Bab 68 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 68
"Kemarilah!" tukas leon sembari
menggerakan satu jarinya memanggil Khansa.
Khansa hanya bisa mendengus marah,
"Arogan sekali pria ini," pikir Khansa.
Jika saja yang sedang Khansa pegang di
tangannya ini bukan sebuah Vas Kristal, maka tanpa pikir panjang khansa akan
melemparkannya kepada Leon.
"Sini! Ayo cepat" panggil Leon
lagi dengan nada tidak sabar.
Khansa pun berdiri menghampiri Leon,
"Ada apa Tuan Sebastian," jawab Khansa.
Enggan menjawab, Leon malah menarik lengan
Khansa dan membuat Khansa jatuh terduduk di pangkuannya. Leon memaksa Khansa
untuk duduk di atas paha Leon.
"Kau ... kau mau apa?"
"Lepas!" ujar Khansa sembari
berusaha beranjak bangun dari dekapan Leon.
Leon tahu Khansa sudah marah, namun Khansa
menyangkal, "Marah ya? Bukannya tadi kau bilang jika kau adalah pelayan
pribadiku, pelayan kecilku?"
"Jadi tidak salah kan, kalau
melayaniku!" jelas Leon.
"Pria ini ..." pikir Marah
Khansa.
Dia berkata jika dirinya adalah pelayan,
karena Leon tiba-tiba membawa wanita datang ke rumah mereka. Jadi dengan asal
tadi Khansa menjawab pertanyaan Susan, melihat ada wanita lain masuk ke kamar
tidur mereka, siapa pun pasti akan langsung meledak di tempat.
Binar mata khansa menatapi Leon, dengan
tegasnya, "Aku bilang kan aku pelayan, bukan bilang pelayan yang bisa
menemanimu bermain!" tukas Khansa sedikit bernada marah.
Leon menyeringai, "Maksudmu pelayan
yang menemani bermain itu ... pelayan yang memakai bando telinga kucing dan
memakai seragam diatas lutut dengan sepatu hak tinggi?" tanya Leon dengan
sedikit tertawa.
"Apakah pelayan yang itu?" tukas
Leon kembali menyeringai.
"Jika kau sudah berseragam seperti
yang kubilang tadi, apa itu artinya aku bisa bermain denganmu," goda Leon
kepada istrinya itu.
Entah sejak kapan, mengerjai dan meledek
istri kecilnya ini, menjadi hobi yang tidak bisa dia tinggalkan, hobi yang
membuat hatinya senang sampai berbunga-bunga.
Khansa berpikir ternyata suaminya ini
memang mesum, bisa-bisanya memikirkan pelayan dengan seragam seperti itu. Leon
memahami tatapan pandangan istrinya itu. Bagaimana pun juga, dia adalah pria
dewasa yang sudah cukup umur untuk bisa melakukan hal-hal yang terkait dengan
olahraga ranjang. Ingin menggodai istrinya lagi, Leon pun bekerja sama
bersandiwara dengan Khansa menjadi majikan dan pelayan.
Suasana jadi membaik, Leon dengan manja
memerintah Khansa membuka bungkusan permen dan menyuapi dirinya, “Hei pelayan,
buka ini, aku mau makan.”
Leon meberikan permen yang tadi mengenai
wajahnya karena lemparan Khansa.
"Hish ... apa kau ini seorang bayi?
Mengapa manja sekali,” gumam Khansa.
Khansa tidak berdaya menghadapi Leon dan
hanya bisa menurut, khansa membukakan permen itu lalu memasukannya ke dalam
mulut Leon.
"Nih makan!" ujar Khansa.
"Ini manis sekali,” gumam Leon dengan
mulut penuh permen.
"Maksud aku permennya lho," gumam
senang Leon lagi.
Leon pun mengunyah permen itu demgan
seringai jahil, lalu muncul sebuah ide lagi untuk mengerjai istri kecilnya itu.
"Hei! Pelayan!" panggil Leon.
"Ada apa lagi! Tuan Sebastian?"
Jawab ketus Khansa.
"Katakan tujuanmu menjadi pelayan
kecilku?" tanya Leon.
"Tujuan?" tanya Khansa.
"Ya Tujuan, jawab Leon.
"Tujuan apa?" tanya khansa dengan
sengit sekaligus bingung.
Jika bersedia menikahi Leon, jelas dia
memang memiliki tujuan sendiri, tapi menjadi pelayan pura-pura, jelas sekali
Khansa tidak memiliki tujuan itu.
Melihat istri kecilnya terlihat
kebingungan, maka dengan senang hati Leon menjelaskan maksud perkataannya,
"Sudah bukan rahasia lagi jika ada beberapa pelayan yang berniat naik ke
atas ranjang tuannya, apakah ini adalah tujuan utamamu?" tanya ledek Leon.
Khansa sangat malu dan tak menyangka Leon
semesum itu. Khansa segera memukul-mukul dada Leon, "Sekarang bisa
turunkan aku tidak!"
"Dasar mesum," tukas Khansa
seraya mencubit pinggang Kuatnya Leon.
Telinga Khansa menjadi memerah
mendengarnya, Khansa menjadi bertambah marah lagi, karena yang menarik dirinya
ke paha Leon tadi adalah Leon sendiri tapi malah mengatakan jika malah dia
berniat naik ke atas ranjangnya dalam arti tidur bersama dengannya.
Hari ini Leon sudah benar-benar menyulut
banyak sumbu peledak di hati Khansa, tinggal tunggu meledak bersamaannya saja.
Khansa mencoba meninju dada Leon, namun Leon malah menangkap tangan mungil
Khansa dan meletakannya sendiri di dadanya dengan senyuman bahagia senang.
Terdengar langkah hak sepatu tinggi
berdentum-dentum di koridor ruang tamu, mendengarnya Khansa langsung saja
mendorong dan berdiri melepaskan diri dari pangkuan Leon.
Susan dengan wajah sumringah menatap Leon
dengan penuh kasih sayang, dan juga merasa puas atas keindahan Villa Anggrek
ini, berangan -angan jika dirinya sudah resmi masuk kedalam villa Anggrek ini
maka akan ada beberapa perabot rumah tangga yang berencana dia akan ganti.
"Leon, Villa Anggrek ini sangat
indah," puji Susan.
"Akan sangat menyenangkan jika bisa
tinggal di sini selamanya" ujar Susan lagi.
Bertambah kesal mendengar nada suara lembut
susan memanggil suaminya itu dengan nada genit dan mesra, Khansa pun segera
pergi dari ruang tamu.
"Silahkam nikmati waktu kalian
berdua," gumam kesal Khansa dalam hati.
Melihat Khansa pergi, Leon pun ikut
berdiri, Leon kembali bersikap dingin dan meminta Susan tinggal untuk makan
malam.
"Makan malam telah siap, mari kita
makan!" ajak Leon tanpa memandang kepada Susan.
Di ruang makan, Leon dan Susan duduk
bersampingan di meja makan. Sementara itu, Khansa membantu Paman Indra dan
beberapa pelayan bersiap di dapur. Khansa akan membawakan makanan ke dalam
ruang makan. Ada sup asparagus, dan juga beberapa makanan ala eropa lainnya.
"Apakah ini semua makanannya?"
tanya Khansa.
"Iya Nyonya, jawab Paman Indra .
"Jika begitu aku akan membantu
membawanya, ujar Khansa seraya memgambil semangkul sup asparagus panas dari
atas meja dapur dan segera membawanya ke ruang makan.
Susan mencari alasan agar bisa menginap di
Vila Anggrek, "Leon aku teringat tentang Grand opening gudang makanan baru
perusahaan kita. Ada beberapa detail acara yang harus aku diskusikan dan butuh
persetujuanmu, ujar Susan.
"Jadi apakah tidak apa? Jika malam ini
aku Menginap di sini untuk berdiskusi?" tanya Susan.
Susan berpikir jika triknya nanti ini akan
berhasil, malam hari berdiskusi berdua di ruang kerja. Pria dan wanita,
bukankah itu akan lebih mudah memercikan percikan api asmara, hanya dengan satu
percikan saja maka gairah akan datang, dan itu akan menjadi momentum keemasan
bagi titik balik kehidupan Susan, lalu menjadi dua insan yang tidak dapat
dipisahkan.
Leon bukannya tidak tahu tujuan Susan.
Namun, tetap menyetujui permintaan Susan karena Leon juga memiliki tujuan
sendiri.
Leon memandang Susan, dan mengizinkan,
"baiklah malam ini, menginaplah di sini."
Saat ini terdengar suara sesuatu yang pecah
dari luar pintu ruang makan.
Penutup
Bab 68 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 68 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 68 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.