Bab 85 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 85
Maharani juga punya niat yang sama, Arief
Wandana tidak bodoh dan tidak akan investasi pada Fauzan dengan cuma-cuma.
Tentu saja Maharani harus menebusnya dengan tubuhnya yang berbaring di atas
ranjang Tuan Wandana. Demi membuktikan jika dirinya masih berguna untuk
keluarga Isvara maka, Maharani sudah tentu bersedia melakukannya.
Jihan merasa senang dan menyindir Khansa
dengan arogan saat melihat sikap spesial Arief Wandana terhadap Maharani,
"lihatlah penguasa dalam keluarga Isvara yang sebenarnya adalah ibuku,
lihat saja bagaimana ibuku mengabaikan ayah."
"Jadi kau jangan banyak tingkah,"
ejek Jihan.
Khansa mengabaikan Jihan dan sengaja
mengadu pada Fauzan, untuk menyenangkan hati ayahnya. Khansa mengatakan sesuatu
dengan polos, "Ayah! Jihan bilang jika Maharani adalah kepala keluarga Isvara,
semua tunduk kepadanya, termasuk Ayah!" tukas Khansa.
"Benarkah?" tanya Khansa dengan
sikap polosnya.
"Maaf jika sikapku telah merepotkan
Ayah, sehingga membuat Ayah dimarahi Maharani, kepala keluarga Isvara!"
tukasnya dengan polos yang bertujuan.
"Jika memang begitu, kelak ke depannya
aku akan menjaga sikap, khawatir akan membawa kesulitan untuk Ayah lagi!"
jelas Khansa.
"Nanti malah akan membuat kepala keluarga
Isvara marah lagi kepada Ayah " tambah Khansa lagi.
Perkataan polos Khansa yang bernada kencang
itu sontak saja, menarik perhatian para tamu. Mereka semua langsung memandangi
Fauzan, memberi tatapan mengejek.
Fauzan menoleh kepada Jihan, lalu
memeolotinya dengan tatapan ingin menguliti Jihan. Kasus kemarin baru meredea
beberapa saat, sekarang anak ini sudah berulah lagi. Jihan pun merasa gemetaran
mendapatkan tatapan seperti itu dari Fauzan.
Kemudian Khansa melanjutkan perkataan
polosnya lagi, "Tapi ayah! Apakah tuan Wandana itu benar-benar papa angkat
Maharani? Terlihat sangat akrab sekali."
"Lihatlah bagaimana mereka saling
merangkul tubuh satu sama lain ketika berdansa," tukas Khansa.
"Bukankah itu terlihat nampak
aneh," ucap polos Khansa lagi.
"Itu malah nampak seperti sepasang
kekasih, menurutku," Khansa menambahi perkataannya lagi dengan membubui
bahan peledak di perkataamnya.
Khansa mengatakan itu dengan sangat polos,
sehingga para tamu yang hadir di sana tidak menangkap sama sekali jejak niat
dari perkataan Khansa itu, niat sengaja untuk memojokan Maharani.
Setelah mendengar perkataan Khansa, para tamu
langsung saja mengalihkan pandangannya kepada Maharani dan Tuan Wandana yang
sedang asyik berdansa.
Tuan Wandana melingkarkan tangannya di
pinggul ramping Maharani. Sementara, Maharani sesekali memberikan senyuman
menggoda kepada tuan Wandana seraya merangkulkan kedua tangannya di leher Tuan
Wandana.
Para tamu memperhatikan dan sedikit
tercengang ketika melihat tubuh keduanya saling menempel erat. Sontak saja ini
membuat Fauzan dan orang-orang mulai meragukan hubungan papa angkat dan putri
antara Arief Wandana dan Maharani.
Semua orang mulai membincangkan hal ini.
[Papa angkat, anak angkat. Tapi, terlihat
tidak seperti itu]
[Seperti sepasang kekasih]
[Betul! Lihat saja bahasa tubuh mereka. Begitu
intim]
[Lihatlah cara mereka memandang tidak seperti
papa dan anak]
[Hush! Tuan Isvara masih di sini lho, sudah
jangan dibahas lagi]
Emosi Fauzan memuncak sambil memandangi
Arief Wandana dan Istrinya berdansa mesra di lantai dansa, "pel“cur itu! Wanita
murahan."
Pintu Aula terbuka, Nyonya Wandana datang
menerabas masuk, ketika sampai Nyonya Wandana berteriak meneriaki Mahrani yang
masih asyik berdansa dengan suaminya, “Wanita j*lang!”
Maharani menoleh, "Siapa yang kau
panggil ******!"
Ketika melihat Nyonya Wandana berdiri
sedang memperhatikan mereka yang sedang berpelukan di lantai dansa Maharani
terpaku dan segera melepaskan tangan yang tadi sedang melingkar di lehernya.
Nyonya Wandana melangkah ke arah mereka dan
"plak"sebuah tamparan keras mendarat di pipi Maharani, meninggalkan jejak
merah di sana.
"Tingkat keberanianmu tinggi sekali, menggoda
suamiku di depan orang banyak!" hardik Nyonya Wandana.
"Apa ingin berebut denganku!"
tanya marah Nyonya Wandana.
Tuan Wandana pun maju, dan berusaha menjelaskan,
tapi malah itu menyulut kemarahan istrinya semakin menjadi. Jika membela maka
betul ada sesuatu di antara mereka.
"Diam kau!" Hardik Nyonya Wandana
menatap dengan penuh kemarahan kepada Tuan Wandana.
"Sabuknya!" pinta Nyonya Wandana
kepada asistennya.
Asistennya maju dengan membawa sebuah
nampan yang di atasnya ada sebuah sabuk ikat pinggat dari kulit dengan asesoris
kepala besi. Tuan wandana sedikit mundur, jika marah maka istrinya ini akan
menggunakan sabuk kulit itu sebagai alat pemukul.
Nyonya Wandana mengambilnya lalu mulai
meneror tubuh Maharani dengan pecutan-pecutan keras yang mendarat di tubuh
Maharani, bahkan sesekali kepala besi di ujung sabuk itu mengenai wajah Maharani
dan kepalanya.
"Arrgh ..." teriak Maharani.
Teriakan kesakitan Maharani terdengar
menggema, karena tidak bisa mengelak maka dengan lancar pecutan dari Nyonya
Wandana sukses mendarat di tubuhnya. Cairan berwarwan merah merembes dari balik
pakaian Maharani.
Maharani pun terjatuh duduk di lantai,
sambil dengan gemetaran memeluki tubuhnya sendiri denhan tiada daya. Lecutan
sabuk kulit Nyonya wandana bahkan tidak memberikan jeda sedikitpun untuk hanya
sekedar menghela napas. Para tamu yang melihat pun mulai berbisik-bisik lagi.
[Siapa wanita galak ini, datang tiba-tiba
lalu memukuli orang dengan seenaknya]
[Hush jaga bicaramu, kau ini bodoh atau
apa? Apa kau tadi tidak mendengar jika Tuan Wandana adalah suaminya]
Yang lain tidak berani ikut campur karena
tahu seberapa besar kekayaan Nyonya Wnadana ini. Fauzan pun tidak berani
melangkah melerai penganiayaan itu. Tuan Wandana memang berkuasa. Tapi, Nyonya
Wandana lebih berkuasa lagi atas Tuan Wandana.
Rupanya Khansa diam-diam mengirim video dan
foto pada Emily, dengan disertai isi pesan yang meminta Emily membujuk istri
Tuan Wandana agar terprovokasi agar segera bisa datang ke tempat acara.
Tentu dengan senang hati Emily mengirimkan
kepada Nyonya Wandana dengan disematkan sebuah pesan singkat, "Saran aku!
Datang."
Pada awalnya Nyonya Wandana enggan datang
ketika Emily mengirimkan undangan acara perayaan hari jadi pernikahan Tuan
Isvara dan Maharani, namun ketika melihat pemandangan di video betapa suaminya
mesra memeluk Maharani, memeluk wanita selain dirinya.
Nyonya Wadana yang secara kebetulan berada
tidak jauh dari tempat acara langsung saja pergi untuk melabrak.
Masih merasa belum puas, Nyonya Wandana
masih saja menyabeti Maharani dengan sabuk ikat pinggang kulitnya itu sampai
Maharani kepayahan dan menangis.
"Nyonya, ampun. Kami tidak seperti
yang kau kira," ujar lirih Maharani.
Namun tetap saja Nyonya Wandana membabi
buta, selama dia melihat wanita yang ingin menjadi pelakor di dalam rumah
tangganya belum tumbang, maka pantang bagi Nyonya Wandana untuk menghukumnya.
Beginilah Nyonya Wandana menghukum para
wanita yang kedapatan sedang menggoda dan mendekati suami flamboyannya itu.
Saat ini, Arief Wandana meninggalkan Maharani
dan berlari ke arah istrinya sendiri dengan ketakutan, "Istriku! Jangan
begini! Ini tidak seperti yang kau kira," ujar Tuan Wandana.
Penutup
Bab 85 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 85 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 85 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.