Bab 6 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 6
Tepat pada saat ini,
Khansa membuka matanya. Pak Arman terkejut dia sudah bangun secepat ini.
"K-kau sudah
sadar?" ujar pak Arman terbata bingung.
Khansa menunjukkan senyum
murni dan nakal, dia mengatakan dirinya akan melewatkan pertunjukkan bagus jika
belum bangun. "Jika aku tidur, maka aku akan melewatkan kesenangan ini
bukan?"
Khansa mengayunkan
tangannya, Pak Arman menghirup aroma wangi dan kemudian lemas seketika. Tadi
sebelum Khansa memakan habis masakan sarang walet ibu tirinya itu, Khansa sudah
lebih dulu menelan TCM Corydalis Relaxe, ini adalah obat penghilang nyeri.
Pernah memiliki pengalaman buruk ketika kecil, maka kali ini Khansa sudah
bersiap diri.
Khansa memutuskan meminum
obat terlebih dahulu, untuk berjaga-jaga jika ada yang membiusnya seperti dulu
lagi ketika di masa kecilnya dia. Mengetahui jika obat bius terutama jenis
perangsang ketika diminun berbarengan dengan obat-obatan lain maka itu akan
membuat obat perangsang itu tidak bekerja dengan efektif.
Karena itulah Khansa
masih dalam keadaan terjaga, idealnya setelah meminum obat jika ingin meminum
sejenis obat lain maka harus ada jeda waktu tiga jam, agar obat dapat bekerja
secara efektif. Pak Arman sudah melemas, Khansa segera saja mengikat tangan dan
kaki Pak Arman.
Pak Arman mengira gadis
cantik ini ingin bermain spesial dengannya, mencoba gaya nakal yang eksotis.
Khansa menyuruh Pak Arman melihat barang yang ada di tangannya sendiri, dua
buah tulang besar telah ada di genggamannya.
"Ini indah
bukan!?" tukas Khansa menyeringai sedikit meledek dengan sedikit memainkan
tulangtulang yang sedang di pegang itu.
"Masih ingatkan di
teras belakang rumah ini ada apa? Hewan peliharaan kami," imbuh Khansa.
"Mereka itu
sangat-sangat menyukai tulang lho," celoteh jahil Khansa dengan nada
mengintimidasi. kedua mata Pak Arman terbelalak ketakutan ketika menyadari,
Khansa menggunakan dua buah tulang besar untuk menarik perhatian dua ekor
anjing serigala yang dipelihara keluarga Isvara di halaman untuk menggigit Pak
Arman.
Pak Arman segera saja
berusaha melepaskan ikatan yang sengaja tidak diikat kencang oleh Khansa.
Sementara, Khansa
memperhatikan dengan senyum kecutnya. Pak Arman pun kabur tergesa-gesa sambil
memakai pakaiannya, serta mengatakan akan cari perhitungan dengan Maharani.
Sungguh hari ini Pak Arman benar-benar telah merasa dipermainkan dan
dipermalukan oleh Keluarga Isvara.
Khansa turun dari lantai
atas tanpa berpura-pura lugu lagi, dia beradu mulut dengan Maharani.
Khansa sengaja
berpura-pura pingsan tadi untuk melihat apa yang ingin dilakukan Maharani,
rencana jahat apa yang akan dibuatnya itu.
"Jangan biarkan dia
pergi! Ikat dan bawa kembali ke kamar!" Maharani memanggil pengawal untuk
mengikat Khansa ke atas ranjang untuk meminta maaf pada Pak Arman, sementara
dia akan mencoba mengejar Pak Arman dan meminta maaf.
Beberapa orang pengawal
melangkah maju, Khansa sudah siap untuk melawan. Tiba-tiba Leon muncul dan
langsung saja menumbangkan para pengawal keluarga Isvara hanya dengan beberapa
tendangan dan pukulan. Bagi Leon ini seperti sedang menepuk nyamuk saja.
Khansa terkejut dengan
kedatangan suaminya itu, "Ini bukannya dia bilang akan menjemput di malam
hari?"
Leon meyeringai seraya
bersedakap," sepertinya aku hampir-hampir saja melewatkan sebuah
pertunjukkan bagus!"
Maharani memandangi Leon
lalu teringat dengan perkataan Jihan padanya tadi, dia menanyakan pada Khansa
apakah Leon adalah sugar babynya.
"Apakah pria ini
simpananmu!?" hardik dan tanya Maharani.
Leon mengerutkan
keningnya dan melihat ke arah Khansa. Dengan tatapan acuh tak acuh Khansa
menaikan bahunya seraya mengatakan jika dia tidak pwrnah mengatakan apapun
tentang istilah sugar baby itu.
Ketika beberapa pengawal
keluarga Isvara ingin maju lagi, Leon memberikan tatapan provokasinya, itu
adalah tatapan membunuh ciri khas Leon. Tatapan Leon ini pun membuat para
pengawal keluarga Isvara menjadi lari terbirit-birit, kemudian Leon begegas
membawa Khansa pergi dari sana.
Sebelum pergi, Khansa
berkata dengan nada pelan namun mengintimidasi sekaligus meledek saat melewati
Maharani. “Lain kali jangan hanya main trik kotor, kutunggu lho ya, tapi jangan
buat hal konyol seperti ini lagi, Ibu tiriku tersayang!” ujar Khansa dengan
nada memprovokasi.
Leon melihat keberanian
Khansa dan memuji dalam hati. "Istriku ini boleh juga."
Kontan saja perkataan
Khansa menyulut kemarahan di hati Maharani. "Lihat saja! Tunggu bagaimana
aku membereskanmu nanti," ancam Maharani seraya membanting vas bunga
kristal yang ada didekatnya itu.
Di dalam mobil, Leon
bertanya pada Khansa apa yang akan dia lakukan jika dirinya tidak datang.
Khansa mengatakan dia
sudah siap melawan, dia bisa mengatasi orang-orang itu.
"Hah! Hanya melawan
segerombolan cacing kremi apa susahnya, beri saja obat cacing, maka mereka akan
lumpuh dan mati semua," jawab sarkas Khansa sambil tertawa meledek.
Leon, "…"
Leon teringat akan
informasi tentang diri Khansa, dia dibesarkan di desa dan hidup susah. Leon
berkata: “Anak gadis tak baik bertengkar, itu urusan laki-laki, lain kali jika
ada hal seperti ini maka hindari saja.”
Khansa berkata, “Aku
hanya tak suka bergantung pada orang, tapi Tuan Leon, terima kasih banyak untuk
yang tadi ya.”
Leon mengernyitkan
keningnya saat melihat tatapan tulus Khansa, “Cuma gini aja?”
Khansa tercengang, “Lalu
mau bagaimana?” tanya polos Khansa.
Tatapan Leon berpindah
dari mata Khansa yang indah ke bibir merahnya yang ada di balik cadar,
“Kamu benaran tak ngerti
cara wanita berterima kasih pada pria?“
"Apa?" tanya
polos Khansa lagi.
"Haiish," ujar
Leon meledek Khansa.
Leon merasa istrinya ini
benaran polos, sampai-sampai tidak paham apa maunya. Sedikit masam namun terasa
manis di hati. Itu artinya dirinya adalah pria pertamanya dan hanya
satu-satunya.
Tiba-tiba saja Leon
seperti baru saja mendapatkan gunung emas dan seketika merasa jika kekayaannya
baru saja bertambah berlipat-lipat dari sebelumnya.
Leon menghela nafas
panjang dan mencoba menjelaskan lagi dengan sedikit menggodai Khansa.
"Itu lho hal yang
sering dilakukan seoasang kekasih," cetus Leon memberi sedikit petunjuk
kepada istrinya itu.
"Jika bicara itu
yang jelas!" sahut Khansa.
"Ini adalah sesuatu
yang hanya bisa di praktekan, akan sulit jika aku mengajarkannya dengan
katakata," terang Leon dengan sedikit tertawa.
"Mengapa jadi begitu
sulit, bukankah kau ini pintar. Di usia belasan tahun sudah pandai berbisnis,
lalu mengapa hanya menerangkan hal kecil kau pun menjadi bingung," pungkas
Khansa sedikit bersungut.
"Ayo! Cepat
bilang," ujar Khansa lagi dengan nada tidak sabaran.
"Lain waktu aku akan
mengajari caranya Ok!" tutur Leon seraya tetap melajukan mobil mewahnya
itu dengan santai.
"Apa
maksudnya?" tanya penasaran Khansa lagi.
Leon, "…"
Hati Leon semakin
menggemas. Namun, tetap berusaha tenang dan tetap terus melajukan mobil
mewahnya itu di jalan raya.
"Eheem …" Leon
pun menoleh kepada Khansa.
"Apa
maksudnya?" tanya Khansa lagi.
Penutup Bab 6 Novel Romantis Pengantin
Pengganti
Bab 6 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 6 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.