Direktur Sebastian,” pikir
Khansa yang merasa jika ini pasti pengaturan dari Leon.
“Mengapa pelayannya sebanyak ini?" isi
pesan Khansa kepada Leon. “Tegakan kepalamu! Kau adalah istri dari bos mereka,
isi pesan teks Leon kepada Khansa.
“Hisssh ...” Khansa mendengus.
Paman Indra mendorong kursi roda Bibi fida
masuk ke dalam rumah, khansa mengikuti dari belakang, “Paman apakah nenek pergi
berdoa lagi?”
“Iya Nyonya.” Jawab Paman Indra.
Wajah Khansa berubah menjadi merah, karena
tahu nenek Sebastian pasti berdoa untuk segera mendapatkan cicit. Setelah
mengantar Bibi Fida ke ruang tamu, paman Indra segera pergi ke dapur untuk
mengecek makanan untuk Bibi Fida.
Khansa membuka notifikasi pesan dari Leon
lagi, khansa membacanya itu adalah pesan yang mengingatkan jika Khansa jangan
terlalu terburu-buru untuk menanyakan hal-hal yang ingin Khansa ketahui. Khansa
pun patuh.
“Bibi ... aku sangat senang bisa Bersama
Bibi lagi,” ujar khansa.
Bibi Fida membelai rambut Khansa, terkenang
masa-masa dulu Khansa masih di pangkuannya dan disuapi olehnya “Apa nona kecil
sudah makan, Bibi suapi ya?"
Tak berapa lama, paman Indra datang dengnan
membawa sup ayam jahe hangat. Khansa melihat ke paman Indra, lalu bangkit
bediri dan menghampiri Paman Indra, dan mengambil mangkuk dari tangan Paman
Indra.
“Bibi ... Suapi aku,” ujar Khansa sembari
meletakan mangkuk sup itu di atas meja.
Wajah Bibi Fida pun tersenyum, Paman Indra
keluar dan membawa pelayan yang lain keluar. Setelah semua keluar barulah
Khansa membuka cadarnya. Bibi Fida mulai menyupi khansa, “Bibi, aku sudah
kenyang."
“Kita ke kamar Bibi ya sekarang," ujar
Khansa.
Khansa mendorong kursi roda Bibi Fida,
pelayan yang melihat segera mengambil alih lalu membantu meletakan Bibi Fida ke
ranjang. Khansa duduk di sisi ranjang Bibi Fida, menemani Bibi Fida sampai
tertidur.
Melihat Bibi Fida sudah tertidur maka
Khansa bangkit berdiri. Namun, tiba-tiba tangan Bibi Fida menarik Khansa, alis
Bibi Fida mengernyit sembari berkata, "Nona ... nona kecil ... lari ...
lari!”
“Bibi ... aku di sini,” ujar Khansa
menenangkan sambil menepuk-nepuk tangan Bibi Fida dengan lembut.
Khansa pun terduduk di sisi bawah ranjang,
lalu meletakan kepalanya dan ikut tertidur juga. Hari ini Leon hanya sebentar
berada di kantor. Leon menyerahkan semua pekerjaan hari ini kepada Gery.
Sesampainya di rumah, Paman Indra mengatakan jika Khansa berada di kamar Bibi
Fida.
Leon membuka pintu kamar Bibi Fida, Leon
melihat landak kecilnya begitu imut ketika tidur dengan gaya duduk seperti itu.
Leon pun berlutut dan mencium-cium puncak kepala istrinya itu. Merasa mencium
aroma leon, maka Khansa pun membuka matanya.
“Mengapa sudah pulang?' tanya Khansa.
“A-aku ... belum minum obat,” jawab Leon
Sembarang.
“Ah ya maafkan aku ... aku lupa,” jawab
khansa yang segera bangkit berdiri.
Leon ikut berdiri, alu menarik pinggul
ramping Khansa, leon bertanya "Bagaimana keadaan Bibi Fida?”
“Bibi Fida selalu ketakutan, jika akan
ditinggal sendiri,” jawab Khansa. “Jika begitu kita akan memberi Bbi Fida satu
pelayan khusus untuk menemani Bibi Fida,” usul Leon.
Khansa mengedipkan matanya lalu berkata,
"terbaik,"
Leon berjalan sambil merangkul pinggang
Khansa, "Ayo, aku akan mengajakmu berjalan-jalan. Kau belum melihat-lihat
bukan?”
“jika begitu kau yang menjadi
guide-nya," ujar Khansa seraya menggandeng lengan Leon.
Rumah yang mereka tempati sekarang berada
di atas perbukitan, Lahan ini adalah Lahan milik keluarga Sebastian. Jadi ini
seperti terasa bukit millik pribadi, suasana dan udara sangat terasa sejuk.
Pasangan muda ini berjalan dengan santai sambil berbincang ringan.
Leon menghentikan langkahnya ketika mengingat
jika landak kecilnya ini suka sekali menggelinding sendirian, “Kali ini
dilarang keras berpetualang sendiri!”
“Berpetualang?” tanya Khansa bingung.
“Jika ada sesuatu yang mencurigakan segera
beritahu aku!" perintah Leon.
“Aku adalah suamimu, dan sudah menjadi
hakmu untuk bergantung kepadaku, dan kewajibanku untuk melindungimu, jelas
bujuk Leon.
“A-aku ... hanya terbiasa melakukan segala
sesuatunya selama ini sendirian,” jawab Khansa.
“Bukankah kau berjanji akan memberikan aku
sepasang anak kembar yang banyak?” ujar Leon.
Khansa tersenyum, lalu menyandarkan
kepalanya ke bahu Leon, “Baik kali ini aku akan patuh, janji Khansa.
Penutup
Bab 119 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 119 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 119 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.