Bab 99 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 99
Emily malah balik memarahi Khansa,
"Sederhana bagaimannya?"
"Selain Keluarga dan orang yang
benar-benar dekat dengan Leon, tidak ada yang tahu bahwa dia adalah Presdir
Sebastian, jelas Khansa.
"Jadi?" tanya Emily bingung.
"Jadi tidak ada yang tahu jika aku
adalah Nyonya Sebastian,"
"Lalu?" tanya Emily lagi.
"Lalu ... mungkin aku akan menemui
Maharani dan mengatakan, jika salah dia mengapa meminta aku menjadi pengantin
pengganti untuk menikah dengan Tuan Leon Sebastian. Dengan begini menurutmu
jika tidak menjadi gila maka dia akan mati bukan?"
Emily mendengarkan dengan seksama perkataan
Khansa itu, lalu Khansa berkata lagi, "Kemudian aku akan mengatakan kepada
Ayahku, jika 20 Milliar itu bunkanlah apa-apa, karena aku adalah Nyonya
Sebastian, setengah harta yang Leon Miliki adalah milikku."
"Dan sayangnya, dia telah memutuskan
hubungam Ayah dan anak, jadi jangan berharap untuk merasakan kekayaan keluarga
Sebastian," tambah Khansa lagi.
"Lalu bagaimana dengan Yenny, kau akan
melakukan apa padanya?" tanya Emily penasaran.
"Yenny! Hmm ... enaknya aku apakan
ya?" gumam Khansa sambil tertawa.
"Emm ... begini saja, aku akan
memberikan somasi kepadanya, untuk mengembalikan 20 Milliar aku, tidak boleh
kurang seperak pun, setelah aku mengurus semua harta bersamaku dengan Leon
Sebastian," jelas Khansa.
"Jika ini begitu mudah, maka cepatlah
kau pergi kesana. Jangan membuat hatiku galau," isi pesan Emily lagi.
Khansa tidak menjawab pesan Emily lagi,
karena sibuk bermain dengan Flash, khansa menimang-nimang Flash layaknya
seperti sedang menggendong bayi, hanya saja ini menggendong bayi harimau.
"Lihatlah tuanmu itu, sudah tahu aku
pasti akan sangat marah, tapi dia malah melakukannya. Apakah menurutmu aku
harus menghukumnya?" tanya Khansa seraya menurunkan Flash dari pelukanya.
Flash tidak meraung, tapi malah membenamkan
kepalanya di antara dua kakinya, "hissh ... kau ini sungguh setia sekali
dengan tuanmu itu, masih saja membelanya," gumam gemas Khansa seraya
menggaruk-garuk lembut kepala Flash.
Notifikasi pesan masuk lagi ke ponsel
Khansa, Nanti malam jemput aku di bandara!" pinta Emily dalam pesannya
lagi.
"Eh! Mengapa cepat sekali, pagi hari
bilang akan pulang maka malam hari sudah tiba," ujar Khansa.
"Kenapa cepat sekali pulang?"
Khansa mengirimkan pesan kepada Emily.
"Karena khawatir kau ditindas oleh
Yenny si mak lampir itu!" balas pesan Emily kepada Khansa, tak peduli apa
yang menimpanya, teman baiknya ini selalu ada menemaninya.
Khansa sangat bersyukur punya seorang
sahabat yang baik. Dan juga sekarang ada Nenek Sebastian yang sungguh
menyayangi dirinya.
Terdengar suara ketukan di pintu, Nenek
Sebastian memanggil nama Khansa dengan suara Khasnya, "Khansa."
Khansa meletakan ponselnya lalu memasukan
Flash ke dalam kamar mandi, dan segera membuka pintu kamarnya.
"Lihatlah Nenek membawa apa?"
ujar Nyonya Sebastian.
Khansa mengambil tas tangan besar yang
Nenek Sebastian berikan, dalam tas tersebut banyak sekali ada aneka jenis
makanan ringan mulai dari permen dan juga kue, biskuit.
"Nenek ini banyak sekali," ujar
Khansa.
"Karena Nenek tidak mengetahui apa
yang kau beli, maka dari itu Nenek membeli tiap satu jenisnya," jelas
Nenek Sebastian.
"Ayo kita makan bersama," ajak
Nenek Sebastian.
Melihat senyuman tulus di wajah Nenek
Sebastian, maka khansa tak enak hati untuk menolaknya, karena Nenek Sebastian
benar-benar menyayanginya.
Khansa telah dikhianati semenjak kecil, dan
kehilangan semua orang yang mencintainya. Jadi sekarang Khansa benar-benar
menghargai orang yang menyauanginya.
"Jika begitu ayo Nek! Kita makan ini
sambil nonton TV" ajak Khansa sembari menggandeng tangan Nenek sebastian
untuk pergi ke ruang keluarga.
"Kau bawa Flash kembali ke rumahnya
ya, Flash ada di kamar mandi!" Perintah Khansa kepada salah satu pelayan.
Leon pulang lebih awal hari ini, pelayan
membukakan pintu untuk Leon. Leon membuka sepatunya di pintu masuk dan
menggantinya dengan sandal rumah, ketika ingin menuju kamarnya, Leon melewati
ruang keluarga dan melihat Khansa yang sedang duduk diatas karpet wol yanh
empuk seperti yang di ada di ball room.
Khansa memakai gaun manis selutut bewarna
krem, dengan cardigan berwarma kuning muda. Kedua kakinya yang putih ramping
terlihat sangat indah, khansa terlihat polos dan bersih.
Sekarang dia tengah memegang makanan ringan
di tangannya. Nenek sebastian meyadari kehadiran Khansa lalu berkata,
"Leon, mengapa hari ini pulang lebih awal.
Ini bahkan belum jam lima sore."
“Ini kan rumah aku juga, mengapa tidak
boleh pulang lebih awal," jawab Leon seraya mengangkat tangannya dan
membuka kancing jas nya.
Leon melihat ke arah Khansa, kedua bola
mata hitam pekat mereka saling bertemu tatap, lalu dalam balik cadarnya dengan
samar Khansa tersenyum kepada Leon,
"kau sudah pulang?"
"Ya," jawan Leon mengangguk.
"Oh," jawab Khansa sekedarnya.
Khansa mengalihkan pandangannya tapi bukan
untuk menonton TV melainkan melanjutkan memakan kuaci putihnya.
Leon langsung saja mengernyitkan alisnya,
"Apakah kuaci itu lebih tampan dari aku," pikir Leon yang melihat
sepertinya Khansa lebih tertarik menghabiskan waktu bersama kuaci ketimbang
dengan dirinya.
Leon pun berjalan dengan Kaki panjangnya ke
arah Khansa, lalu berjongkok di depannya, "Apakah kuaci ini lebih menarik
untuk kau pandangi daripada memandangi aku?" tanya Leon yang tidak terima
jika baru saja kalah pamor dengan kuaci.
"Maukah?" tanya Khansa.
Leon tidak terlalu suka mengemil, tapi
sepertinya kuaci putih yang Khansa makan ini sangat enak, Leon menaikan satu
alisnya sembari berkata, "Aku mau mencicipi."
Mata Leon terarah kepada tangan yang sudah
memegang beberapa kuaci yang telah dikupas, maksud Leon sangat jelas jika dia
tidak mau mengupas kulit kuacinya melainkan ingin disuapi dari tangan Khansa
langsung.
Khansa menarik tangan Leon, sambil berkata,
"Ini ambilah! Semua untukmu," Khanda menyerahkan semua kuaci yang
telah dia kupas ke tangan Leon.
Binar mata Leon yang tadi terlihat senang,
langsung saja berubah menjadi binar keterkejutan.
Nenek Sebastian melihat Paman Indra masuk
ke ruang keluarga, "Apakah makan malam telah siap?"
"Sudah Nyonya, jawab Paman Indra.
"Jika begitu kita makan malam lebih
awal, segera siapkan!" ujar Nenek Sebastian.
"Ayo Khansa! Temani Nenek makan."
Khansa ingin bangun berdiri. Namun, Leon
meletakan kuacinya dan malah menarik khansa ke pelukannya, lalu berkata
"Ada apa? Mengapa tidak mah menyuapi aku?"
Khansa mendorong tubuh Leon, lalu
berkata" Ada orang meliha! Dan Nenek sudah memanggilku untuk makan
malam."
Saat ini memang ada seorang pelayan yang
sedang melihat ke arah mereka berdua, pemandangan pebisnis tampan dewasan yang
sedang menarik gadis polos bersih ke dalam pelukannya. Melihat kedua orang yang
tampak saling menggoda. Melihatnya malah membuat pelayan itu tersipu lalu
segera pergi melangkah ke ruang makan.
Leon tetap tidak mau melepaskannya, Leon
malan menundukan kepalanya Dan mendekatkan pipinya ke wajah Khansa, "Kalau
begitu cium aku dulu, maka baru aku akan melepasmu."
"Tidak!" tegas Khansa sembari
mendorong tubuh Leon lalu bergegas pergi berlari ke arah ruang makan.
Penutup
Bab 99 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 99 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 99 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.