Bab 72 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 72
Khansa tercengang, keadaan saat ini sungguh
di luar dugaannya, tadi sudah jelas-jelas dirinya sudah siap berperang dengan
kekuatan penuh untuk memukuli dua pasangan yang tadi dia anggap tercela itu,
dan sudah memutuskan jika dirinya akan pindah dari Villa Anggrek, tidak ingin
melihat wajah Leon lagi dan juga pinggang kekar Leon demi kedamaian hatinya,
agar tidak terus menerus merasa sakit hati.
Tapi malah dengan tidak di duga Leon,
mengungakapkan isi hatinya, dan menjelaskan jika tidak terjadi apa-apa antara
Susan dan dirinya, Leon tidak pernah menggoda wanita mana pun sebelumnya, dan
juga tidak berniat sama sekali.
Khansa masih memastikan lagi pada Leon,
"Apa kau sedang berkata jujur? Tidak sedang mengerjaiku?"
Khansa mengernyitkan kedua alisnya, karena
masih khawatir jika ini masih salah satu bentuk keisengan Leon kepadanya.
Leon tersenyun dan berkata dengan suara
baritonnya, "Kita bisa pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kalau aku
masih perjaka," ujar Leon sambil tertawa kecil dengan manisnya.
Merasa sedang dikerjai lagi, Khansa
langsung saja mendorong tubuh Leon dengan kedua lututnya, "Dasar kau!
Masih saja mengerjaiku."
"Mana ada tes keperjakaan untuk
laki-laki, hah!" tukas kesal Khansa.
"Kau ini ... masih saja suka
mengerjaiku!" ujar khansa dengan wajah cemberut dari balik cadarnya.
Gerakan Khansa tidak membuat Leon marah,
karena hati Leon sedang berbunga-bunga. Istri kecilnya ini baru saja memukuli
wanita lain karena dirinya. Ini benar-benar membuat Leon merasa sangat istimewa
di hati Khansa, dan betapa istrinya ini sudah sangat jatuh cinta kepadanya jika
menilai dari tingkat kecemburuan yang tadi dia liat.
Karena merasa jika dirinya ini sangat
berharga bagi Khansa, Leon pun mulai bersikap romantis terhadap Khansa, lalu memohon
agar Khansa mau pacaran dengannya, "Mau ya jadi wanitaku?"
"Jangan menolak aku!" pinta Leon
dengan nada lembut sedikit merengek.
Khansa masih terdiam, masih berusaha mensikronkan
hati dan pikirannya, selama ini dirinya sudah menjaga diri dengan baik, tidak
mengijinkan siapa pun untuk menaiki, melompat masuk ke balik dinding hati yang sudah
dia bangun dengan kuat, kokoh dan tinggi.
Siapa sangka pria yang bernama Leon
sebastian ini, dengan tiba-tiba datang dan merobohkannya hanya dengan melalui
nada bujuknya, dengan suara baritonnya itu. Dinding pertahanan di hati Khansa
mulai runtuh karena Khansa juga merasa mulai menyukai Leon.
Khansa tidak dapat memungkiri perasaannya
lagi, jika berjauhan dengan Leon maka dia akan memikirkannya, terkadang
menunggu Leon pulang sambil menghitung detik, menit, jam. Ketika melihat sakit
Leon kambuh, sungguh hatinya juga ikut terasa sakit. Ketika melihat
Leon membawa wanita lain pulang ke rumah
mereka, seketika saja api cemburu telah membakar sekujur tubuhnya dan juga
hatinya sampai panas ke otaknya. Api cemburu itu sudah seperti bahan bakar bagi
Khansa sehingga tadi mampu membuat Khansa bersikap bar-bar kepada Susan.
Melihat Khansa terdiam, Leon pun tersenyum,
"Apa ini artinya kau mau?" tanya Leon dengan lembut untuk memastikan
sambil mencium, mengecup-ngecup tangan Khansa.
"Ya," jawab Khansa seraya
menganggukan kepalanya dan menatapi kedua mata Leon yang sedang menatapinya.
Leon pun tersenyum puas dan senang, malam
ini perasaan masing-masing telah terkonfirmasi. Leon mencium kening
Khansa, dan Khansa dengan patuhnya menerima
ciuman yang di daratkan di keningnya itu. Khansa mendorong tubuh Leon, sembari
memberikan peringatan keras kepada Leon.
"Aku peringatkan ya, tidak lagi
membawa wanita lain bersamamu! Ke rumah atau pun ke tempat lain, paham
tidak!" tukas Khansa.
Khansa memperingati Leon kalau dirinya
sangat galak dan bisa memukul orang dan siap memulai pertengkaran lagi, Leon
malah menyukai sifat bar bar Khansa yang menggoda sekali.
"Aku kasih tahu ya! Karena sikap bar
bar mu inilah yang membuat aku jatuh cinta kepadamu!" tukas Leon menggombali
Khansa dengan tatapan penuh kegembiraan.
"Terlihat semakin menggemaskan,"
goda Leon lagi.
Khansa merasa hatinya berbunga-bunga lalu
berlari ke dalam kamar dengan membawa rasa semanis madu dihatinya, dan wajah
memerah semerah apel.
Susan masih belum pergi, dan langsung
mendekati Leon saat melihat Leon keluar dari ruang baca. Susan meminta Leon membantu
memberi pelajaran pada Khansa.
"Leon! Apakah kau sudah memecat
pelayan kecil itu?" tanya Susan.
"Lihatlah, memar-memar yang dia buat
di kulit aku ini!" ujarnya.
"Sudah seharusnya kau memecatnya bukan!"
rengek susan lagi.
Susan berpura-pura terlihat lemah, agar
Leon merasa simpati kepadanya. Namun, Leon malah mengabaikan dan menjaga jarak
dengan Susan. Dan perkataan Leon selanjutnya malah membuat Susan lebih terperanjat
lagi.
"Chief Susan, mulai besok kau tidak
perlu datang bekerja!" ungkap Leon.
Leon baru saja meminta Susan menghilang
selamanya dan jangan muncul di hadapan dirinya lagi.
"Apa?" tanya Susan dalam limbung.
"Kau aku pecat!" Jelas Leon.
Susan terdiam, terpaku, rasanya dirinya
baru saja tersetrum sengatan listrik ribuan volt, seraya menatapi dengan
tatapan tak percaya kepada Leon, atas apa yang tadi baru saja dia dengan
tentang hal pemecatannya.
"Leon! Apa kau tidak salah? Mengapa
aku yang dipecat! Yang membuat onar itu pelayan kecilmu itu!" hardik marah
Susan.
Leon menatapi Susan sambil meyeringai
sarkas, lalu memberitahu tentang kebenaran status Khansa, "Kau telah membuat
kesalahan besar tadi."
"Apa! Kesalahan apa?" tanya Susan
dengan bingung yang mendalam. Susan terpaku dan bingung dirinya telah berbuat
salah di mana, dan salah apa.
Leon memberitahu Susan kalau Khansa adalah
Nyonya Sebastian, "kesalahan terbodohmu adalah berani merayuku di depan
Nyonya Sebastian," ungkap Leon.
"Apa! Pelayan kecil itu ... Nyonya
Sebastian?" gumam tak percaya Susan lalu wajahnya pun terlihat pucat.
Di dalam kamar. Khansa baru selesai mandi,
Leon sudah berada di atas ranjang sudah memakai piyama tidurnya, yang secara
khusus dibuat untuknya dari bahan baju berkualitas tinggi, karena Leo memiliki
gangguan sulit tidur yang akut, maka untuk piyama tidur ini benar-benar dipilih
dari bahan terbaik dan buatan tangan, bukan buatan pabrik.
Pengaturan seperti ini diharapkan dapat
membuat Leon bisa tidur dengan lebih nyenyak.
Leon duduk bersandar di ranjang mereka
sembari menyentuh-nyentuh tabletnya, Leon masih memerika beberapa email terkait
pekerjaannya.
Khansa berdiri terpaku melihat Leon yang
sudah naik keataa ranjang besar dikamarnya itu. Selama ini meski satu kamar
tapi mereka terbiasa tidur terpisah. Satu ranjang jika hanya karena harus memberikan
kesan jika mereka adalah pasangan suami istri yang romantis.
"Baru saja mengungkap rasa, ini
tidakkah terlalu cepat jika dia sudah ingin tidur satu ranjang," pikir
Khansa.
Leon melihat Khansa, lalu menatapi istri kecilnya
itu yang tengah terdiam terpaku memandanginya. Leon menepuk-nepuk bagian
samping ranjang yang masih kosong, "Naiklah kemari.”
Penutup
Bab 72 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 72 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 72 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.