Bab 52 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 52
Dengan perlahan Khansa
menggerakan jari-jari lentik putihnya, dan mulai membuka cadarnya di depan
Leon. Melihat cadar itu terlepas dengan perlahan dari wajah Khansa.
Waktu seakan terhenti
membeku, Hati Leon semakin berdentam-dentum tak karuan, karena akan melihat
wajah yang dia idam-idamkan untuk dilihat selama ini. Leon sudah menunggu datangnya
hari ini, hari dimana Khansa rela menyibak cadar yang dia pakai.
Leon, "..."
Ketika melihat wajah
Khansa, itu terasa seperti kedua bola mata Leon akan lepas dari tempatnya,
melihat wajah dengan kulit putih mulus, hidung kecil yang mancung, wajah kecil
yang sangat pas simeteris dengan ukuran mata khansa juga pas dengan alis Khansa
yang terlihat seperti pohon willow.
Rona merah di pipi khansa
yang terjejak karena saat ini khansa sendang merasa malu-malu juga semakin
membuat Khansa terlihat menggemaskan sampai Leon merasa ingin segera bisa
"mengunyah-ngunyah' istri kecilnya ini yang terlihat sangat menggoda.
Tak hanya itu, dagu
Khansa yang sempit dan melebar di bagian atas sehingga berbentuk V juga membuat
penampilan Khansa semakin indah dan sedap di pandang oleh kedua mata Leon.
Leon tidak pernah bertemu
wanita secantik Khansa sebelumnya, "Ini terlihat seperti gadis yang baru
saja keluar dari dalam lukisan yang indah?" pikir Leon.
"Ini benar-benar
istri aku kan?" pikir Leon dengan tidak percaya.
"Dewi
kayangan," pujinya lagi.
Leon juga tidak menyangka
Khansa akan secantik ini, "Semua terlihat sempurna," puji Leon.
"Kau begitu
sempurna," puji Leon lagi.
Bagi Leon, Khansa adalah
gadis yang sempurna rupanya. Leon benar-benar terbius oleh kecantikan Khansa,
sehingga sempat lupa berkedip dan juga lupa bernapas untuk beberapa saat ketika
memandang wajah istrinya itu.
Saat Leon ingin menyentuh
wajah Khansa, Khansa sudah kembali
memakai cadar itu dengan cepat, “Tuan Leon, kamu sudah lihat wajahku, jadi aku
pergi dulu."
Khansa mendorong Leon
dengan kuat dan berlari keluar seraya berteriak, "Aku sudah memenuhi
kesepakatan!"
Leon terpaku beberapa
saat, setelah melihat punggung Khansa menghilang dibalik pintu ruangan VVIP
itu, Leon pun mengembalikan kesadarannya.
Khansa masuk ke toilet
untuk menenangkan perasaannya, Khansa tidak pernah melepaskan cadar sejak
datang dari desa, "Itu ... tadi aku benar-benar melepas cadar ini di depan
dia," Khansa menepuk-nepuk wajahnya, lalu menepuk-nepuk dadanya, karena masih
saja berdegup kencang, karena mengingat jika tadi dia baru saja membuka
cadarnya di depan orang lain.
"Tenanglah hatiku!
Tenanglah hatiku," gumam Khansa menghibur dirinya sendiri.
"Ah ... sudahlah,
dia adalah suami aku, jadi ini terhitung tidak masalah bukan?" pikir
Khansa meyakinkan dirinya, jika tadi bukanlah suatu hal yang besar.
Tidak ada yang pernah
melihat wajahnya dan Leon orang pertama yang melihatnya. Hati Leon masih berbunga-bunga,
tiba-tiba saja kekayaan dan kekuasaan yang dia miliki tidak ada apa-apanya,
dibanding dengan rasa manis yang sedang menjalari hatinya di saat ini.
Merasa masih ingin
melihat istri kecilnya itu, maka Leon memutuskan mengejar Khansa sampai ke toilet.
Mendengar ada yang menerabas masuk, maka Khansa segera saja memakai cadarnya
lagi yang tadi dia lepaskan karena ingin mencuci mukanya.
"Dia lagi,"
pikir Khansa.
Leon berdiri di belakang
Khansa, menatapinya dari pantulan kaca yang ada di toilet. Bulu mata Khansa
terlihat naik turun, karena merasa gugup, khansa pun jadi banyak berkedip. Saat
ini Khansa tengah menatapi wajah Leon dari pantulan cermin, Leon memiliki
kontur wajah yang sempurna, Leon memiliki bentuk wajah oval yang sempurna.
Leon tampil simple dengan
kemeja biru navy lengan pendek, tapi wajahnya jelas tidak biasa. Leon berdiri
dalam posisi miring sambil mendongakkan wajahnya sedikit. Leon hanya tersenyum
tipis, tapi tatapan matanya, sungguh meresahkan.
Sudut bibir Leon
terangkat dan itu malah menciptakan tampilan yang sangat menggoda. Itu seperti
membuat bibir atas Leon terlihat seperti hati atau busur cupid.
Melihat ketampanan Leon,
hampir saja membuat hati Khansa terlepas dari tempatnya. Khansa mengembalikan
kesadarannya, lalu Khansa berbalik badan dan maju ke depan, lalu ingin pergi.
Leon menghadang jalan
Khansa, "Mau kemana?"
"Pulang!" jawab
Khansa.
Hati Leon mengesal
dibuatnya, ketika mendengar jawaban acuh tak acuh Khansa, suami ada di depan
mata. Namun, yang ada dipikirannya malah pulang.
"Apa-apaan gadis
kecil ini! Apakah aku ini adalah manusia super yang tak terlihat di
pandangannya," pikir Leon.
"Apakah aku ini
seperti udara, yang tak terlihat," pikir kesal Leon lagi.
"Pulang! Enak saja
bilang mau pulang!" pikir Leon lagi dengan tidak rela.
Leon malah semakin
menghalangi Khansa yang terlihat sudah tidak sabar untuk lari jauh-jauh dari
Leon.
"Hish Tuan Muda
Sebastian!" hardik protes Khansa.
Leon, "..."
"Tuan Leon! Bisa
tidak jangan menghalangi jalan aku!" pinta Khansa dengan suara lembutnya
dan tatapan imutnya.
"Istri kecilku ini
benaran bodoh atau polos sih?" pikir Leon.
"Mengapa ada pria
setampanku di depanya. Tapi dia malah memilih pulang," pikir kesal Leon.
Soal melarikan diri,
Khansa paling jagonya. Berbekal pengalaman pernah berlari menyelamatkan diri
dari induk harimau yang salah paham kepadanya lalu mengejarnya, maka Khansa
menganggap Leon adalah induk harimau, jadi harus memainkan trik untuk bisa
melarikan diri dari cengkramannya.
Khansa melihat ke arah
kaki Leon, Lalu Khansa mulai menghitung dalam hati, dan ketika dalam hitungan
ketiga, Khansa langsung saja menendang tulang kering kaki Leon.
"Aaw .." teriak
Leon sambil mendesis karena menahan sakit.
Leon pun
terpincang-pincang memegangi tulang kering yang baru saja Khansa tendang, dan
itu dengan sukses akhirnya membuka jalan untuk melarikan diri bagi Khansa.
Akhirnya Khansa berhasil
pergi dari Leon. Khansa segera saja berlari keluar dari Bar 1949 tersebut.
Khansa berlari di sepanjang koridor, sedikit menoleh kebelakang, memastikan
jika Leon tidak mengejarnya.
Khansa berhasil keluar
dari bar 1949, melihat jika Leon tidak mengejar, Khansa pun bisa bernapas lega.
Kaki Khansa berhenti di salah satu tempat pemberhentia bus, Khansa memilih
pulang ke Vila Anggrek dengan naik bus.
"Hosh ... hosh ...
hosh ... syukurlah dia tidak mengejar aku," ujar Khansa melega.
"Benarbenar pria
berbahaya," guman Khansa sambil mengusap-usap tengkuk belakangnya, karena
masih merasa sekujur tubuhnya merinding ketika mengingat tadi duduk di pangkuan
Leon.
Khansa menunggu bis nya
dengan harap-harap cemas, khawatir jika saja tiba-tiba Leon datang dan
menangkapnya balik.
"Oh ayolah! Mengapa
jadi lama sekali," gumam Khansa dengan nada tidak sabar. Saat ini Simon
menghampiri Leon dan mau bergosip, Leon tidak memberitahu wajah Khansa yang
sebenarnya, tapi Simon malah bertanya, "Kak Leon, itu celanamu kenapa? Sepertinya
ada noda merah.”
Hanya Khansa yang barusan
duduk di paha Leon, Leon menelepon Khansa, tapi tidak dijawab, Leon segera
mengejar Khansa.
Penutup
Bab 52 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 52 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 52 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.