Bab 92 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 92
Dengan mudahnya, Leon membawa Khansa ke
kamar mereka, dengan berat badan yang tak sampai mencapai 47kg itu, maka itu
tidak menyusahkan bagi Leon yang memiliki pinggang kekar dan kuat untuk
menggendong Khansa naik ke lantai atas.
Semenjak mengintainya tadi, Leon sudah
berkata dalam hati, jika nanti dia harus memeluk landak kecilnya ini, tak
peduli apa pun dia harus tetap memeluknya. Nenek Sebastian keluar dari dapur,
untuk mengatakan jika makan malam sudah siap.
Tapi malah tidak menemukan siapa-siapa.
"Ei! Kemana perginya mereka berdua,"
gumam Nenek Sebatian.
"Apa Leon sudah membawa Khansa ke
kamarnya?" gumam senang Nenek Sebastian lagi.
"Wuah ... jimat itu benar-benar sedang
bekerja,” ujar Nenek Sebastian sembari bertepuk tangan.
Nenek Sebastian pun merasa perjalanan
berhari-harinya untuk berdoa di kuil, tidak sia-sia "Lain kali harus
banyak-banyak berdoa lagi,” gumamnya senang.
Di dalam kamar, Khansa berpikir nkekuatan
fisik Leon ini tidaklah kecil, jadi daripada melawannya lebih baik membujuknya.
"Tuan Muda Sebastian, bisa turunkan aku tidak?" bujuk Khansa dengan
suara lembutnya.
Leon sudah berhasil membawa Khansa ke dalam
kamar mereka, "Nyonya Sebastian, anggap saja aku tuli, tidak bisa
mendengarmu! Kecuali jika kau bilang merindukanku."
"Pria ini benar-benar deh!" pikir
Khansa.
"Ada hal yang ingin aku
bicarakan!" ujar Khansa membujuk Leon lagi. Leon masih acuh tak acuh,
tidak menjawab Ya atau tidak kepada Khansa. Khansa mengernyitkan alisnya, lalu
berkata lagi.
"Turunkan aku dulu! Aku membawa hadiah
untukmu juga," jelas Khansa.
Leon menaikan satu alisnya, lalu menjawab,
"Benarkah!?"
"Tentu saja! Turunkan aku dulu, maka
aku akan memberikan hadiahnya!" ujar Khansa seperti sedang membujuk bocah
berusia lima tahun dengan coklat manis.
Leon pun menurunkan Khansa, lalu Khansa
segera berlari kecil ke arah tas kopernya, dan membuka tas koper yang telah
diletakan oleh pelayan di kamarnya, Khansa mencari kotak hadiah yang sudah dia
siapkan untuk Leon.
Punggung Leon bersandar dengan elegan di
pintu kamar mereka, Leon sudah melepaskan Jasnya, dan sekarang hanya memakai
kemeja putih dan dasi di lehernya. Tulang belikatnya yang kokoh membentuk
siluet busur seksi, pinggang yang kuat dan kaki panjang yang menawan. Walaupun
bersandar dengan asal, tapi itu sudah selevel dengan model internasional.
Leon menatapi Khansa, menangkap setiap
gerakan tubuh Khansa yang telah menyihir kedua matanya itu, rambut panjang yang
di ikat kuncir kuda dengan tinggi. Memperjelas tulang selangka Khansa yang
indah dan lehernya yang putih mulus.
"Sungguh mempesona," pikir Leon.
Saliva Leon naik turun di jakunnya, lalu
Leon menarik dasi di antara lehernya dengan tangannya, dan dengan masih satu
tanganya masuk ke dalam saku celananya.
"Ini dia!" gumam senang Khansa
sambil memandangi kotak hadiah yang ada di dalam koper itu.
Khansa mengambil kotak itu, yang
disampingnya diberi pita ungu. Lalu melangkah ke arah Leon, "Tuan
Sebastian! Ini hadiah untukmu,"
Khansa menjulurkan tangannya, dan Leon pun
mengambilnya dengan gaya elegan mempesonanya, meski dasinya telah membengkok
kesamping, tetap saja dia terlihat sangat menawan dan mempesona.
Leon melihat isi di dalam kotak tersebut,
lalu tersenyum senang melihat sabuk ikat pinggang yang sesuai dengan seleranya.
Meski sabuk ini terbilang sederhana, namun terlihat indah karena landak
kecilnya telah memilih sabuk ikat pinggang ini untuk dirinya.
"Bagaimana, bagus tidak?" tanya
Khansa.
"Apa kau suka?" tanya Khansa
lagi.
Tiba-tiba saja tubuh Khansa seperti
melayang lagi, dan sedetik kemudian dia sudah berada di dalam pelukan Leon
lagi.
"Tuan muda Sebastian, kau mau apa
lagi?" tanya Khansa seraya mencoba melepaskan diri lagi dari Leon.
"Aku menyukai hadiahmu," jawab
Leon.
"Lalu?" tanya Khansa dengan nada
curiga dan memicingkan matanya.
"Pakaikan sabuk ikat pinggang
ini!" pinta Leon seraya menarik tangan mungil Khansa dan meletakan di
pinggang kuatnya itu.
"Apa-apaan pria ini, pikir Khansa
dengan hampir-hampir gemetaran di sekujur tubuhnya, dan membuat detak
jantungnya menjadi berdebar-debar ketika tangannya menyentuh pinggang kuat Leon
lagi.
"Tidak bisa?" tanya Leon sedikit
menggodai Khansa.
Khansa langsung menarik kedua tangannya
dari pinggang Leon, lalu mengambil sabuk ikat pinggang yang sedang Leon pegang.
"Sini! Pakaikan yah tinggal pakaikan
saja, ini bukan sesuatu yang sulit," jawab Khansa.
Khansa pun berlutut dan mulai membuka
perlahan sabuk ikat pinggang lama yang tengah di pakai Leon.
Leon merasa sangat senang dengan hadiah
yang Khansa pilihkan ini, apalagi ketika Khansa dengan patuhnya berlutut dan
membukakan sabuk ikat pinggang Loen denhan perlahan, untuk memakaikan sabuk
ikat pinggang yang baru.
Pada saat sedang serius, terdengar suara
tawa Leon yang terdengar magnetis, Khansa mendongakan kepalanya lalu melihat
senyum tampan sedang menghiasi wajah Leon, casanova sempurna yang sedang
menggodai wanitanya.
"Ayo! Teruskan!" perintah Leon.
Leon terbiasa mendominasi, sehingga tidak
tahu bagaimana menyampaikan jika dia sangat menyukasi situasi yang sedang dia
alami sekarang. Bukanya berkata manis ketika Khansa menatapnya, tapi malah
memerintahnya lagi.
Leon pun lagi-lagi menelan salivanya,
melihat Khansa yang sedang mendongak dan berlutut seperti ini, sungguh itu
adalah sebuah pesona tersendiri yang mampu dengan cepat merasuki jiwa Leon,
ingin rasanya Leon segera bisa mengunyah-ngunyah gadis kecil yang sedang dalam
posisi berlutut menggoda seperti ini.
Khansa pun melanjutkan memakaikan sabuk
ikat pinggang itu lagi. Leon pun semakin merasa gemas, dan sedikit mencandai
istri kecilnya itu lagi, "Dulu tidak bisa membukanya, sekarang sudah
pandai."
Leon sembari mengusap puncak kepala Khansa
lalu berkata lagi, "Aku akan mengajari halhal yang tidak kau mengerti dengan
perlahan-lahan nanti."
Mendengar perkataan Leon, langsung saja
Khansa memelototi Leon, "Hissh, kau ini sungguh mesum!" cibir Khansa.
Leon sangat menyukai gaya Khansa ketika
marah, matanya melebar dengan binar tatapan tajamnya, Leon lalu berkata
"Ya... itu hanya denganmu."
Khansa sedikit merasa senang ketika
mendengar arti perkataan Leon, jika dia hanya berpikir mesum kepada Khansa
saja, lalu Khansa pun bertanya, "Hal-hal seperti apa memangnya yang akan
mau kau ajarkan?" tanya tantang Khansa kepada Leon.
"Apa kau benaran ingin tahu?"
tanya goda Leon dengan suara yang menyiratkan kegemasan hatinya. "Hissh
... gumamnya. Khansa pun enggan memperpanjang perdebatan, lalu segera
memakaikan sabuk ikat pinggang yang dia belikan ke pinggang kuat Leon.
Melihat itu memang sangat pas di pinggang
Leon, Khansa pun mengangguk seraya memuji "bagus"
"Jelas saja, pinggang aku memang sudah
kuat dan bagus sedari dulu." jawab sombong Leon.
Pada dasarnya tubuh Leon sudah sangat
bagus, jadi memakai apa pun sudah pasti akan bagus.
"Hiish! Narsismu itu memang
benar-benar tidak ada obatnya,” gumam Khansa seraya mencubit lengan Leon.
Penutup
Bab 92 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 92 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 92 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.