Bab 116 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 116
Khansa mengusap-usap lembut tangan Leon
yang sedang merangkul pinggang rampingnya, "Tuan Muda! Aku ingin
mandi"
Leon pun melepaskan rangkulannya, lalu
mencium puncak kepala Khansa, "Jangan lama-lama."
Khansa pun melangkah ke kamar mandi, Leon
mengaktifkan ponselnya dan melihat ada belasan pesan masuk dari Yenny Isvara.
Baru saja ponsel Leon menyala, panggilan
telpon masuk dari Yenny pun berbunyi. Kali ini Leon menjawabnya.
Yenny tidak menduga jika Leon akan menjawab
panggilan telponnya, lalu segera berkata, "Direktur Sebastian."
"Mengapa kau mencampakanku,
mengabaikan aku. Sekarang aku sangat sedih."
Leon menyelipkan satu tangan ke saku
celananya, "Nona Yenny, aku memberikanmu waktu 5 detik untuk bicara."
Yenny Isvara tertegun, dia menangis
"Direktur Sebastian, aku menyukaimu selama bertahun-tahun. Mengapa kau
malah menikah dengan Khansa."
"Dua detik sudah berlalu, sisa tiga
detik lagi," ujar Leon.
Yenny merasa sangat kesal sekarang, dia
membenci pernikahan yang diganti oleh Khansa Isvara. Dan membenci dirinya
sendiri karena terlambat mengajukan permintaan ketiga. Tujuannya selama ini
adalah menikah dengan Leon Sebastian.
"Aku tidak suka dengan wanita yang
terlalu agresif, jaga harga dirimu kau sama sekali berbeda dengan Khansa, jelas
Leon.
"Aku berharap ini adalah terakhir
kalinya kita berbicara di telpon. Karena istriku sangat mudah cemburu. Dia
tidak suka aku berhubungan dengan wanita lain. Aku sekarang sudah menikah. Aku
tidak punya rencana untuk menikah lagi atau selingkuh. Jangan menaruh harapan
padaku lagi," jelas Leon tegas dan langsung menutup ponselnya.
Leon melemparkan ponsel ke ranjangnya, dan
membuka kancing kemejanya. Pada saat ini pintu kamar mandi terbuka, dan Khansa
sudah selesai mandi.
Khansa mengenakan baju tidur sutra berwarna
salem, wajahnya agak merona karena hawa panas di kamar mandi. Dia tampak
seperti bunga yang baru saja mekar.
Khansa mengeringkan rambutnya dengan handuk
kecil, seraya berkata "Aku sudah selesai mandi, kau bisa mandi
sekarang."
Leon memandangnya dengan nakal, matanya
melihat dari atas ke bawah, "kalau begitu aku akan mandi dengan cepat,
Nyonya Sebastian, tunggu aku ya."
"Apa maksudnya?" pikir Khansa
sambil melemparkan handuk kecil di tangannya ke wajah tampan suaminya itu.
Leon hanya tersenyum dan masuk ke kamar
mandi. Tak lama terdengar air mengalir dari kamar mandi. Kahnsa sedang duduk di
meja rias dan menyisir rambutnya.
Lalu suara Leon terdengar, "Nyonya
Sebastian bisakah mengambilkan sebungkus rokok."
Khansa meletakan sisirnya, "Bukankah
dia sedang mandi? Apa dia mau merokok di dalam."
Khansa mengambil sebungkus rokok yang ada
di atas nakas. Membuka pintu kamar mandi dan masuk. Walaupun terhalang oleh
pintu kaca buram. Tetapi, Khansa bisa melihat tubuh tegap tinggi Leon.
Pada saat itu pintu kaca buram terbuka,
"Nyonya Sebastian kemarilah!"
Khansa menndukan kepalanya sembari
memberikan sebungkus rokok yang Leon pinta tadi, Leon mengambil rokok itu
sekaligus menarik tangan kecil Khansa.
"Tunggu! Ini kau mau apa?"
"Gosok punggungku!" pinta Leon.
Kepala Khansa seperti drum yang sedang
berdentum-dentum, ketika Leon meminta punggung kuatnya itu untuk di gosok.
"Ya Tuhan, apakah pria ini sedang
ingin mengujinya," pikir Khansa.
Khansa menggelengkan kepalanya, lalu
bersembunyi di balik pintu kaca buramnya. Berpikir jika dia masuk, pasti akan
sulit keluar, "Tidak! Kau mandi saja sendiri. A-aku masih dalam masa
pertumbuhan." Jawab Khansa sambil berlalu pergi meninggalkan kamar mandi.
Leon tidak ingin memaksanya, Leon hanya
tersenyum tanpa daya, Khansa adalah gadis kecilnya, jadi apa boleh buat hanya
bisa membiarkannya.
Leon selesai mandi dan keluar dari kamar
mandi. Melihat Khansa bersandar sambil membaca buku medis. Leon berjalan
mendekati, menyibak selimut dan naik ke ranjang lalu berbaring di samping
Khansa.
Leon mengambil buku yang sedang Khansa
baca, Khansa meminta buku itu dikembalikan. Dia baru saja menemukan sesuatu
yang menarik.
"Kembalikan!" pinta Khansa.
Leon mengangkat tangannya tinggi-tinggi,
"Ambil sendiri jika bisa."
"Aku raaa kau tidak akan bisa
meraihnya," ledek Leon.
Tubuh Khansa jika dibandingkan dengan tubuh
Leon yang tinggi tegap, maka itu tidak apa-apanya.
"Apa!" hardik marah Khansa karena
merasa tadi Leon baru saja meledeknya.
Khansa dengan cepat ingin meraih buku itu
dari tangan Leon yang tinggi itu "Direktur Sebastian cepat! Kembalikan
bukuku."
Leon memiliki tubuh yang sangat tinggi,
jadi membuat Khansa kesulitan untuk merebut buku itu. Khansa pun berguling dan
naik ke atas tubuh Leon.
Leon dengan santainya malah bersandar di
ranjang, dan memegang pinggul Khansa dengan satu tangannya, dan mengingatkan
Khansa, "Nyonya Sebastian jangan menggesek lagi, aku tidak bisa menahannya
nanti."
Khansa baru menyadari bahwa posisi mereka
saat ini tidak jelas, tubuhnya sudah duduk diatas pangkuan Leon.
Leon langsung melemparkan buku medis itu ke
karpet wol kamar mereka. Khansa ingin bangkit dari tubuh Leon untuk mengambil
buku itu.
Leon malah menarik tubuh Khansa, tidak
mengijinkannya bangun, dan menyatakan protesnya, "Nyonya Sebastian mengapa
kau sama sekali tidak menyadari tanggung jawab sebagai istri."
"Apa kau menganggapku sebagai
pajangan?" tanya protes Leon lagi.
"Aku memang pernah bilang, tunggu kau
bertumbuh besar. Tapi aku telah tumbuh dengan baik, kau selalu mempelajari buku
medis, mengapa kau tidak mempelajari suamimu? Akhir-akhir ini aku merasa tidak
sehat."
Khansa meletakan satu tangannya di kening
Leon, dan satu tangan di keningnya sendiri, membandingkan suhu tubuh mereka.
Leon melepaskan tangan kecil Khansa,
"Ada bagian di tubuhku yang akhir-akhir ini seringa merasa tidak enak
badan. Saat aku tidak melihatmu maka bagian itu akan baikbaik saja. Tetapi saat
melihatmu maka menjadi tidak baik-baik saja, dan secara perlahan akan sakit
Kahnsa memasang wajah seriusnya, seraya
berpikir apakah dia sakit lagi, "Jangan panik aku akan memeriksa denyut
nadimu."
Leon memandangnya dengan serius lalu
menarik tangan kecil Khansa, "Nyonya Sebastian periksa baik-baik."
Leon meletakan tangan kecil Khansa di
pinggang kuatnya, Khansa yang baru mengerti maksud perkataan panjang lebar Leon
tadi, segera saja menarik tangan kecilnya itu dari pinggang kuat Leon.
"Dasar mesum!" ujar Khansa.
Leon memeluknya, dan berkata "Nyonya
Sebastian, istriku tersayang."
Wajah Khansa memerah, dan dia segera
menutup matanya. Jika di luar sana leon bisa bersikap tangguh berkualitas. Maka
di hadapan Khansa Loen hanya bisa bersikap manja.
Di kediaman Isvara, Yenny baru saja sampai
di rumah. Tapi sudah di suguhi oleh pertengkaran kedua oramg tuanya ketika dia
masuk ke ruang tamu.
Fauzan menghardik Maharani dengan
habis-habisan, menyalahkan Maharani karena memiliki ide menukar pengantin Villa
Anggrek.
"Bukankah kau waktu itu juga menyetujuinya,
mengapa hanya menyalahkan aku!" jawab Maharani tak kalah sengitnya.
Fauzan memecahkan vas bunga yang ada
didekatnya, sekarang beberapa pemodal lagi-lagi menarik investasinya. Kedua
kalinya fauzan jatuh ke neraka lagi.
Fauzan dengan impulsifnya mencekik leher
Maharani, jika Yenny tidak maju dan melerai maka bisa dipastikan malam ini
Fauzan akan menjadi pembunuh istrinya sendiri.
Fauzan tersadar dan melepaskan tangannya,
"Kalian Ibu dan anak pembawa sial," hardik marah Fauzan.
"Dan kau!" tunjuk marah Fauzan
kepada Yenny.
"Bagaimana caramu membayar dua kali
lipat uang Direktur Sebastian?"
"Apa otakmu itu sudah rusak?"
tanya marah Fauzan lagi.
"Ayah! Aku masih belum kalah, jawah
Yenny masih dengan penuh kebencian terhadap semua orang di sekelilingnya.
Penutup
Bab 116 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 116 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 116 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.