Bab 86 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 86
Nyonya Wadana sangat marah, lalu bertanya
dengan marah, "Apakah dia selirmu?"
Tuan Wandana tidak berani mengakuinya, Tuan
Wandana melihat sabuk ikat pinggang yang masih di pegang oleh Nyonya Wandana,
khawatir jika sabuk itu malah ikut melayang ke tubuh gendutnya itu, jadi
menyangkal adalah jalan yang terbaik.
"Istriku, ini tidak seperti yang kau
kira. Maharani ini adalah putri angkatku," jawab Tuan Wandana dengan nada
membujuk.
"Hah! Putri angkat? Sejak kapan kau
memiliki putri angkat!" hardik marah Nyonya Wandana.
"Dan mengapa tidak memberitahu aku,
jika ingin mengadopsi anak!" hardik Nyonya Wandana semakin marah.
Nyonya Wandana tidak percaya dan mulai
melabrak Maharani lagi dengan habis-habisan. Nyonya Wandana menendang Maharani
yang sedang terduduk menahan sakit di sekujur tubuhnya. Nyawa Maharan serasa
ingin lepas dari tubuhnya. Merasakan perih di sekujur tubuh dan juga sakit
karena tendangan Nyonya Wandana.
Melihat Nyonya Wandana ingin memukul lagi,
Maharani segera saja bersujud memegang kaki Nyonya Wandana, "Mama angkat,
benaran aku dan Papa angkat tidak ada hubungan apa-apa."
"Hari ini adalah perayaan hari jadi
pernikahan aku dan suamiku, karena itu mengundang papa angkat," jelasnya
lagi.
Fauzan sangat benci pada Maharani, tapi
tidak berani membesarkan masalah karena memerlukan dana investasi.
Fauzan pun berdiri dan berkata,
"Nyonya! Memang benar Maharani adalah istriku dan ini adalah pesta
perayaan hari jadi pernikahan kami."
Fauzan membantu Maharani menjelaskan pada
Nyonya Wandana, barulah Nyonya Wandana percaya dan kemarahannya reda sedikit.
Nyonya Wandana menoleh ke arah Tuan Wandana.
"Nah kan! Sudah kubilang bukan, jika
ini hanya putri angkatku saja," tukas Tuan Wandana.
"Bukankah aku sudah memberimu seorang
putri, mengapa masih mau mengangkat putri orang lain untuk menjadi
putrimu!?" tanya marah Nyonya Wandana.
"itu... aku..." tuan Wandana
kesulitan menjawab
Semua orang mulai bergosip. Pandangan
mereka mulai berubah tentang hubungan Papa angkat dan putri angkat ini.
[Tak disangka, ratu film ini ternyata
seorang gundik]
[Sudah memiliki suami kaya, tapi malah tak
puas dan mencari pria yang lebih kaya lagi]
[Benar-benar penuh drama sekali hidupnya]
Tuan Wandana segera saja memeluk istrinya
itu, lalu mencoba membujuknya lagi.
"Jika kau tidak suka, maka hari ini
juga aku anggap dia ini bukan putri angkat aku lagi. Kedepannya aku tidak akan
berhubungan dengan dia lagi."
"Jangan marah, nanti darah tinggimu
naik.
Jangan sampai sakit," ujar Tuan
Wandana.
Arief Wandana bersedia putus hubungan ayah
dan anak angkat dengan Maharani demi menyenangkan hati Nyonya Wandana. Maharani
merasa dunianya semakin hancur, dukungannya telah hilang. Sekarang dirinya
hanya terlihat seperti butiran debu di mata Fauzan. Wanita tak berguna.
Khansa mendekati Jihan yang terpaku lemas
melihat keadaan ibunya, lalu berkata, "Bagaimana rasa bawangku, pedas di
mata dan di hati bukan?"
"Kau seharusnya memahami pepatah, yang
mengatakan, pemenang selalu tertawa di akhir," cibir Khansa kepada Jihan.
"Jadi aku sudah sepadan belum, untuk
bisa melawan nenek sihir yang bernama Maharani!" ledek khansa lagi sambil
bersedekap di hadapan Jihan.
"Minggir kau!" ujar marah Jihan
sembari mendorong tubuh Khansa.
Khansa kembali menikmati pertunjukan yang
di sutradarai olehnya, sekaligus penulis Skenarionya.
Nyonya Wandana masih memandangi Maharani
dengan tatapan jijik, lalu menoleh dan berkata dengan marah kepada Tuan
Wandana, "Pulang! Aku akan memperhitungkan tentang ini di rumah
nanti."
Baru saja beberapa langkah mereka pergi,
Layar di ruangan tiba-tiba hidup, awalnya mau memutar video kemesraan Fauzan
dan Maharani beberapa tahun ini, tapi malah jadi sebuah video lain.
Arief Wandana dan Maharani, sedang berada
di salah satu kamar suite. Dengan cahaya remang-remang terlihat Maharani sedang
menggeliat di atas ranjang besar. Dalam kamar tersebut nampak beberapa pria
sedang tertawa senang. Ada sutradara, produser dan beberapa pengusaha.
"Ayo kita nikmati bersama
sekaligus!" ujar Tuan wandana.
Di dalam video, Maharani masih muda dan
sudah menikah dengan Fauzan. Maharani duduk di lantai dengan tercengang melihat
video itu, berpikir darimana asalnya dan siapa yang melakukannya.
Kedua mata Nyonya Wandana terbelalak
melihat video tersebut. Nyonya Wandana mendorong tubuh Tuan Wandana, lalu mulai
memainkan sabuk ikat pinggang yang sedari tadi masih dia pegang di tangannya.
Maharani sangat putus asa, Nyonya Wandana
memukuli Maharani tanpa ampun sambil merutuki.
"Dasar j*lang, pe*acur! Kau pantas
mati!" hardik marah Nyonya Wandana seperti kesetanan.
Nyonya Wandana sangat lihai melakukan ini,
nampaknya sudah banyak sekali wanita penggoda yang dipecut olehnya.
Maharani berteriak-teriak karena kesakitan,
sabetan-sabetan itu terasa perih menusuk kulitnya. Maharani menjerit, menangis
meminta tolong. Maharani terus minta ampun, tapi tidak ada yang membantu.
Di salah satu ruangan, Leon meletakan
berkas dari tangannya. Lalu melihat video yang Hansen kirimkan kepadanya,
dengan tambahan pesan yang berisi, "Kakak ipar sedang asyik bermain."
Video yang Hansen kirimkan adalah video
Maharani yang sudah terlihat kacau balau, lalu video Khansa yang sedang duduk
tenang menonton sambil sesekali memasukan anggur ke dalam mulutnya, dibalik
cadar.
Leon menyeringai, tersenyum samar sambil
bergumam "Gadis kecil ini suka sekali membuat kerusuhan."
"Apa tidak ingin bergabung?"
tanya Hansen.
"Tidak, pekerjaanku banyak,"
jawab pesan singkat Leon kepada Hansen.
"Banyak apanya, jelas-jelas sudah ada
di sini!" gumam Hansen sambil tertawa.
Melihat kakak iparnya sudah menang, Hansen
memasukan ponselnya ke saku, lalu melangkah pergi, seraya berpikir jika kakak
iparnya itu begitu cerdas dan mandiri, jadi tiada guna dia hadir mengawal
ketika kakak iparnya telah bisa menjaga diri dengan baik.
"Aku jadi sangat ingin melihat anak
kak Leon dan kakak ipar. Hmm ... Kira-kira akan seperti apa ya? gumam Hansen
sambil tertawa apakah akan mirip dengan Khansa, atau mirip dengan Leon, atau
penggabungan keduanya.
Hansen menghentikan langkahnya, lalu
berpikir, "Sepertinya aku akan sangat kesusahan jika sifat bayi Kak Leon
dan Khansa, adalah penggabungan dari mereka berdua,"
"Astaga, itu sepertinya akan menjadi
bayi ajaib! Yang akan mengonjang ganjingkan duniaku," pikir Hansen lagi
dan sudah merasa bergidik hanya dengan memikirkannya saja.
Di kamar suite, Leon berdiri di depan
jendela kamar yang tingginya hampir menyentuh langit-langit ruangan kamar itu.
Leon tidak ingin menampakan diri, karena Khansa sudah mengabaikan dirinya dalam
beberapa hari ini, semenjak kepergiannya ke Bali, dan kembalinya dari Bali,
malah langsung menghadiri acara Fauzan dan Maharani.
"Kau ini mengapa sangat nakal
sekali!" gumam Leon, seraya memandangi wajah Khansa di layar ponselnya.
Leon waktu itu mengambil foto itu secara diam-diam ketika Khansa terpulas di
lengannya, karena terlalu lelah ketika sudah mengacauka pertunangan Hendra dan
Jihan.
"Apa aku perlu menghukummu nanti di
rumah, karena selalu saja bermain permainan yang berbahaya, pikir Leon.
Penutup
Bab 86 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 86 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 86 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.