Bab 63 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 63
Hendra menatap ponselnya sekali lagi, dan
membaca dengan teliti hasil pemeriksaan dari rumah sakit yang tadi baru saja
Khansa kirimkan ke ponselnya
"Masih perawan," gumam Hendra
dengan sedikit limbung.
Raut wajah Hendra terlihat sangat sulit
percaya jika di dalam surat itu berisi tentang keterangan jika Khansa
benar-benar masih perawan, "Kau ... ini ... apakah ini ... hasil tes ini
adalah benar?" tanya Hendra dengan suara tercekat.
"Apa aku terlihat seperti orang yang
suka berbohong?" tanya sekaligus sindir Khansa.
"Tapi bagaimana mungkin, bukankah
waktu itu .." Hendra terdiam dan mencoba menyatukan semua ingatannya
kembali.
"Kau pikir aku gadis yang seperti apa?
Jangan samakan aku dengan Jihan!"
"Jelas aku dan Jihan berbeda sangat
jauh," tukas Khansa lag dengan marah.
"Tapi ini ... bukankah dulu kau pernah
bersama pria lain?" tanya Hendra lagi.
"Pria lain ...?" pikir Khansa.
Ingatan Khansa kembali ke beberapa tahun
yang lalu, ketika dia sedang mengobati seorang pria. Sedari masa ibunya hidup
Khansa sudah tertarik dengan pengobatan herbal dan medis. Jadi suka sekali
mencari-cari dedaunan obat. Waktu itu karena demam pria itu sangat tinggi
Khansa tidak berani meninggalkan pria itu sendiri khawatir jika pria itu
mengalami kejang-kejang hebat, dan juga karena melihat memar-memar biru di
tubuh pria itu.
"Jangan bohong kepadaku, aku
melihatnya dengan mata kepala sendiri," ujar Hendra seraya menapuk dagu
Khansa.
"Apa yang kau lihat?" tanya
Khansa tak kalah marahnya sambil menghepaskan tangan Hendra.
"Kau sudah tidur bersama pria lain
kan?" jawab Hendra masih dengan penuh keyakinan.
Karena dulu pernah melihat Khansa pernah
bermalam dengan seorang pria. Kemudian Hendra mulai memarahi Khansa.
"Apa masih mau sok jual mahal di depan
aku?" tanya sinis Hendra.
"Aku menyaksikanya sendiri kau
terlelap di sampingnya," jelas Hendra.
"Jaga lidahmu itu! Belum pernah ada
pria yang menyentuhku!" hardik marah Khansa.
"Aku Khansa Isvara tidak akan pernah
membuat hal yang bisa merendahkan diriku, dan membuat malu nama ibuku, tegas
Khansa kepada Hendra.
Melihat binar kemarahan di kedua mata
Khansa, hati Hendra pun merasa menciut dan baru berpikir jika mungkin saja
memang dia yang salah menafsirkan selama ini tentang kejadian itu.
Melihat wajah Hendra yang terdiam, yang
nampak sedang berpikir, membuat Khansa hanya merasa konyol sekali, suaminya
saja belum dia ijinkan untuk menyentuhnya jadi mana mungkin dia mengijinkan
pria asing untuk menyentuhnya.
"Sa!" Panggil Hendra dengan suara
merendah.
Khansa sangat marah lalu menampar Hendra,
"Apa Jihan yang mengatakan seperti itu kepadamu?"
"Mengapa kau ini bodoh sekali!"
hina Khansa kepada Hendra.
"Aku tidak akan merendahkan diriku,
seperti apa yang sudah Jihan berikan kepadamu," sindi Khansa kepada
Hendra.
Khansa menjelaskan dengan marah kalau saat
itu sedang menolong seorang pria, "Aku tidak mengenal pria itu, aku hanya
menolongnya saja waktu itu. Karena dia terlihat sedang sakit sangat
parah," jelas Khansa.
"Hanya menolongnya," gumam ulang
Hendra mencoba mencerna perkataan Khansa.
Seketika saja Hendra merasa semakin
menyesal karena hari itu kemarahannya telah membutakannya, yang telah
menganggap Khansa adalah wanita murahan tanpa bertanya lebih lanjut kepada
Khansa, tentang apa yang terjadi sebenarnya.
"Sa! Jangan seperti ini kepadaku, aku
mohon,"
"Lepaskan aku! Kau adalah pria yang
paling tidak berhak menyentuh aku, meski itu hanya sehelai rambutku saja,"
jelas Khansa dengan masih menatap marah kepada Hendra.
"Sa! Maafkan aku," pinta mohon
Hendra sekali lagi.
Merasa sudah tidak ingin ada yang
dibicarakan lagi maka Khansa pun ingin bergegas pergi. Namun, sebelumnya Khansa
memberikan sedikit peringatan kepada Hendra.
"Oh ya! Tuan Ugraha, aku harap kau
jangan pernah mendekati aku lagi, apa kau paham?" hardik marah Khansa.
Hendra berpikir memang Jihan yang
memberitahu tentang itu, namun Hendra mengeceknya sendiri dan malah melihat
pemandangan itu, khansa terlelap di sisi pria itu. Padahal khansa hanya merasa
mengantuk lelah karena harus terjaga hampir semalaman. Terlalu marah, Hendra
pergi tanpa bertanya kepada Khansa.
Khansa melihat Hendra hanya terdiam,
"Mengapa kau lebih mempercayai Jihan daripada aku?" ujar Khansa dengan
suara melemah.
"Sa! Maafkan aku," pinta Hendra.
"Sa! Ini masih belum terlambat, aku
bisa membatalkan pertunangan ini!" Jelas Hendra.
"Beri aku satu kesempatan ya Sa! Kita
mulai dari awal lagi" pinta dan bujuk Hendra.
Hendra mengaku salah dan ingin memulai
kembali bersama Khansa. Khansa tersenyum dingin dari balik cadarnya pada Hendra
lalu berpikir untuk meminta penjelasan kepada Hendra tentang kesaksian Hendra
waktu itu.
"Katakan kepada aku! Mengapa saat itu
kau menjebakku dengan mengatakan aku yang mendorong kakek?"
"Mengapa kau berbohong dan malah
mencelakaiku?" tanya serius Khansa.
Hendra menegang ketika Khansa melemparkan
pertanyaan itu kepadanya, merasa bingung harus bagaimana menjelaskannya.
"Itu... itu ... bukankah aku sudah meminta maaf, mengapa kau malah
mengungkit tentang ini?" jawab Hendra.
"Katakan saja dengan jelas kepadaku!
Mengapa kau melakukan itu, memberi
kesaksian palsu?" tanya tegas Khansa lagi.
Hendra mencari alasan agar tidak menjawab,
"Sa! Tidak usah mengingat masa lalu yang pahit ok! saat ini aku ingin
menjadi masa depanmu! Bisakah kita fokus hanya untuk hal ini, masa depan
kita," pinta Hendra dengan nada penuh harap.
"Masa depan katamu?" ujar Khansa
seraya menaikan satu alisnya.
Sungguh saat ini Khansa benar-benad ingin tertawa
sampai terbahak, merasa karena Hendra tidak memandanh dirinya yamg sudah
menikah ini, dan malah mengajaknya berselingkuh. Khansa benar-benar merasa lucu
karena melihat Hendra yang berpikir jika diri ini sama seperti Jihan.
"Tuan Muda Ugraha, dengarkan perkataan
aku ini dengan baik-baik! Kau telah menghancurkan masa depan kita, di saat kau
menjebak aku," hardik Khansa kepada Hendra.
"Dan aku sudah membuang kau dari dalam
hati aku, disaat aku membatalkan perjodohan kita," tukas Khansa lagi.
"Jadi Tuan Ugraha, dengan segala
hormat antara kau dan aku, sudah tidak terkait lagi satu sama lain, dan aku
tidak berminat untuk mengulang kembali," jawab tegas Khansa tanpa keraguan
sedikit pun.
"Apa kau paham?" Khansa
menegaskan perkataannya lagi.
"Sal Aku benar-benar menyesal,"
jelas Hendra mencoba meyakinkan Khansa agar mau mengulang kembali dengan
mencatat kisah yang baru bersamanya.
Saat ini, Hendra merasa sangat menyesal,
tapi Khansa malah terus menerus mengutarakan rasa kecewanya terhadap Hendra,
kemudian mendorong Hendra, "Apa kau tidak paham bahasaku! Aku tidak ingin
mengulang kisah kembali bersamamu.
"Jadi berhentilah berharap!"
tukas jelas Khansa.
"Di dalam hatiku! Kau sudah lama aku
injak mati." Khansa membalikkan badan pergi. “Sasa,” Hendra memanggil
Khansa dengan suara yang serak, “Apa sudah tidak ada kemungkinan lagi bagi
kita?”
Penutup
Bab 63 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 63 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 63 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.