Bab 118 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 118
Khansa dapat melihat binar mata Leon yang
merasa bersalah, Khansa segera meraih tangan Leon, “bagaimana kondisimu
sekarang?"
Khansa segera masuk ke dalam mobil Leon,
Khansa pernah menaruh satu botol kecil obat yang dia racik untuk Leon. Khansa
membuka tutup botol itu dan mengambil satu butir obat.
“Minum obat ini dulu?” ujar Khansa kepada
Leon.
Leon menoleh dan menghindar. Biasanya dia
meminum obat dengan patuh, ini pertama kalinya dia menolak minum obat.
“Mengapa tidak mau makan obat?" tanya
Khansa dengan lembut seprti sedang membujuk bocah yang masih berusia lima
tahun.
Leon mengulurkan tangannya untuk mengambil
pil itu, lalu melemparkannya ke tempat sampah, “Percuma memakannya, aku hanya
orang sakit.”
“Hei! Apa yang kau lakukan, mengapa
membuang obatnya?”
Khansa ingin mengambil tempat sampah itu
dan mencari obat yang tadi Leon buang. Namun, Leon meraih pinggang Khansa dan
menariknya ke dalam pelukannya, “Seharusnya aku yang bertanya mengapa tanganmu
mencari sampah?"
“Itu adalah obat. Jangan buang obatnya dan
jangan menyerah," jawab Khansa.
Leon melingkarkan lengannya di pinggang
Khansa dan membawanya masuk ke mobil dengnan paksa, "Aku tidak ingin minum
obat hari ini, besok saja.”
Leon membawa Khansa Kembali ke rumahnya,
setelah memastikan mengunci pintu barulah Leon melepaskan genggaman tangannya
dari Khansa.
“Apa kau ingin mengunciku di sini?"
tanya heran Khansa.
“Kau sedang dihukum, tidak boleh pergi
kemana-mana tanpa seijinku," jelas Leon.
“Hukuman macam apa ini?" tanya Khansa.
“Hukuman karena tidak patuh pada
suami." Jelas Leon lagi.
"Tidak patuh ...” pikir Khansa.
"Tuan Muda Sebastian ... bukankah aku
sudah mengatakan apa yang terjadi sebenarnya. Aku hanya tidak tega
membangunkanmu yang terlihat begitu nyeyak tertidur. Karena itu aku pergi
sendiri, dan berniat segera Kembali pulang. Tapi siapa sangka hanya karena
menolong seorang nenek malah membuatmu jadi marah seperti ini,” ujar Khansa
dengan panjang lebar.
Ketika tadi Leon melihat Khansa Bersama
pria yang lebih muda darinya, Leon merasa kecil hati. Pria muda itu terlihat
tampan dan juga sehat. Sementara, dirinya adalah pria yang sedang sakit, karena
hal ini jugalah yang membuat Leon bisa lebih mengendalikan diri terhadap tubuh
Khansa , khawatir jika dirinya membuat Khansa hamil dan menurunkan sakitnya
kepada bayi mereka.
Khansa melihat wajah Leon terlihat semakin
sendu mendung, Khansa melangkah maju dengan malu-malu dan menarik tangan Leon,
lalu memasukan dirinya ke dalam pelukan Leon,Khansa berkata sambil
menepuk-nepuk punggung Leon, "Ada apa? Apa kau takut aku
meninggalkanmu?" tanya Khansa dengan sedikit rasa senang di hati melihat
Leon yang sepertinya tadi tengah cemburu.
Leon membalas dengan pelukan yang lebih
erat, “Suamimu ini sakit, bahkan tidak memiliki keberanian menyentuhmu meski
ingin. Aku ingin memberikanmu 100 bayi, berpikir jika gen milikku bisa saja
merusak bayi-bayi kita maka aku dengan sangat keras untuk menahan diri agar
tidak menyentuhmu, jawab Leon dalam bisik lirihnya.
Khansa mendorong tubuh Leon lalu mendongak,
menatapi wajah tampan suaminya itu. Khansa berjinjit lalu mengecupi wajah
tampan suaminya itu seraya berkata , “Direktur Sebastian jika kau patuh minum
obat, maka aku akan memberikan sepasang bayi kembar untukmu, bukan hanya satu
pasang kembar tapi lebih dari satu pasang kembar juga maka aku akan bersedia,”
Mendengar perkataan manis Khansa, hati Leon pun langsung berbunga-bunga. Leon
menundukan kepalanya dan mencium gadis kecil yang sedang dia peluk itu.
“Jadi kita impas," ujar Khansa.
“Impas?" tanya Leon.
“Ya, kau menunggu aku bertumbuh besar dan
aku menungu kau untuk sembuh, ujar Khansa tersenyum.
“Jika begitu aku akan menjadi seperti yang
kau pinta, tunggu aku sembuh saja tidak periu lagi menunggumu bertumbuh
besar," jawab Leon bernegosiasi.
“Hei, mengapa menjadi curang?" tanya
manja Khansa.
“Bukan curang, hanya saja aku takut tidak
bisa menahan lebih lama lagi,” jawab Leon sembari mengecupi daun telinga Khansa
berkali-kali.
“kau mandilah, aku akan membuatkan
sarapan!" ujar Khansa.
Dengan patuh Leon melangkahkan kakinya
pergi mandi, setelah itu pergi sarapan Bersama dengan khansa. Leon berencana
untuk pindah dari Villa Anggrek dan menempati rumahnya ini, “Bukankah menurutmu
Nyonya rumah ini , seharusny sudah tinggal di sini?”
"Maksudmu aku?'' tanya Khansa.
"Ya siapa lagi ... Apa menurutmu Yenny
Isvara?" tanya Leon sedikit mencandai landak kecilnya itu.
Mendengar Leon menyebut nama Yenny, sontak
saja Khansa langsung menendang kaki Leon yang ada di bawah meja makan mereka,
“Coba katakan sekali lagi!”
“Haisssh ini sakit ...” jawab Leon sembari.
memegangi tulang kering yang tadi baru Khansa tending.
“Bercanda, aku cuma bercanda. Nyonya
Sebastian jangan marah lagi,” bujuk leon sembari berdiri lalu merangkulkan
lengangnya dari belakang dan menciumi puncak kepala Khansa.
“Tadi kau bilang Bibi Fida-mu sudah
siuman?”
“Iya.” Jawab Khansa.
“jika begitu bagaimana nanti jika mengajalk
Bibi Fida tinggal di Villa Anggrek, hitung-hitung bisa menemani nenek Sebastian
nanti,” ujar Leon.
Berpikir percakapan waktu di rumah sakit
dengan bibi Fida, maka Khansa merasa sebaikanya tidak. Semua belum jelas, jadi
ada baikanya tidak membawa bibi Fida ke Villa Anggrek. Khawatir mengancam
keselamatan nenek Sebastian.
“Kita bicarakan itu nanti saja, saat ini
kesembuhan bibi Fida lebih diutamakan dulu,” jawab Khansa,
“Ikut mau Nyonya”, jawab Leon.
“Pintar sekali,” puji Khansa sembari
mengulurkan tangannya dan mengusap-usap lembut kepala suaminya itu.
Di kediaman Isvara, Yenny tengah menunggu
telpon dari Professor Lexa, dalam beberapa hari ini kediaman Isvara benar-benar
kacau. Bahkan mereka hampir-hampir kehabisan bahan makanan untuk memberi makan
semua penghuni kediaman Isvara.
Untuk mengatasi krisis keluarga ini, yenny
langsung meminta bayaran di muka sebesar 50% untuk tanda jadi pembelian
jurnal-jurnal medis ibunya Khansa. Professor Lexa jelas langsung saja
membayarnya. Karena tidak ingin kehilangan jurnal penting itu. Jurnal tulisan
tangan asli milik Stephanie.
Professor Lexa sangat mengenal siapa
Stephanie, gadis medis jenius yang ketika berusia lima belas tahun sudah meraih
pascadoktoral, gadis pengukir sejarah dalam dunia medis.
Bahkan Yenny Isvara pun mengakui kejeniusan
Stephanie, ketika membaca buku jurnal itu. Betapa pun dia berkali-kali membaca
jurnal medis itu. Namun, tidak bisa memahaminya secara keseluruhan, meski
diakui memang karena adanya jurnal itulah yang membuat ilmu medis yenny menjadi
berkembang pesat.
Fauzan tidak pulang berhari-hari. Sementara
Maharani mengunci di kamar berhari-hari tidak keluar rumah. Karena para
wartawan selalu mengikuti Maharani. Merasa sedang di rundung malu, maka
Maharani lebih memilih tinggal di rumah saja, begitu pun dengan Yenny. Dalam
beberapa hari ini, trending topik kembalikan dua kali lipat masih menjadi
trending top pencarian di media sosial.
Penutup
Bab 118 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 118 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 118 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.