Bab 57 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 57
"Wanita mana?" tanya bingung Leon
sambil mengernyitkan alisnya.
"Katakan sekali lagi! Wanita mana yang
kau maksud?"
"Tentu saja wanita simpananmu!"
jawab Khansa sambil memasukan salep dan menutup keras-keras kotak obat yang ada
di tangannya itu.
"Mengapa jadi tidak mau mengaku?"
ujar Khansa dengan nada dingin menyindir.
Khansa menyeringai dingin dan jujur
mengatakan kalau mengira wanita yang mengangkat telepon Leon itu adalah
simpanan Leon.
"Wanita apa katamu, wanita simpanan
aku?" tukas Leon lagi.
"Iya! Wanita yang mengatakan bahwa kau
sedang mandi," jawab dingin Khansa.
"Mengapa Tuan Muda Sebastian cepat
sekali menjadi lupa?" sindir Khansa.
"Apa karena sudah terbiasa?"
Sindir Khansa lagi.
"Perjalanan kemarin memang benarbenar
perjalanan bisnis aku," jawab tegas Leon.
"Tidak ada kencan dengan wanita!"
ujar Leon menegaskan perkatannya lagi.
"Hmm ... perjalanan bisnis ya?"
Khansa mengulangi perkataan Leon dengan nada tidak percaya.
"Ah ya, mana ada sih pencuri mengaku.
Jika iya ada! Maka penjara akan penuh, bukan," jawab sindir Khansa sambil
meletakan kotak obat di atas meja dengan sedikit kasar.
Khansa memasang wajah cemberut, Leon masih
bingung dengan maksud Khansa dan mereka berdua malah jadi bertengkar, karena
Leon merasa memang tidak tahu jika Khansa menghubunginya. Dan sebaliknya,
Khansa merasa jika Leon benaran berkencan dengan wanita lain dibelakangnya.
"Apa sih maksudmu ini," ujar Leon
seraya bangkit dari duduknya yang semakin tidak paham.
Melihat Leon tidak mau mengaku, padahal
Khansa sudah terang-terangan mengatakan bahwa benar ada wanita yang menguasai
ponselnya di waktu itu, malah semakin membuat Khansa kesal.
"Watak pria hampir semua begitu, jika
tertangkap basah, maka mereka akan berpura-pura bodoh dan terus saja
menyangkalnya," gumam Khansa.
Leon pun pergi masuk ke kamarnya, Leon
segera mengeluarkan ponsel dan memeriksa riwayat panggilan, Khansa sungguh
menelepon Leon beberpa kali saat itu. Leon teringat kalau hari itu ada Chief
Susan dan Gery di kamarnya, lalu berpikir pastilah Chief Susan yang menerima
telepon dari Khansa tanpa seijinnya.
"Ah ya! Pasti waktu itu dan pasti
karena itu makanya dia menjadi marah," pikir Leon.
Leon berjalan keluar teras lagi,
membayangkan nampaknya wajah istrinya itu pasti saat ini sedang cemberut dengan
mengembungak kedua pipinya.
Leon menyandarkan tubunya di pagar balkon
teras kamar presiden suite mereka. Pandangan Leon dipenuhi aura dingin yang
menusuk, “Jujurlah padaku! Nyonya Sebastian, kamu cemburu?”
Khansa segera menyangkal, "Hah!
Cemburu katamu!" ujar penyangkalan Khansa.
"Jika tidak cemburu, lalu mengapa
marah?" tanya Leon.
"Bukan apa-apa!" jawab ketus
Khansa.
"Jika tidak cemburu maka berani tidak
katakan di depan wajah aku!" pinta Leon.
"Aku tidak cemburu!" ujar Khansa
seraya berdiri dari kursinya tanpa memandang Leon dan ingin segera masuk
kembali ke dalam kamar mereka.
Leon menarik tangan Khansa lalu memaksa
Khansa bertatapan dengannya, "Coba! Katakan sekali lagi, jika kau tidak
cemburu,"
"Tuan Sebastian, mengapa jadi pemaksa
seperti ini. Apa kau ingin menindas istri sendiri?" ujar Khansa seraya
mencoba melepaskan genggaman tangan Leon dari tangannya.
Leon menatapi istri kecilnya ini lagi,
kupu-kupu imut tadi sekarang telah berubah menjadi landak yang tengah
mengeluarkan duri-durinya untuk melindungi diri.
Leon merasa Khansa sangat keras kepala jika
soal berdebat. Sementara, Khansa juga tidak menyangka Leon akan se arogan ini.
"Menindas katamu!" Jawab Leon
dengan suara baritonnya itu.
Leon menarik Khansa untuk masuk ke dalam
pelukannya, "Nyonya Sebastian, apakah sesulit itu untuk mengaku
cemburu?" tanya Leon dengan berbisik di telinga Khansa.
Leon menatapi kedua mata indah istrinya
itu, mencari jejak-jejak cemburu di antara kedua matanya. Khansa mencoba
mengalihkan perhatian Leon, khansa mencubit Lengan Leon yang tidak sekeras
punggung kuat Leon.
"Jangan besar rasa," tukas
Khansa.
Memikirkan tentang kontrak pernikahan
mereka, Khansa benar-benar menguatkan hati untuk tidak jatuh cinta dengan Leon.
Khawatir akan ada luka yang baru, Khansa benar-benar ingin melindungi hatinya.
Terlalu banyak pedih yang sudah di rasakannya karena kehilangan.
Khansa menganggap dalam setiap percintaan
tak selalu manis terasa, meski begitu Khansa tetap tak mau merasakan sakit hati
karena cinta. Jadi pilihan untuk membatasi hati, bagi Khansa sudah pilihan yang
paling tepat.
"Tuan Sebastian apa kau lupa status
pernikahan kita yang sebenarnya, pernikahan yang saling menguntungkan,"
jelas Khansa.
"Jadi bukankah menurutmu sebaiknya
kita tidak main hati," Jelas Khansa lagi.
"Tidak main hati katamu," ujar
Leon seraya menaikan satu alisnya.
"Begitu ya?"
"Lalu kau anggap aku ini apa!"
tanya serius Leon.
"Emm ... pria tampan," jawab
polos Khansa.
Leon menyipitkan mata dan memandang Khansa
yang ada di pelukannya ini, Khansa selalu membuat hati Leon penasaran. Istrinya
ini memang selalu saja pandai dalam memberikan kejutan. Setelah tadi dipuji
pintar dan sekarang dipuji tampan. Tapi masih belum mau mengaku jika cemburu,
dan masih saja menyangkal rasa di hati.
Selain pandai memberikan kejutan. Namun,
juga sangat pandai memancing kesal dihati Leon.
Leon terus saja menggodai Khansa untuk
tidur di kamar itu, "Pria tampan yang kau suka kan?"
"Hissh ... mana ada," jawab
Khansa Malu-malu.
Khansa malu dan memarahi Leon, "Kau
ini besar kepala sekali,"
"Jika begitu kita harus saling latihan
sepertinya," usul Leon.
"Latihan apa?" tanya Khansa.
"Latihan untuk bisa tidak main
hati," jawab Leon.
"Caranya?" tanya Khansa.
"Hmm ... malam ini kita tidur bersama
di sini," jawab Leon.
"Bagaimana?" tanya Leon sedikit
menggodai Khansa lagi.
"Eh! Latihan macam apa itu, Hah! kau
ini sungguh mengada-ada," jawab Khansa sambil sedikit tertawa meledek.
Khansa menginjak kaki Leon yang hanya
memakai sandal kamar itu, "Kali ini aku yang bilang 'tinggi sekali percaya
dirimu itu' Tuan Muda Sebastian," gumam Khansa.
"Aw ... hish," gerutu Leon sambil
memegangi tapak kaki yang baru saja Khansa injak.
"Gadis ini benar-benar deh, bar bar
tapi manis," pikir Leon dengan sedikit menyeringai tertawa.
Melihat tembok pertahanan Khansa masih
belum runtuh, Leon merasa cinta di antara mereka masih belum bisa untuk tumbuh
dengan pesat, usia Khansa masih sangat belia, merasa waktunya Khansa memang
belum tepat untuk merasakan semua hubungan dalam bentuk pasangan dewasa pada
umumnya, istrinya ini masih terlalu lugu untuk soal yang itu.
Leon pun tak ingin menggodainya lagi,
memahami jika hubungan ini akan memakan waktu jika ingin menjadikannya
berhasil.
Tiba-tiba saja hati Leon, terasa manis
karena dirinya adalah dan hanya akan menjadi satu-satunya pria untuk Khansa.
Leon berpikir nanti akan menggunakan cara lain untuk mengetes hati Khansa dan
membuat Khansa sadar akan perasaannya.
Leon tidak ingin memperpanjang perdebatan
dengan istrinya itu, Leon tidak menghibur Khansa dan sungguh pergi dari sana.
Penutup
Bab 57 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 57 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 57 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.