Bab 74 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 74
Leon menatapi Khansa dengan binar gairah
laki-laki normal, Leon pun membenamkan wajah Khansa yang memerah dalam
pelukanya. Wajah yang telah mati-matian dirasa menggodai hatinya dengan gemuruh
kencang, bagai badai yang tidak bisa dia kendalikan.
Melihat Khansa memakai cadarnya itu sudah
seperti godaan baginya, apalagi sekarang, tidur seranjang dengannya tanpa menggunakan
cadar dan dengan aroma tubuh yang menggoda.
Leon mulai mau mencium Khansa lagi, tapi
Khansa menolak karena sudah ingin istirahat.
"Aku lelah," ujar Khansa.
Ya baru saja menjadi ayam betina yang murka,
tentu saja menguras habis energi Khansa malam ini, di tambah sebelumnya memukul
tiga ekor ular dengan telak, yakni Hendra, Jihan dan Maharani. Jadi yang Khansa
inginkan hanya menidurkan tubuh lelahnya ini, mengumpulkan energi untuk peperangan
selanjutnya.
Leon hanya bisa membaringkan tubuh Khansa
di sebelahnya, lalu juga membaringkan tubuhnya di sebelah Khansa sambil
menatapi langit-langit kamarnya menatapi lampu kristal yang menggantung mewah
di atas sana. Leon meletakan satu tangannya menutupi kedua matanya.
Leon memang sakit, namun untuk soal yang
itu, Leon sehat 100%. Leon menghela napas panjang, lalu mulai menyelimuti
Khansa, "Ayo! saatnya tidur."
Leon hanya bisa menyemangati hatinya, "Harap
bersabar ini ujian."
Khansa dengan cepat pun terpulas dalam
pelukan Leon, sementara Leon menciumi kening khansa sambil menikmati aroma
manis dari tubuh Khansa. Ini rasanya seperti menyiumi aroma tubuh dan aroma mulut
bayi yang tercium sangat harum.
Khansa tidur dalam pelukan Leon. Saat ini,
Hendra menelepon lagi, Leon mengangkat panggilan itu dan menyeringai nakal.
Hendra terpaku karena emosi yang sudah dia
tahan dari sebelumnya, akhirnya Khansa mau menjawab panggilan telponnya, "Khansa!"
panggilnya.
"Dia sudah tidur!" jawab Leon
dengan nada dingin, memotong kalimat yang baru saja Hendra akan katakan kepada
Khansa.
Hendra yang mendengar jika yang menjawab
ponsel Khansa adalah suara seorang pria, dan ini adalah tengah malam, terang
saja langsung membuat Hendra membeku, sampai-sampai sesaat tadi Hendra lupa
untuk bernapas.
Berdasarkan sikap arogan dan dominan yang
Leon miliki, jelas saja dia ingin pamer dengan tuan muda Ugraha yang sedang mencoba
mengejar istri kecilnya itu.
"Tuan muda Ugraha, mohon maaf. Khansa
sudah tidur. Nampaknya dia terlalu lelah karena aktivitas malam kami
tadi," ujar Leon membual kepada Hendra.
Setelah menekankan perkataan terselubung jika
Khansa adalah miliknya, Leon dengan hati ringan langsung saja menutup panggilan
telpon dari Hendra itu.
“Ingin berebut dengan aku, hah! Mimpi
saja," ujar Leon menyeringai kesal bercampur dengan cemburu. Lalu
meletakan kembali ponsel Khansa di atas nakas lalu merebahkan dirinya kembali
sambil memeluki tubuh Khansa lagi.
"Ini adalah Khansaku, mana boleh kau
kejar, dan tidak pantas kau kejar, hardik Leon lagi kepada Hendra dalam hati.
Keesokan paginya setelah sarapan pagi
bersama, Khansa mengatakan kepada Leon jika dia ingin pergi ke rumah sakit.
Khansa ingin pergi untuk menjenguk Bibi Fida yang masih di rawat di rumah
sakit.
Leon pun mengantar Khansa sampai ke rumah
sakit, namun tidak ikut masuk. Khansa bertemu Jihan di depan pintu rumah sakit.
Penampilan Jihan sudah sangat buruk rupa,
mata yang membengkak karena terlalu banyak menangis, garis hitam di bawah
matanya, biasa disebut mata panda. Nampaknya Jihan tidak tidur semalaman.
Impiannya selangkah lagi menjadi nyonya muda Ugraha telah di hancurkan oleh Khansa
dengan begitu mudahnya.
"Khansa di mana Kak Hendra?"
pekik marah Jihan.
"Dimana kau menybunyikannya!?"
tanya hardik Jihan.
"Ayo! Cepat katakan, dasar
murahan!"
Jihan merasa jika Khansa menyembunyikan
tuan muda Ugraha, karena Jihan berkali-kali menghubungi namun Hendra tidak menjawab
panggilannya.
"Ayo! Cepat katakan!" Hardik
Jihan lagi dengan nada yang sudah tidak sabaran.
Sejak hari itu, Jihan tidak bisa
menghubungi Hendra, Jihan mulai marah pada Khansa, Khansa dengan bangga berkata
kalau Hendra terus menghubungi dirinya tapi tidak di jawab.
"Untuk apa aku menyembunyikannya,
panggilan telponnya yang ratusan kali itu pun aku malas untuk
menjawabnya," ungkap Khansa sambil menyeringai.
"Apa?" tanya Jihan tidak
mempercayai perkataan Khansa.
"Apa katam? Kak Hendra ada menghubungimu?"
tanya Jihan penasaran.
Jelas saja hati Jihan marah dan cemburu
ketika dirinya ratusan kali menghubungi Hendra, tapi malah Hendra ratusan kali menghubungi
Khansa.
"Dasar j*lang, kau pasti sudah
menggunai-gunai Kak Hendra kan, kau sudah memeletnya sehingga lupa dengan aku,"
ujwe marah Jihan.
"Mengaku saja hah!" pekik teriak
Jihan lagi.
"Untuk apa aku bermain dukun, jika aku
mau maka orang pertama yg aku guna-guna adalah Fauzan, agar dia patuh kepada
aku dan aku bisa mengusir kalian ke jalanan dengan hati senang," tukas Khansa
tak kalah marahnya.
"Jihan!" panggil Khansa.
"Aku tak ada waktu meladeni kau dengan
kesedihanmu yang mengenaskan ini! Masih ada hal penting yang harus aku
urus," gumam Khansa.
"Aku pergi dulu ya!" ujar Khansa
dengan sedikit nyinyir.
Lalu Khansa melangkah masuk ke dalam rumah
sakit dengan hati senang. Sementara, Jihan langsung mengepalkan tangan dengan
geram karena merasa sangat marah kepada Khansa, jika saja kemarahan itu ada
bentuknya, maka niscaya saat ini akan keluar kepulan asap dari ubun-ubun kepala
Jihan.
Merasa tidak mendapatkan hasil dari aksi
mencegat Khansa, maka Jihan pulang ke rumah dengan gontai, lalu mengadu dengan
sedih pada Maharani tentang kejadian hari ini.
"Bu lihatlah bagaimana Khansa telah
mengguna-guna Kak Hendra. Bahkan Kak Hendra tidak mau mendengar suara
aku!" ujarnya sedih.
"Kak Hendra sudah tidak mau aku
lagi," ujarnya lirih.
Jihan sangat marah, "Akan lebih jika
Khansa Isvara mati bu!" tukas Jihan lagi.
Wajah Maharani nampak buruk sekali, tak
kalah buruknya dengan penampilan yang sama seperti Jihan. Dirinya merasa Khansa
ini benar-benar racun dunia, semenjak kedatangannya kehidupan dia dan putrinya menjadi
sangat kacau.
Rencana dan harapan terbesar Maharani
adalah agar putri-putrinya menikah dengan salah satu tuan muda dari empat
keluarga yang berkuasa di Palembang ini. Sudah akan selangkah lagi berhasil,
tapi racun dunia itu menghancurkannya dalam satu kali tepuk. Saat ini Maharani
benar-benar merasa menjadi seeokor lalat yang mudah dibunuh.
"Bu, kak Hendra pasti akan mengejar
Khansa lagi, lalu mereka akan kembali seperti dulu lagi," tangis pecah
Jihan.
Maharani menenangkan putrinya itu, lalu
menyeka air mata Jihan sambil menghiburnya.
Maharani sudah mulai merancang rencana
menikahkan Jihan pada salah satu dari empat keluarga terhebat ini telah sangat
lama, hatinya juga sangat mengutuki keras dengan lantang kepada Khansa. Semua
usahanya sia-sia.
Maharani sedih melihat Jihan dan menghibur
Jihan, ''Percayalah pada ibu, kali ini aku akan membuat Khansa menyesal atas
perbuatannya."
Penutup
Bab 74 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 74 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 74 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.