Bab 91 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 91
Leon tahu Khansa sedang menunggu, dirinya
dan malah sengaja mengerjai Khansa. Flash turun dari lantai atas, lalu berjalan
sama gagahnya seperti tuannya. Jantung Khansa semakin berdegup kencang melihat
Flash berjalan ke arahnya, dua raja diraja sedang menuju kepadanya, bagaimana
hatinya bisa tenang.
Khansa meletakan jari tangannya di
mulutnya, "Sssst,"
"Jangan kesini,” gumam dalam hati
Khansa kepada Flash seraya menggelengkan kepalanya.
Flash membangkang, sifat Flash yang ini
persis seperti Nyonya mudanya. Suka sekali ingkar dari pengaturan. Flash malah
merebahkan badannya dengan gemulai manja di kaki Khansa. Satu minggu tak
bertemu Nyonya Mudanya ini, Flash juga merasakan sangat rindu dengan Khansa.
Khansa pun mengehela Napas, lalu mencoba
mengintip, mencari tahu mengapa Leon jadi begitu lama. Khansa mengeluarkan
kepalanya dengan perlahan untuk mencari tahu, hal apa yang menghalangi Loen.
Khansa langsung menarik kepalanya lagi
untuk bersembunyi begitu melihat Leon akan menoleh kepadanya, sementara Leon
hanya tertawa, sedari tadi Leon sudah melihat juntain gaun Khansa yang
berwarna-warni di bawah gaunnya itu dan Leon tahu jika Khansa bersembunyi.
Khansa masih saja menunggu, tapi yang di
tunggu nampak berjalan dengan lamban sekali, "Haish ... mengapa lama
sekali!" pikirnya.
Khansa mengeluarkan kepalanya lagi,
"Eh! Pergi kemana dia," pikirnya seraya menilisik dengan kedua bola
matanya yang hitam pekat.
Khansa pun keluar dari persembunyiannya dan
mencoba melihat, mencari Leon, "Sebesar itu! Pergi kemana? Mengapa tidak
terlihat, gumam Khansa heran.
"Arrrgh ... roar ..." raungan
Flash.
Khansa menoleh, dan melihat Flash sudah
berdiri di sebelah Leon yang sedang bersandar di dinding dengan satu tangan
dimasukan ke saku celananya.
Leon menatap Khansa dengan mata tajamnya,
"Mencari aku kah?
Khansa menatapi Flash, seraya memanyunkan
bibirnya sembari bergumam, "Dasar! Penghianat kecil. Baru saja berpihak
padaku, melihat tuannya datang langsung saja berpindah haluan."
Pandangan Khansa berpindah kepada Leon yang
masih tersenyum penuh kemenangan, Leon baru saja menggodai Khansa, dan saat ini
Khansa merasa sangat malu karena tadi terlihat sedang mencari-cari keberadaan
Leon.
"Issh! Sungguh memalukan!" pikir
Khansa dengan wajah yang memerah.
Untuk menghilangkan malu, Khansa langsung
saja berjalan ke arah Leon, lalu berlutut mengambil Flash yang berdiri di sisi
kaki Leon, lalu Khansa berkata kepada Leon dengan wajah yang cemberut "Aku
mencari Flash."
"Kau ini GR sekali!" tukas Khansa
kepada Leon.
Leon merasa sudah tidak tahan lagi, landak
kecilnya ini sudah bermain lama di luar, lama tak bertemu, Leon tahu Khansa pun
sama merindu sepertinya, namun masih tidak mau mengaku. Leon pun langsung maju
dan dengan cepat menggendong tubuh Khansa.
"Ei! Ini kau mau apa?"
Leon mengabaikan pertanyaa Khansa, malah
semakin mempercepat langkahnya. Flash dengan sigap langsung saja melompat
keluar dari pelukan Khansa, merasa terkejut Khansa malah melingkarkan lengannya
ke leher Leon untuk berpegangan.
"Ini kau mau apa?" tanya Khansa
lagi.
"Tidak ada, tak bolehkah jika aku mau
memeluk Nyonya Sebastian?" tanya Leon.
Leon memeluk Khansa dan melakukan beberapa
putaran. Nenek Sebastian bergegas keluar dan mendapati pemandangan indah itu.
Seketika saja bergumam, "Jimatnya sedang bekerja, bagus sekali!"
Gerak gerik Leon dan Khansa terlihat sangat
manis dan romantis. Saat ini Nenek Sebastian melihat Leon dan Khansa lalu
berjalan mendekati mereka berdua, "Kalian sedang bermain apa?"
"Issh ... cepat! turunkan aku!"
perintah Khansa yang merasa malu melihat ada Nenek Sebastian.
Paman indra pun tercengang melihat tuan
mudanya bermain tertawa lepas dengan Nyonya Muda. Sementara itu, wajah Khansa
sudah sangat memerah, karena Leon masih saja terus menggendongnya.
Tangan kuat Leon masih menopang tubuh
Khansa untuk tetap dekat dengannya. Mencium aroma wangi Khansa yang sangat dia
sukai, mana rela Leon melepaskannya.
Nenek Sebastian yang tahu jika Khansa sudah
merasa sangat malu, segera memukul Loen dengan serbet yang ada di tangan salah
satu pelayan yang sedang menikmti adegan romantis itu.
"Anak nakal! Turunkan Khansa!"
perintah Nenek Leon seraya menyabet-nyabet Leon yang sedang memakai jas mahal
itu.
"Tuan! Turunkan Nonya Muda, jangan
sampai terjatuh," ujar Paman Indra juga.
Merasa banyak yang menekannya, akhirnya
Leon melepaskan pelukannya, Merasa sudah terbebas dari tangan kuat Khansa, maka
secepat kilat Khansa bersembunyi di belakang Nenek Sebastian lalu mengendong
Flash lagi.
Nenek Sebastian menasehati keduanya
"Nenek tahu kalian pengantin baru, tapi terlalu bersemangat juga tidak
baik," nasehat Nenek Sebastian kepada Leon.
Leon melihat Khansa yang memunggunginya,
sambil asyik membelai-belai Flash. Berpikir landak kecilnya ini sedang marah
dengannya, karena tadi dirinya sudah menggodanya. Leon dengan elegan melepaskan
jasnya dan memberikannya kepada Paman Indra.
Leon malah acuh tak acuh mendengarkan
nasehat neneknya itu, karena hati dan pandangannya telah terfokus kepada Khansa
semua.
Setelah mendengar nasehat Nenek Sebastian,
Leon pun segera menjawab, "Apa makan malam telah siap?"
Nenek Sebastian mencubit lengan Leon karena
merasa gemas dengan cucunya yang tampan ini sambil berkata "Nenek akan
mengecek dapur," jawabnya.
Melihat Nenek sebastian pergi, Leon pun
melangkah ke arah Khansa, memeluknya dari belakang, meletakan dagunya di bahu
Khansa, seraya menciumi bahu Khansa. Leon sudah sangat merindukan wangi tubuh
Khansa, aroma manis yang feminim ini.
Sambil tetap memeluki Khansa yang terlihat
mematung, Leon pun bertanya, "Apa marah kepadaku?"
Khansa menggoyangkan bahunya, mengusir Leon
agar menjauhi tubuhnya, tapi Leon tetap bertahan dan malah ikutan
membelai-belai Flash. Lalu Leon berkata lagi menjelaskan, "Kan tadi! Kau
dulan yang ingin mengerjai aku," tukas Leon.
"Ya ... jadi aku hanya membalas
bermain denganmu saja, kan kau yang lebih dulu mengajak bermain bukan?"
Jelas Leon lagi.
"Hissh! Kekanak-kanakan sekali!"
ujar Khansa.
"Sudah! Sudah jangan marah! Nenek
sudah menyabetku dengan serbet. Aku sudah mendapatkan hukuman, jadi jangan
marah lagi ya!" pinta Leon.
"Aku minta maaf!" bujuk Leon
lagi, agar Khansa tidak marah.
Mendengar perkataan manis Leon tadi, terang
saja membuat Khansa merasa lebih malu lagi. Khansa berusaha melepaskan diri
dari pelukan Leon. Namun mana bisa Leon mengijinkan landak kecilnya ini pergi.
Ketika Flash melompat lagi dari pelukan
Khansa, langsung saja Leon merangkulkan tangan kuatnya itu ke pinggang ramping
Khansa seperti sedang mengurungnya.
"Jika marahmu semenggemaskan ini maka
bisa-bisa aku akan menghukummu Iho!" bisik Leon di telinga Khansa yang
sudah tampak memerah itu.
Khansa menoleh, "k-kau ... mau apa
lagi?"
Leon menyeringai nakal, dan sekali lagi
dengan spontan, Leon menggendong Khansa lalu membawanya ke kamar mereka,
"Jika kau masih marah, kalau begitu kita coba bertengkar di atas ranjang,
dan menyelesaikannya di atas ranjang, bagaimana menurutmu?" jawab ringan
Leon.
Penutup
Bab 91 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 91 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 91 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.