Bab 8 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 8
Khansa memanfaatkan
kesempatan ini untuk “menjelaskan” kepada Leon bahwa Jihan lah yang mengatakan
Leon sebagai sugar baby. Sambil menunggu kue pesanan Leon, Khansa sedikit
membalas Jihan karena sudah bersiasat atas dirinya, menjahati dirinya, sudah
menjualnya pada pak Arman.
"Kau jangan naksir
baby sugar aku yah! Dia ini hanya milik aku lho," jelas Khansa seraya
bersandar di bahu Leon.
"Minta saja pada
Ibumu, supaya menjodohkan kau juga dengan pria kaya … emm … contohnya kaya Pak
Arman," tukas Khansa.
"Kenalkan? Dengan
Pak Arman?" sindir Khansa.
Jihan, "…"
Leon memandangi lagi
istri kecilnya ini, tak menyangka jika gadis kecil ini malah pandai membully
balik. Leon pun tersenyum tampan, merasa puas dengan istri kecilnya ini.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya kue pun telah selesai dibuat. Mereka
berdua pun pergi meninggalkan toko.
Jihan ditertawakan oleh
sahabatnya itu Jane, karena harus memanggil Khansa dengan sebutan nenek, dan
malah meledeki Jihan karena ternyata Khansa memiliki sugar baby yang sangat
tampan.
"Kau ini benaran
deh, apa mata kau ini buta!" ledek Jane.
"Pria setampan itu
masa kau bilang dia jelek, botak dan gendut," tukas Jane seraya tertawa
sampai perutnya sakit.
Jihan, "…"
"Sudah tak mau main
lagi," jawab kesal Jihan seraya bergegas pergi juga dari toko kue.
"Hei! Ini siapa yang
akan bayar kuenya," teriak Jane.
Jihan tidak menggubris teriakan
Jane, malah masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan cepat untuk kembali
pulang ke rumahnya.
"Issh …" gumam
Jane mengkesal lalu mengeluarkan kartunya untuk membayar kue yang bahkan tidak
dia pesan.
Pemilik toko tidak berani
menjual kue kepada mereka lagi karena mereka telah menyinggung Leon, pemilik
toko malah memutuskan tidak mau menjual kue yang sekarang kepada mereka.
"Maaf Nona kue ini tidak dijual," ujar si pemilik toko.
"Eh tapi!
Kenapa!?" tanya bingung Jane.
"Ini akan aku beri
makan pada anjing peliharaan di rumah," jawab enteng si pemilik toko.
"Sialan! Bapak tua
ini anggap status peliharaannya itu lebih tinggi dari aku," gerutu Jane
mengkesal.
"Ya sudah, aku tidak
akan datang lagi ke toko kue ini!" hardik Jane.
"Silahkan Nona,
pintu keluarnya disana, dan kedepannya kami tidak menerima kedatangan kalian
lagi," jelas si pemilik toko dengan nada angkuh.
Jane keluar dari toko kue
tersebut dengan hati yang meradang. "Sial … ini semua karena gadis kampung
yang bernama Khansa itu," gerutu Jane merutuki Khansa.
"Awas saja
kau!" ancam Jane lagi.
……
Sementara itu, di dalam
mobil saat perjalanan pulang, Leon mengeluarkan kartu kartu black goldnya dan
memberikannya kepada Khansa. Dia memberitahu Khansa mungkin Khansa tidak akan
mampu menghidupinya, tapi dia pasti mampu menghidupi Istrinya, Nyonya
Sebastian.
Jantung Khansa berdegup
kencang ketika mendengar kata tersebut.
"Simpan kartu itu di
dompetmu!" ujar Leon.
Khansa, "…"
Memasukan kartu itu
kedalam dompetnya, dengan masih tetap terdiam karena hatinya masih berdegup
kencang. Sesampainya di rumah, nenek menanyakan keadaan kepulangan mereka ke
rumah keluarga Isvara.
"Apa sudah bertemu
dengan Kakek?" tanya Nenek Sebastian.
"Ya Nek," jawab
Khansa.
Khansa memberikan kue
yang tadi baru saja dibeli kepada nenek, nenek suka memakan kue, Leon meminta
nenek untuk tidak makan kebanyakan.
"Nek, jangan terlalu
banyak, itu sangat manis. Ingat kesehatan nenek," nasehat Leon.
Khansa juga ikut memakan
kue tersebut, sambil mendengarkan suaminya ini sedang menasehati Neneknya.
Tanpa sengaja cream pada kue tersebut menempel di sudut bibir Khansa.
Melihat hal itu, baru
saja Leon ingin menghapus cream yang menempel itu, saat Khansa menyantap kue
tersebut, tapi malah Khansa mimilih menjilatnya dengan lidahnya sendiri. Lalu
sedikit menjulurkan lidahnya, sedikit meledek Leon sambil mengeluarkan suara
tawa kecilnya.
"Hiish …" gumam
Leon.
Leon merasa jika Khansa
sedang menggodanya, Leon mengendurkan dasinya dan beranjak naik ke lantai atas
sambil menggelengkan kepalanya, sedikit tidak percaya jika dirinya baru saja
diledek oleh gadis kecil. Namun, hatinya tidak merasa marah, malahan merasa
lucu dan senang.
Khansa melihat kepala
pelayan membawa seorang pak tua ke lantai atas, dia menanyakan pada nenek siapa
orang itu. Nenek memberitahunya kalau itu adalah Tuan Suryo, beliau datang
sebulan sekali untuk mengobati penyakit insomnia Leon. Mendengarnya Khansa
segera naik ke lantai atas.
Namun, terdengar
keributan dari ruang kerja Leon, Khansa terkejut melihat kondisi ruang kerja
sangat berantakan, Leon sedang mengamuk, peralatan Tuan Suryo juga berserakan
di lantai, penyakit Leon kambuh lagi.
Dia mengusir semua orang.
Tuan Suryo baru saja
ingin keluar dari dalam ruangan kerja Leon, Khansa menahannya lalu menanyakan
gejalanya kepada Tuan Suryo. Merasa jika tidak aman, Tuan Suryo malah menarik
Khansa keluar dari ruang kerja Leon.
"Sebaiknya Nyonya
diluar saja, di dalam berbahaya, khawatir Nyonya terluka," saran Tuan
Suryo.
Khansa sangat keras kepala,
bukannya menurut malah segera masuk lagi ke dalam ruang kerja tanpa
mendengarkan bujukan kepala pelayan dan Tuan Suryo.
Karena jika membiarkan
Leon mengamuk dan insomnia berkelanjutan, maka akan memungkinkan munculkan
kepribadian kedua, hingga waktunya nanti Leon yang sekarang akan menghilang.
Akhirnya Kepala pelayan
membiarkannya masuk. Melihat Khansa masuk ke ruangan kerjanya, Leon menjadi
marah, Leon malah meneriaki Khansa, dan tetap menyuruhnya keluar.
"Keluar!" hardiknya dengan marah.
"Keluar! Jangan
sampai aku mengulang kata yang sama lagi untuk ketiga kalinya!" teriak
Leon lagi.
Jika Leon mengulang kata
yang sama untuk ketiga kalinya, maka akibatnya akan sangat fatal nanti.
Namun, Khansa tidak
takut, dia tetap melangkah maju, kemudian didorong oleh Leon hingga terjatuh,
bagian pelipisnya menabrak pas kena di sudut meja.
"Shhh …" Khansa
mendengus kesakitan, dia menutupi luka dengan tangan, darah segar mengalir dari
celah jari-jarinya.
Khansa menatapi tangannya
yang sudah diwarnai oleh darah kental yang keluar dari dahinya itu.
"Leon,"
panggilnya dengan suara melirih.
Khansa bangun lagi, dan
malah ke arah Leon lagi, tapi kali ini Khansa langsung saja memeluki Leon.
"Tenanglah! Tenanglah," bisik Khansa demgan suara lembutnya.
Wangi tubuh Khansa yang
seperti.parfum itu sedikit membuat Leon menjadi tenang. Khansa berpikir ini
saatnya untuk mengambil kendali agar Leon tidak kehilangan dirinya dan berubah
menjadi brutal.
"Nah … nah sudah,
sudah tidak apa-apa," ujar Khansa seraya menepuki punggung Leon dengan
lembut.
Dan benaran saja, itu
berhasil membujuk Leon untuk menjadi lebih tenang. Leon malah merangkul balik
Khansa. Mencium wangi Khansa dalam-dalam. Wangi itu membawa ketenangan
tersendiri bagi Leon.
Setelah merasa Leon sudah
jauh lebih tenang, maka Khansa pun melepaskan pelukannya. Khansa membelai
lembut kening suaminya itu, menghapus sedikit keringat yang ada di sana.
"Semua akan
baik-baik saja," hibur Khansa seraya menatapi kedua mata Leon,
memperhatikan apakah kepribadiannya yang brutal tadi sudah benar-benar
menghilang.
Penutup Bab 8 Novel Romantis Pengantin
Pengganti
Bab 8 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 8 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.