Bab 51 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 51
"Sini!"
perintah Leon sembari menepuk-nepuk pahanya, meberi tanda kepada Khansa agar
duduk dipangkuannya.
Khansa menatapi Leon
sambil mengernyitkan alisnya, "Apa yang mau dia lakukan? Apakah otaknya
baru saja tersepak keledai,"
"Ayo, sini! Apa
masih tak mengerti juga," ujar Leon seraya menggigit bibir bawahnya
sendiri karena terlalu gemas kepada Khansa.
"Hisiih,"
gerutu Khansa.
Dengan mata yang
memicing, Khansa pun bangkit berdiri, lalu Khansa duduk di atas paha Leon. Leon
sangat puas karena sudah menang, tidak mengijinkan Khansa menang, tidak mau
mengalah meski Khansa adalah istrinya. Dan Leon tidak menyesali keegoisannya
itu, karena kegoisannya itu malah Leon mendapatkan durian runtuh, Khansa
sekarang duduk dalam pangkuannya.
Simon memberikan tanda
kepada pelayan agar menuangkan wine ke gelas bertangkai tinggi yang ada di atas
meja, lalu Khansa mengambilnya dan mendekatkan gelas wine ke tepi bibir Leon,
menyuapi Leon minum wine dengan perlahan.
Leon menyesap wine itu
dengan perlahan sangat menikmati setiap tegukannya, yang tiba-tiba saja terasa
menjadi dua kali lipat lebih nikmat.
Saat minum wine, Leon
masih memandangi Khansa, "Begini baru sangat manis, jadi anak gadis itu
harus lembut, jangan sedikit-sedikit ajak gelut" nasehat Leon kepada
Khansa.
Wajah Khansa sampai
memerah karena merasa sedang melakukan hal yang memalukan. Khansa bergumam,
"Pria ini benar-benar deh, menggoda di depan banyak orang. Apa kepalanya
ini baru saja kemasukan air,"
"Apa kau baru saja
tersedak? Tuan Muda?" ujar tanya Khansa.
"Tersedak?"
tanya sekaligus jawab Leon. "Sejak kapan kau menjadi genit?" tanya
Khansa dengan suara pelan dan bernada sedikit meledek.
"Genit katamu!? Akan
aku tunjukan apa itu genit?" ujar Leon balik ingin meledek Khansa.
Leon mulai merangkulkan
lagi kedua tangannya di pinggang ramping khansa. "Bagaimana? Begini sudah
genit belum?"
"Pria ini memang
benar-benar tidak bisa di provokasi," pikir Khansa.
"T-tuan Leon, di
sini banyak yang melihat, apa tidak malu?" khansa mencoba mengalihkan
perhatian Leon.
Karena merasa malu,
Khansa mau berdiri, tapi Leon malah memeluk erat pinggang Khansa yang ramping
itu, agar Khansa tidak sembarangan bergerak, Khansa malah dipeluk oleh Leon
dengan erat.
"Duduk! Diam-diam,
patuh! Jangan melawan!"
Leon tidak suka dengan
sikap Khansa yang datang dan pergi sesuka hati. Leon bertengkar sebentar dengan
Khansa, "Apa kau ini polisi, mengapa suka sekali ingin semua patuh
kepadamu?" protes Khansa.
"Aku bukan polisi!
Apa kau lupa aku ini suamimu," bisik Leon ke telinga Khansa, Ketika
berbisik itu terlihat, Leon seperti sedang mencium Khansa. Sontak saja para
wanita yang datang karena ingin melihat Leon, kompak menggerutui Khansa.
[Gadis itu benar-benar
menyebalkan]
[Dia pasti tadi sengaja
kalah, agar bisa berdekatan dengan tuan muda kita]
[Benar-benar gadis tidak
tahu malu! Licik! Mencoba menggoda tuan muda kita dengan berbagai cara]
[Wajah dibalik cadarnya
itu pasti sangat jelek]
[Ya! Pssti sangat jelek,
maka dari itu dia menutupi wajahnya yang jelek itu dengan cadar]
Tiba-tiba saja Khansa
seperti dihujani aneka bentuk belati yang berjatuhan kepadanya, para wanita
yang ada di sana menatap iri dan dengki kepada Khansa karena telah berhasil
mendapatkan perhatian tuan muda kaya, tampan, idola mereka dengan mudahnya,
sementara mereka selama ini telah mengeluarkan uang banyak untuk bisa masuk ke
klub mewah mahal, bar 1949 ini.
Namun tetap saja tidak
bisa mendekati tuan muda, idola mereka itu.
Saat ini Leon mengarahkan
pandangan ke cadar milik Khansa yang berkilau, Leon ingin melepaskan cadar itu,
Leon sangat pensaran dengan wajah Khansa, "Wajah seperti apa yang ada
dibalik cadar ini."
Dulu sudah beberapa kali
Leon ingin melepaskan cadar Khansa tapi ditolak dan Leon tidak memaksa, jika
Khansa tidak siap untuk melepasnya, maka itu bukan masalah besar bagi Leon.
Tapi kali ini berbeda,
Leon harus melepas cadar yang dipakai Khansa. Leon sudah tidak bisa menahan
rasa inginnya lagi, Leon harus bisa melihat wajah istrinya ini.
Khansa mengernyitkan
alisnya, memaknai tatapan Leon kepadanya, "Tatapan ini mengapa terasa aneh."
Khansa menaikan tingkat
kewaspadaannya, seakan bisa memahami keinginan terpendam Leon hanya dari
tatapannya saja yang sedari tadi menatapi ke arah cadarnya.
"K-kau mau
apa?" tanya Khansa dengan sedikit tergugup dan terlihat malu-malu.
"Kau sudah kalah!
Buka cadarmu!" perintah Leon dengan berbisik lagi di telinga Khansa.
Saat ini, berbicara
dengan berbisik di telinga Khansa sudah menjadi kesenangan bagi Leon, sementara
Khansa malah merasa selalu merinding di setiap kali Leon berbisik dengan suara
baritonnya di telinga Khansa.
"Bukankah aku
bilang, aku akan melakukan apa pun jika aku sanggup. Tapi, jangan memintaku
membuka cadar ini," jawab Khansa.
"Bosnya! Di sini
adalah aku? Apa kau lupa?" tukas arogan Leon.
"Mengapa kau arogan
sekali?" tanya kesal Khansa.
Leon, "..."
Menghela napas panjang,
Leon pun berkata, "Mengapa kau suka sekali berdebat?"
"K-kau ..."
ujar Khansa tanpa melanjutkan kata-katanya, karena merasa perkataan Leon ada
sedikit betulnya juga.
Khansa menatapi kedua
mata Leon, Khansa melihat tekad yang bulat dalam pandangan Leon dan tersenyum
menyeringai, Khansa ingin menjahili Leon, menggoda Leon dengan mengatakan kalau
wajahnya ini sangat jelek.
"Tuan Muda! Aku
beritahu ya! Aku memakai cadar ini karena wajah aku sangat jelek!" jelas
Khansa.
"Di wajahku ini ada
tompel yang sangat besar, yang bahkan orang lain pun akan sambung jelas Khansa
lagi.
"Jadi aku tidak
ingin membuat Tuan muda merasa jijik lalu muntah, karena melihat wajah jelek
aku ini," tukas Khansa berharap jika Leon terpengaruh dengan perkataannya
itu.
"Kesepakatan adalah
kesepakatan, jangan ingkar janji!" jawab ringan Leon. Namun, dikelilingi
oleh Aura pemimpin yang sangat berwibawa.
Leon tidak peduli, Khansa
pun akhirnya mau tak mau menyerah dengan kemauan suaminya itu, baru kali ini
mendapatkan lawan yang sepadan di dalam berdebat dan bernegosiasi. Karena
Khansa sudah setuju untuk melepaskan cadar, Khansa melihat ke semua orang yang
ada di ruangan itu, memahami tatapan mata Khansa, lalu Leon melihat Simon
sekilas.
Memahami tatapan Leon,
lalu Simon segera mengusir semua orang keluar dari ruangan, "Tuan-tuan!
Nona-nona, pestanya kita usaikan sampai di sini dulu, ok!"
"Kelak, aku akan
mengundang kalian lagi," janji Simon.
kini hanya tersisa Khansa
dan Leon saja di dalam. Hati keduanya terasa berdegup kencang, yang satu akan
membuka cadar untuk pertama kalinya di depan orang lain, yang satunya akan
melihat pertama kali wajah istrinya, yang selama ini selalu bersembunyi dibalik
cadar.
Khansa menggerakkan
jemari kecilnya yang ramping dan putih, melepaskan cadar yang dipakainya dengan
perlahan. Ini pertama kalinya Leon melihat wajah Khansa yang indah.
Penutup
Bab 51 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 51 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 51 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.