Bab 54 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 54
"K-kau mau apa?
Jangan! Tidak mau," teriak Khansa ketakutan.
"Jangan
mendekat!" pekiknya lagi.
"Berhenti!"
Khansa menarik selimut di
ranjang besar itu lalu membalut semua tubuhnya dengan selimut itu,
membungkusnya rapat-rapat.
"Jangan
mendekat!" Khansa mengulangi perintahnya lagi dengan nada keras.
"Hish ... kau ini
mengapa mudah GR sekali," ujar Leon.
"Tinggi sekali
percaya dirimu itu," gumam Leon lagi.
Saat ini Leon baru
menjelaskan kalau Khansa sudah mengotori celananya, "Ini tadi kau
meninggalkan noda di celana aku, waktu kau duduk di pangkuanku,"
Leon menjelaskan seraya
memperlihatkan warna merah yang menodai celana panjangnya itu, "Lihat saja
sendiri."
Khansa memincingkan
matanya untuk melihat lebih jelas, Khansa mengernyitkan alisnya,
"Astaga!" pekiknya.
"Sudah lihat
kan!?" ujar Leon.
"Jadi aku harus
mengganti celana ini bukan?"
"Ah ya Tuhan!"
gumam Khansa yang tiba-tiba saja ingin membenamkan diri ke dalam lubang karena
merasa malu.
Khansa baru sadar kalau
sedang haid. Ini terlalu canggung. Leon mengganti celana di hadapan Khansa, dan
masa periode Khansa datang, dan malah Leon yang lebih dulu yang menyadarinya,
benar-benar keadaan momen yang membuat jadi tidak nyaman bagi seorang gadis.
Khansa memperhatikan
gerakan Leon yang tanpa canggung berganti pakaian di depannya itu, Khansa
kembali memperhatikan pinggang kuat Leon yang tadi dia cubiti itu. Dalam hati
Khansa sebenarnya mengakui jika suaminya ini memang sangat tampan. Bukan hanya tampan
dalam standar biasa. Tapi, memang sangat-sangat tampan. Lalu Khansa teringat
dengan tamu-tamu wanita tadi.
Hati Khansa seperti
sedang dikerumuni oleh semut ketika memikirkan wanita-wanita yang ada di ruang
VVIP Bar 1949 ini. Mengingat Para wanita yang sedang mendambakan suaminya itu,
membuat hati Khansa sedikit terasa seperti sedang di cubit-cubit oleh keremunun
semut.
Khansa melirik ke
pinggang kuat Leon yang terlihat, karena Leon sedang mengganti baju di depanya
itu. Khansa menutup matanya dengan kedua tangannya. Namun membuka sela-sela
jarinya untuk mengintip tubuh Leon.
"Astaga," gumam
pelan Khansa.
"Ya Tuhan!"
Gumam pelannya lagi.
Kansa menutup kedua
matanya lagi.
Namun merenggangkan
jari-jarinya lagi dan mengintip lagi.
"Pinggangnya benar-benar
kuat sih," pikir Khansa yang tadi sedikit merasa kesulitan ketika
jari-jari lentiknya mencoba mencubit pinggang Leon itu. Tak ingin terbuai
dengan tubuh indah Leon yang menantang, Khansa mencoba mengalihkan perhatiannya
pada hal lain.
Khansa memperhatikan
sekeliling kamar presiden suite ini. Kamar yang sangat bersih dengan lampu
kristal indah menggantung dan pencahayaan yang bagus, terdapat juga beberapa
dekorasi vas bunga mawar yang dirangkai dengan indah. Khansa mmeperhatikan
tidak ada jejak wanita di sini. Hati Khansa tiba-tiba saja merasa lega.
"Baguslah,"
gumamnya sambil tersenyum samar.
Khansa juga melihat ada
pakaian Leon yang tergantung di dalam lemari, "sepertinya Leon tinggal di
sini selama dua hari ini," pikir Khansa.
"Tidak tidur di rumah,
apa kau tinggal di sini?" tanya Khansa kepada Leon dengan sedikit nada
menyelidik.
Leon memberitahu Khansa
Bar 1949 ini adalah bisnis milik keluarga Simon, "Ya, Simon yang
mengaturnya, kelak ini akan menjadi bisnis milik Simon."
"Ah begitu,"
gumam Khansa yang berpikir pantas saja tadi Simon berani mengusir semua
tamu-tamu sosialita kaya tersebut dengan begitu mudahnya, ketika dia mau
membuka cadar yang di pakai untuk Leon.
Leon telah berganti
pakaian, Leon menoleh kepada Khansa, lalu melangkah perlahan menuju ke ranjang.
Lalu duduk di sisi ranjang mereka.
"Mau sampai kapan
membungkus dirimu seperti itu?" tanya Leon.
"Ah ... ini ... aku
..." ujar gugup Khansa seraya menatapi selimut yang sedang menggulung
tubuhnya itu.
"Apa kau ini sedang
bermain Cosplay menjadi lontong?" tanya Leon meledek.
"Hish! Sembarang
sebut saja kau ini, mana ada cosplay, kostum lontong," ujar Khansa
bersungut.
"Lagipula jika ada
siapa juga yang mau memakai kostum model lontong," cibir Khansa semakin
bersungut.
"Ada, jawab Leon
sedikit menyeringai.
"Ada? Siapa?"
tanya Khansa penasaran.
"Pocong!" jawab
sembarang Leon.
"Astaga ... mengapa
kau sebut-sebut nama itu!" hardik Khansa.
"Kenapa? Memang
benar kan, lihat saja bentuknya jika sudah diikat-ikat. Bukankah itu hampir sama
dengan pocong," jawab ringan Leon lagi sembari tertawa.
Khansa melepaskan selimut
berwarna putih yang menggulung di tubuhnya itu, lalu segera ke arah Leon dan
menutup mulut Leon dengan kedua tangannya.
"Sudah! Jangan sebut
mahluk itu lagi!" tukas Khansa.
Leon memandangi Khansa,
saat ini yang terasa dari keduanya hanyalah hela napas yang berbau cinta yang
akan bersemi.
Beberapa saat terdiam,
tiba-tiba Leon menjulurkan tangan ingin melepaskan cadar milik Khansa lagi,
Leon merasa masih belum puas karena tadi hanya melihat wajah cantik Khansa
sebentar saja. Padahal baru sebentar melihat, tapi langsung membuat Leon, sudah
benar-benar terbius, dan seketika saja mencandu ingin melihat wajah Khansa lagi
dan lagi.
Khansa menolak,
"Tuan Leon! Kesepakatanya sudah berakhir, dan aku sudah memenuhi
kesepakatannya,"
"Aku tadi sudah
membuka cadar aku di depanmu! Jadi mengapa kau terlihat ingin meminta
lagi."
Leon menatapi mata indah
Khansa, Leon tidak memaksa Khansa, jika memang Khansa tidak menginginkannya.
Namun, Leon malah membaringkan Khansa di atas ranjang. Merasa gemas, Leon mulai
menggelitiki Khansa sebagai hukuman untuk Khansa karena sudah bersikap nakal
malam ini, berani menggodai dirinya sampai seperti ini, membuat dirinya seperti
hilang akal dan hilang akan kepengendalian diri.
Khansa dan Leon bercanda
ria di atas ranjang, mereka tertawa senang, "Aw ... aw ... Tuan Muda
sebastian! Ampun, aku minta ampun, teriak khansa.
"Mengaku salah
tidak!?" tanya Leon.
"Salah! Memangnya
aku melakukan apa?" jawab Khansa.
"Astaga ... gadis
ini, sudah sebegitu keras menggodai aku, lalu pergi meninggalkan aku begitu
saja. Namun masih menganggap dirinya tidak bersalah," pikir Leon.
"Karena Nyonya
Sebastian nampaknya lupa akan kesalahannya, maka suami akan terus
menggelitiki,” gumam gemas Leon.
"Oh ya Tuhan! Ampun
Tuan sebastian. Hentikan! Iya! Iya aku mengaku salah," ujar Khansa
sembarang agar Leon mau menghentikan hukumannya.
"Jika lain kali
nakal lagi, maka aku akan menggelitikimu dengan lebih keras lagi, ujar Leon
sambil tertawa senang.
"Paham tidak?"
ujar Leon menegaskan.
"Tidak janji!"
balas Khansa sedikit menggodai Leon lagi.
"Hiiish ... kau ini
betul-betul ya! Minta dihukum lagi," ujar Leon sembari mulai menggelitiki
Khansa lagi.
"Aaah ... Tuan Leon,
hentikan! Hentikan!
Ampun," gumam riang
Khansa.
Aura dalam kamar presiden
suite itu tercium manis, tercium aroma napas penuh cinta.
Mereka berdua saling
melempar tawa, tubuh mereka terasa rileks ketika berbaring dan berbagi ranjang
seperti ini. Tidak lama kemudian, Leon kembali serius, Khansa juga berhenti
tertawa, ada binar gairah yang terpendam di dalam pandangan Leon, Leon ingin
membuka pakaian Khansa.
Penutup
Bab 54 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 54 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 54 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.