Bab 47 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 47
Jane sedikit tegang
karena tidak menyangka Fauzan masih tersadar, “Fa-fauzan ...” panggil jane
melirih.
Fauzan bergumam sendiri,
“Steph, kamu sudah kembali?” Fauzan memeluk Jane dan menindihnya...
Khansa mendengar kabar
tentang Jihan memukuli Jane dan sudah memperkirakan hal itu dari awal, Khansa
merasa puas. Mendengar ribut-ribut pengunjung berbisik tentang perkelahian maka
Khansa pun merasa ingin melihat badai besar yang baru saja dia ciptakan.
Khansa ingin melihat
keadaan Jane, tapi saat ini Hendra malah menemukannya,
“Khansa!” panggil Hendra.
“Hendra!” gumam Khansa.
Melihat Hendra datang
melangkah ke arahnya, Khansa pun bebalik pergi ingin menjauhinya. Namun langkah
Hendra yang panjang dengan mudahnya mengejar langkah Khansa.
“Sa! Tunggu,” ujarnya
sambil mencegat langkah khansa.
“Kau mau apa lagi!
Mengapa senang sekali mengganggu aku!" tukas marah khansa.
Hendra menarik tangan
Khansa untuk membawanya menemui seseorang, “Kali ini kau akan berterima kasih
kepada aku, ujar Hendra dengan penuh percaya diri.
“Ikut aku! Ada yang harus
aku tunjukan kepadamu." ujar hendra lagi.
“Lepaskan aku! Kau mau
membawa aku kemana?” hardik Khansa.
Hendra pun tersenyum dan
terus saja menarik Khansa memasuki sebuah ruangan VVIP di club itu, “Sasa,
lihatlah sendiri!"
Mereka berdua masuk ke
dalam sebuah ruangan mewah yang dipenuhi asap rokok, di dalam ruangan itu ada
para anak orang kaya di Kota Palembang ini dan juga beberapa wanita cantik
dengan pakaian yang sangat minim, yang memperlihatkan lekuk tubuh mereka.
“Apa maumu
sebenarnya?" hardik Khasna.
“Lihat saja di sana ada
siapa?" jawab Hendra.
Khansa memperhatikan
desain ruangan yang unik itu, Desain lantai memikat membuat suasana ruang
terasa lebih luas. Tinggi langit-langit yang tidak pendek juga menambah sensasi
bebas luas, nyaman. Ruangan tersebut diisi oleh sofa dan furniture yang
terlihat sangat mewah, lampu kristal yang tergantung dengan indah.
Meksi setengah
remang-remang namun mata Khansa masih dapat menangkap semua keadaan di dalam
dengan sangat baik. Khansa dapat melihat baik pria dan wanita yang ada di dalam
sana, dan Salah satunya adalah Leon Sebastian yang tampan.
“Leon!” panggil lirih
Khansa dengan suara sedikit tercekat.
Khansa memperhatikan Leon
duduk terpisah, sementara para wanita terlihat ingin sekali bisa merebut
perhatian Leon. Hati Khansa seperti baru saja tertancap belati dan merasa
hatinya seperti baru saja berdarah banyak. Melihat jika suaminya itu tidak
pulang berhari-hari, lalu malah menemukannya ada di sini, di kelilingi oleh
wanita-wanita dan hingar bingar musik yang berdentum kencang.
"Jadi dia sudah
menemukan hiburan yang menyenangkan hati? Karena itu sudah tidak ingat pulang
lagi,” pikir kesal Khansa. & Khansa menasehati dirinya sendiri,
mengingatkan kembali jika pernikahan mereka hanyalah pernikahan kesepakatan
yang bertujuan untuk saling menguntungkan, jadi tentang Leon mau menghabiskan
malamnya dengan siapa, itu sama sekali bukanlah urusannya. Mata Khansa mulai
terasa sedikit perih, karena mencoba menahan air matanya agar tidak terjatuh.
Khansa menatapi tajam ke
arah tubuh Leon yang masih duduk dengan santainya, “Dia bahkan tidak
mengkhawatirkan dirinya sendiri dan malah bersenang-senang di sini,” pikir
Khansa.
Baru saja, Khansa merasa
bodoh karena telah mengkhawatirkan jika saja sakit Leon kambuh ketika suaminya
itu berhari-hari tidak pulang ke rumah. Tak ingin berlama-lama memandangi
pemandangan yang membuat mata dan hatinya itu terasa sakit, Khansa pun
memutusak bergesa pergi.
Khansa berlari pergi dan
tidak ingin melihat hal itu lagi, Hendra mengejar Khansa dan bertanya apakah
Khansa menyukai Leon, “Apakah kau benar-benar jatuh cinta kepada pria itu?”
“Sa! Apa kau benar-benar
menyukai pria itu?” tanya Hendra lagi.
Melihat Khansa tidak
menyangkal, Hendra pun merasa patah hati lagi. Namun, tidak kehabisan akal,
Hendra terus menjelekkan Leon untuk merubah perasaan Khansa pada Leon.
“Sudah lihat sendiri kan?
Dia tidak pantas untukmu, dia tidak cukup baik untuk menjadi pria kesukaanmu
Sa!" ujar Hendra.
“Lalu menurutmu pria
seperti apa yang harus aku sukai?" tanya sarkas Khansa.
“Apakah pria seperttimu!?
Hah! Jangan bercanda dengan aku," tukas Khansa seraya menyeringai dengan
senyuman menghina.
Merasa tidak puas dengan
jawaban khansa, ini pun memancing rasa marah di hati Hendra dan akhirnya
membuat Khansa dan Hendra mulai bertengkar.
“Sa! Apa kau ini bodoh.
Mengapa kau masih saja menyukainya hah!" tukas Hendra dengan nada marah
sembari menarik lengan Khansa.
“Kau menyakiti aku,
lepaskan!" tukas Khansa.
Mendengar jika genggaman
tangannya menyakiti Khansa, hendra pun segera melepaskan tangannya dari lengan
Khansa, “Sa! Kali ini dengar apa kata aku ya!" pinta Hendra dengan lembut.
“kembalilah ke sisi aku!
Hanya aku saja," ungkap Hendra.
“Hentikan! Kau, dia dan
mungkin semuapria-pria lain di sana sama saja, Munafik" Hardik Khansa.
“Jadi jangan ajari aku
mana pria baik dan mana pria yang tidak baik! Percayalaah aku sangat-sangat
mengetahui tentang semua itu” ungkap Khansa.
“Dan jangan pernah
mencoba untuk menguasai hati aku!” Khansa memberikan jawabannya dengan
melemparkan seluruh kemarahannya kepada Hendra.
Saat ini hati Khansa
begitu sakit, ini sudah keberapa kalinya Khansa dikecewakan oleh orang
terdekatnya, Meski sudah berusaha menjaga hati untuk biasa saja, tidak ingin
mentautkan hatinya kepada Leon. Namun, tetap saja itu terasa sakit Ketika
melihat suami sendiri sedang duduk berkumpul, bersenang-senang dengan
sekumpulan wanita lain, seperti tidak ada beban, terlihat seperti sudah
melupakan pertengkaran hebat mereka di malam itu.
Hati Khansa bertambah
sakit, Ketika mengingat waktu itu dengan suara parau Leon membisikan jika dia
menginginkannya, Khansa merasa bersyukur ketika menolak keinginan Leon di malam
itu, Jika menurutinya bukankah itu sama seperti habis manis sepah dibuang,
Ketika sudah mendapatkan maka dengan seenaknya bisa dibuang kapan Ketika leon
mau membuangnya.
Khansa pergi begitu saja
dengan membawa tatapan kemarahannya kepada Hendra dan juga kepada Leon. Hendra
lalu menyerah untuk mendapatkan Khansa. Tapi, kali ini Hendra pun menyeringai
senang karena merasa puas jika siasatnya sudah berhasil, bisa membuat Khansa
melihat pria yang dia sukai saat ini adalah oria yang tidak setia.
Khansa tergesa untuk
pergi keluar meninggalkan klub ini. Khansa tidak mengerti kenapa Leon bisa
membuat dirinya sakit hati, “Dasar sial,” gumam Khansa merutuki semuanya,
Khansa menghentikan langkahnya, menarik nafas dalam-dalam dan menghapus air
matanya. “Tidak boleh jatuh cinta! Tidak boleh jatuh cinta,” gumam Khansa
memperingati dirinya sendiri.
Saat ini manajer bar
datang dan mengira Khansa adalah pelayan yang mengantar minuman. Khansa
langsung didorong masuk kembali ke dalam ruangan mewah tempat Leon dan yang
lainnya berada tadi. Salah satu pria di dalam mendongak dan matanya berbinar
saat melihat Khansa, "Wah, ada wanita cantik!”
Penutup Bab 47
Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 47 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 47 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.