Bab 71 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 71
Paman Indra segera maju ke depan dan
melerai Khansa dan Susan sambil memuji dalam hati atas keberanian nyonya
mudanya ini dan berpikir pantas saja nyonya mudanya ini selalu berani menantang
tuan mudanya. Hari ini Paman Indra benar-benar baru melihat sisi perkasa dari
Nyonya mudanya ini.
"Tuan! Kali ini kau benar-benar
menemukan lawan yang sepadan, kau juga harus waspada dan banyak
berhati-hati," pikir Paman indra.
Susan melihat Leon telah datang lalu
langsung saja mengadu dengan sedih dan tersedu-sedu kepada Leon kalau,
"Pelayan kecil ini telah berani memukuliku."
"Lihatlah dia juga baru mencakarku,
lapor Susan seraya memperlihatkan bekas cakaran kuku Khansa yang meninggalkan
jejak di lengan putih mulus Susan.
Ketika Susan mengusap kepalanya karena
merasa kulit kepalanya terasa panas, karena jambakan tangan Khansa tadi. Susan
tiba-tiba menjadi histeris karena melihat rambutnya banyak rontok di genggaman
tanggannya, "lihatlah ini, lihat pelayan kecil ini sungguh kasar."
Susan ingin menyerang Khansa lagi, namun di
tahan oleh Paman Indra. Leon terlihat berdiri tenang dan terlihat sangat elegan
dengan gaya satu tangan dimasukan ke saku celananya, sambil dengan santainya
memperhatikan dua wanita yang sedang bertengkar itu.
"Ini ada ribut-ribut apa?" tanya
Leon.
Leon menginterogasi alasan Khansa
berkelahi, Leon memandangi Khansa, lalu dengan cepat Khansa mengoceh, "Dia
dulu yang memulai perkelahian ini!" Jelas Khansa seray menunjuk Susan
dengan sapu lidi arennya itu.
"Dia duluan yang ingin menamparku! Aku
hanya mencoba membela diri saja!" jelas Khansa lagi dengan nada
berapi-api.
Khansa tidak mau mengaku salah dan membuat
Susan semakin kesal, "Pelayan kecil ini sungguh pandai berdalih, lihatlah
aku terluka sampai seperti ini. Tapi, masih juga tak mau akui salah!"
hardik kesal Susan.
"Sungguh kasar dan kampungan!"
hardik hina Susan lagi. :
"Hah! Bukan salah aku kalau kau begitu
lemah. Dasar! Nenek sihir," ejek ringan Khansa menyindir Susansambil
menganggkat kembali sapu lidi arennya dengan posisi bersiap ingin memukuli
Susan lagi.
"Kau ... kau ...!" Susan sudah
benar-benar dibuat kesal oleh Khansa sampai kehabisan kata-kata.
"Kau ikut aku!" tukas Leon sambil
melihat ke arah Khansa.
Leon meminta Khansa ikut dengannya ke ruang
baca. Khansa pun melemparkan sapu lidi aren yang ada di tangganya itu ke tubuh
Susan lagi. Lalu Khansa pun pergi mengikuti langkah Leon, karena memang tadi
dirinya dengan emosi yang membuncah memang tengah mencari-cari Leon.
"Apa kau mencariku?" tanya Leon
seraya bersedekap.
Melihat Khansa mengangguk dengan tatapan
marah, hati Leon sedikit tergelitik, "katakan ada apa?"
Khansa menjawab sekaligus menyindir Leon.
“sebelumnya Chief Susan itu memintaku
membeli sekotak ******, aku ingin tanya padamu, kamu pakai ****** ukuran apa,
karena Susan tidak memberitahukan tadi ketika memintaku membelikan ****** untuk
kalian bermain malam ini!?”
Leon mengeryitkan alis dan lalu menarik
pinggang Khansa yang ramping dan mendudukannya di atas meja kerja Leon.
Leon menekan kedua tangan di sisi kanan dan
kiri Khansa, lalu mendekatkan wajahnya kepada wajah Khansa sambil menyeringai
menggoda, "Menurutmu? Ukuran berapa?
Satu tangan Khansa memukul dada Leon,
"Mengapa kau suka sekali menggodaku sampai marah!"
"Menurutmu aku sedang
menggodamukah?" tanya serius Leon.
Khansa sudah tidak bisa menahan
letupan-letupan kemarahan besar dan kecil yang telah Leon buat di hatinya lalu
mulai mencurahkan satu persatu isi hatinya.
"Kau sudah membuka cadarku, menciumku,
memelukku, meletakan tanganku di pinggang kuatmu itu! Lalu kau tidak mengakui
jika sudah menggodaku!" Jelas marah Khansa.
Leon mulai mengerjai Khansa, tidak ingin
buru-buru menjawab curahatan hati istri kecilnya ini dulu, siapa suruh selama
ini dia selalu membuat hatinya gemas. Melihat Leon yang hanya terdiam semakin
membuat hati Khansa terasa panas karena marah.
"Kau sudah membuat aku bergantung
padamu, lalu dengan seenaknya kau membawa wanita lain ke rumah kita!"
"Aku ini bukan wanita lemah yang bisa
kau tindas atau menerima KDRT dari suami! percayalah Tuan Muda Sebastian jika
kau begini, memaafkanmu pun aku tak sudi!" tukas Khansa.
Khansa merasa selama ini sikap Leon sangat
tidak bertanggung jawab dan masih mencari wanita lain. Khansa sangat sedih dan
ingin pindah dari Vila Anggrek.
"Dan aku sudah memikirkannya dengan
sangat baik, besok aku akan pergi meninggalkan Villa Anggrek ini, hidup tanpamu
aku rasa itu bukan sesuatu hal yang sulit!" jelas Khansa.
Leon memperhatikan perkataan dan hati
Khansa nampak tidak sinkron, mulut berucap akan pergi, tapi mata malah
memancarkan binar kesedihan yang mati-matian di tahan agar butiran bening itu
tidak tumpah dari kedua matanya.
Leon sangat memahami jika, istri kecilnya
ini selalu berusaha kuat untuk tegar meski tidak setegar seperti yanf terlihat.
Leon pun sudah tidak ingin mengerjai istri kecilnya ini. Melihat perkelahian di
luar tadi antara Khansa dan Susan, maka sudah bisa disimpulkan jika rencananya
berhasil mutlak, istrinya ini sah sudah cemburu karena kehadiran Susan di Villa
Anggrek mereka.
Leon pun menjelaskan kalau tidak terjadi
apapun antara dirinya dan Susan saat dinas hari itu, "Hari ketika Susan
menjawab panggilan telpon darimu, sungguh tidak terjadi apa-apa!"
"Aku saat itu sedang mandi, dan tanpa
sepengetahuanku Susan langsung menjawab panggilan darimu itu," jelas Leon.
Khansa sulit percaya dan malah mulai
menginterogasi Leon lagi, "Mengapa dia bisa seenaknya memasuki
kamarmu!"
"Saat itu ada berkas laporan yang akan
dia berikan kepadaku. Jika tidak percaya bisa tanyakan ke asisten Gery!"
jelas Leon.
Saat ini, Leon mengungkapkan perasaan kalau
sudah menyukai Khansa, "Tidak ada hal lain yang terjadi, itu semua tidak
seperti yang kau sangka."
"Ini ... apa kau sengaja membawa Susan
ke Villa Anggrek, hanya agar aky cemburu?" tanya penasaran Khansa.
"Aku sudah tahu kau selalu cemburu!
Aku hanya iseng ingin memancingnya keluar saja untuk kau akui," jawab
Leon.
"Hah! Cemburu! Mana ada!" jawab
Sarkas Khansa.
"Khansa!" panggil Leon.
"Aku tidak pernah menyukai Susan dan
tidak akan pernah menyukainya."
Leon pun mengikuti sikap Khansa yang tadi
sudah mencurahkan isi hatinya, "Aku menggodaimu dan sering iseng kepadamu
itu karena aku menyukaimu, ingin mendapatkan perhatian darimu."
"Kecuali soal ******, itu jangan kau
hitung. Itu bukanlah keisenganku," jelas Leon.
"Dan aku tidak pernah seperti ini
terhadap wanita. Hanya kepadamu saja, tidak ada wanita lain yang bisa membuatku
seperti ini, jelas Leon lagi.
Khansa menatap Leon dengan mata terbelalak,
perkataan pengakuan Leon seperti bulu yang sedang menggelitiki hatinya.
"Apa tadi ini, pria ini memahami
dengan apa yang baru saja dia katakan? tadi itu bukankah itu bisa di bilang
pernyataan cinta," pikir Khansa.
Penutup
Bab 71 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 71 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 71 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.