Bab 45 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 45
Jane terkejut sampai
segera melesat berdiri dengan benar dan keluar dari pelukan Hendra, "Ini
tidak seperti apa yang kau lihat," Jane mencoba menjelaskan.
"Brengsek!"
pekik Jihan kepada Jane.
"Apa yang sedang
kalian berdua lakukan dibelakang aku!?"
"Jane apa kau sedang
menggoda Kak Hendra aku, selagi aku tidak ada, tidak melihat!?"
Jihan sangat marah melihat
gambaran yang tadi dia lihat dengan kedua matanya. Jihan segera menghampiri
mereka berdua untuk meminta penjelasan. Namun, nampaknya Hendra malah tidak
peduli dengan pertengkaran yang akan terjadi dengan Jane dan Jihan.Hendra juga
merasa malas untuk memberi penjelasan kepada Jihan.
Hendra sudah berdiri
dengan ekspresi datar, sudah banyak wanita yang memeluk dirinya dan Hendra
tidak selalu memperdulikan mereka, bahkan tidak ingat dengan nama dan wajah
mereka. Hendra hanya terobsesi dengan Khansa dan kedatangannya ke Bar 1949
bukan untuk bertemu Jihan dan berdebat dengannya.
Bukannya menjelaskan dan
menenangkan Jihan, Hendra malah menanyakan keberadaan Khansa pada Jihan,
"Apa kau bersama dengan Khansa?"
"Dia sudah
pergi!" Jawab Jihan dengan ketus karena bertambah marah ketika mendengar
pertanyaan Hendra tadi.
"Untuk apa kau
mencarinya?" tanya Jihan dalam marahnya.
Merasa malas meladeni
Jihan, dan malas melihat pertengkaran Jihan dan Jane, maka Hendra pun
memutuskan pergi untuk mencari Khansa.
"Kak Hendra!"
teriak Jihan memanggil Hendra yang sudah menghilang dibalik pintu. Di dalam
ruangan pun hanya tersisa Jane dan Jihan.
Jihan kembali menoleh
kepada Jane yang sedang menatapinya dengan ketakutan. Kepada Khansa yang masih
terhitung keluarga saja, Jihan mampu berlaku kejam, apalagi kepada dirinya yang
hanya seorang teman. Jane pun bergidik memikirkan tentang apa yang akan
dilakukan oleh Jihan.
"Kau ... kau akan
melakukan apa?" tanya Jane dalam takutnyan dan dengan nada gemetaran.
Kali ini Jihan sangat perhitungan
dengan Jane, "Kau ini teman macam apa!?" hardik Jihan seraya menampar
pipi Jihan karena merasa sangat marah.
Pipi Jane terasa sangat
kebas dan terlihat jejak merah yang Jihan tinggalkan di pipi putih Jane. Sambil
memegangi pipinya yang kebas, Jane menatapi Jihan dengan mata yang memerah.
"Hendra itu tunangan
aku, tapi kau malah menggodanya tepat di depan mata aku!" hardik Jihan
dengan nada suara yang tinggi.
"Dasar wanita
murahan!" hina Jihan kepada Jane.
"Apa kau ini sudah
gila, kau kemanakan otakmu itu hah!" pekik Jihan.
"Tidak! Tidak
kejadiannya sungguh bukan seperti yang kau lihat," Jane mencoba
menjelaskan.
"Kau harus percaya
kepada aku!" pinta Jane memelas.
"Itu sudah sangat
jelas buat aku! Kau sedang menggoda tunangan aku!" ujar Jihan yang
menaikan satu level tingkat kemarahannya ke level yang lebih tinggi.
Ketika melihat, jane dan
Hendra saling merangkul peluk, sungguh terasa seperti ada petir yang menggelegar
menyambar Jihan, dan itu benar-benar menyulut kemarahan di hati Jihan.
"Sini kau!"
hardik Jihan.
"Dasar wanita tidak
tahu diuntung!" gumam marah Jihan lagi.
Jihan menarik, menyeret
paksa Jane untuk keluar dari ruangan VIP dan segera melemparkan tubuh Jane ke
lantai bar tersebut, sengaja mempermalukan Jane di depan umum.
"Dasar! Tak tahu
malu, hardik Jihan sambil menunjuk-nunjuk kepada Jane.
Jane masih mencoba
menjelaskan dalam keadaan posisi terduduk. Tapi, Jihan tidak mau mendengar
penjelasan, Jihan lalu malah sengaja berteriak mengeraskan suaranya di dalam
club itu untuk menarik perhatian orang banyak dan mempermalukan Jane di depan
umum.
Semua yang menyaksikan
kejadian itu pun mulai berbisik-bisik :
[itu, bukankah mereka
adalah teman baik? Mengapa malah saling menyerang]
[Jika tunangan aku digoda
sahabat sendiri, aku juga akan melakukan hal yang sama seperti yang sedang dia
lakukan sekarang ]
"Ih ... benar-benar
wanita yang tidak tahu malu, hanya karena naksir, lalu rela mengorbankan
sahabat baik]
[Benar-benar tidak tahu
malu]
Melihat banyak yang
memihaknya maka Jihan pun meneruskan kebrutalannya terhadap Jane. Kata-kata
buruk dan kutukan dilemparkan semua kepada Jane.
"Kau ini aku sudah
berlaku baik kepadamu selama ini, bajumu! Sepatumu! Tas! Semua itu pemberian
aku!" ungkap Jihan di depan umum dengan menghina dan merendahkan.
"Bahkan aku sering
memberimu uang jajan," ungkap Jihan lagi.
"Tapi apa balasanmu,
kau malah berani menggodai tunangan aku! Dasar ******", hardik Jihan
bertubi-tubi kepada Jane.
"Jika bukan karena
aku maka jangan harap kau bisa makan makanan mewah dan bermain ke tempat mewah
seperti sekarang ini,"
"Kau ini hanya dari
kalangan Jelata, jika bukan karena aku maka kau hanya akan bermain di emperan
saja," hardik keras Jihan lagi.
Jihan benar-benar
memperlakukan Jane seperti hewan peliharaan yang selama ini dia beri makan dan
hewan yang setia menggonggong di sampingnya.
"Kau ini adalah
hewan peliharaan aku, jadi jangan pernah lupa posisimu itu apa!"
"Apa kau
paham!?" tukas Jihan.
Suara Jihan sangat keras
sekali ketika menghina Jane, sehingga banyak mengundang perhatian pengunjung
Bar 1949. Banyak orang yang mengelilingi Jane dan Jihan karena penasaran ada
keributan apa. Dan hal ini tentu saja membuat Jane hanya bisa tertunduk menahan
malu karena dipandangi oleh banyak orang, dan dihakimi oleh banyak orang.
Jane pun menangis lalu
minta maaf dan minta ampun pada Jihan, "Maafkan aku, itu tidak sengaja,
aku benar-benar tidak menggoda Kak Hendra," jelas Jane lagi.
"Kau harus percaya
kepada aku!" pinta Jane melirih sambil terisak.
"Ampuni aku!"
pinta Jane dalam tangisnya.
Namun, seperti orang yang
tengah kerasukan iblis, Jihan terus memukuli Jane, "Jihan aku mohon
hentikan!" pekik teriak Jane sambil menahan sakit ketika Jihan menarik,
menjambak rambut Jane dan menendang Jane seperti sebuah tumpukan sampah yang
menjijikan.
Suara tangis Jane pun
terdengar memilukan, menahan sakit dan menahan malu. Semua orang tengah
memperhatikan keributan ini. Dan Jane benar-benar telah dianiaya, dipermalukan
besar-besaran oleh Jihan, sampai-sampai Jane tidak berani menatapi wajah-wajah
yang ada di kerumunan itu. Jane benar-benar merasa sudah di hancurkan oleh
Jihan lahir dan batin.
Jihan mengambil segelas
anggur dari nampan pelayan yang sedang terdiam memperhatikan pertengkaran itu,
lalu menuangkannya ke atas kepala Jane.
Lalu Jihan membanting
gelas itu ke lantai sampai pecah. Jihan menatapi Jane masih dengan tatapan
marah dan jijik.
"Pergi ke neraka
saja kau! dasar ******,” teriak hinaan Jihan kepada Jane sambil menendang Jane
lagi.
Jihan pergi meninggalkan
Jane yang meringkuk di atas lantai. Jane ketakutan sampai menangis
terisak-isak, saat ini ada yang memakaikan mantel ke badan Jane, Jane mendongak
dan itu rupanya Fauzan. Fauzan melihat Jane, "Bukankah kamu ini sahabat
baik Jihan? Kenapa bisa jadi begini?” Semua orang akhirnya bubar setelah
melihat kedatangan Fauzan.
Penutup Bab 45
Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 45 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 45 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.