Bab 43 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 43
Tinju Leon tidak mengenai
Khansa. Tapi, Leon malah menghantamkan tangannya ke kaca yang tergantung di
dinding yang ada di dekat mereka.
Khansa membuka kedua
matanya, lalu melirik ke arah tangan Leon yang tepat ada di sebelah wajahnya.
Khansa melihat tangan Leon terluka dan juga mengeluarkan darah Khansa terkejut
sekali melihat hal ini.
"Tanganmu
berdarah!" ujar Khansa dengan nada gemetaran, karena melihat darah yang
mengalir di antara sela-sela jari tangan Leon.
Leon hanya tetap terdiam
seperti tidak merasakan jika tangannya sedang terluka dan sedang mengeluarkan
darah, malah Leon menatapi Khansa dengan tatapan yang tak bisa Khansa mengerti.
Khansa mendorong tubuh
Leon, lalu meraih tangan Leon, "Ini harus diobati," tukas Khansa
sambil menatapi dengan rasa khawatir.
Leon melepaskan tangan
Khansa, dan malah memilih pergi keluar menghempaskan pintu, Leon tidak bicara
sama sekali. Sementara, Khansa hanya bisa menatapi punggung suaminya yang
menghilang di balik pintu kamar mereka masih dengan napas yang seperti ingin
terputus.
Apa yang terjadi dalam
beberapa hari ini benar-benar menguras emosi dan juga energi Khansa.
Kondisi Khansa saat ini
sangat menyedihkan, dia kelelahan karena menjaga bibi Fida yang masih belum
tersadar, lalu menghadapi suami yang memiliki keinginan yang bertentangan
dengannya, dan nampaknya harus ditambah dengan menanangani kemarahan Leon
terhadap dirinya.
Khansa jatuh terduduk,
dan menyandarkan tubuhnya ke dinding, seraya memejamkan matanya, dalam hati
Khansa bergumam jika Leon adalah satu-satunya pria yang tidak ingin Khansa
benci namun juga enggan untuk dekat.
Leon sedikit memahami
tentang ini, mengingat apa yang Khansa alami, penghianatan dari pria-pria
terdekatnya di sepanjang hidupnya, ini sedikit membuat Leon mengerti. Namun,
Leon tidak bisa menerima jika Khansa menyamakan dirinya seperti dua pria
penghianat yang ada di dalam kehidupan Khansa itu.
Sejak hari pertengkaran
mereka itu, Leon tidak pernah pulang lagi, Nenek Sebastian memberitahu Khansa
jika Leon kembali pergi dinas dan tidak akan tidur di rumah dalam beberapa hari
kedepan.
Khansa tahu itu hanya
alasan Leon untuk membohongi Nenek Sebastian untuk menutupi situasi mereka yang
sedang bertengkar itu. Karena ketika Nenek Sebastian menguping, mereka
terdengar harmonis, romantis. Jadi Nenek sebastian tidak mengetahui keadaan
yang sebenarnya, pertengkaran antara Leon dan Khansa setelah Nenek Khansa
pergi.
"Jangan salah paham
dengan Leon ya! Leon memang sudah sangat sibuk mengurus bisnis jauh sebelum dia
belum menikah. Jadi bukan karena dia tidak menyukaimu," hibur Nenek
Sebastian.
"Aku mengerti
Nek," jawab Khansa dengan tersenyum manis sambil memasukan sesuap bubur
kacang hijaunya.
"Suami aku itu
memang pebisnis handal, jadi pasti akan sangat sibuk," puji Khansa di
depan Nenek Sebastian.
Nenek Sebastian pun
tersenyum puas dengan cucu menantunya ini yang memiliki pengertian yang tinggi
dan ketangguhan yang luar biasa di dalam menghadapi cucunya yang satu itu,
dirinya saja terkadang dibuat pusing oleh Leon, jadi Nenek Sebastian selalu
berdoa agar Khansa bisa tahan menghadapi Leon. :
Sorenya, Jihan menelepon
dan menantang Khansa pergi ke Bar 1949, "Ada hal yang ingin aku bicarakan
denganmu, apa kau bisa datang?"
"Ada hal apa?"
tanya Khansa sedikit malas meladeni.
"Apakah aku tidak
boleh bermain dan sedikit berbincang dengan saudara sendiri?" tanya Jihan.
"Baiklah, di mana
tempatnya?" Jawab Khansa.
Jihan pun tersenyum
senang, "Bar 1949, dan jangan sampai tidak datang."
Khansa masih punya banyak
urusan yang harus diselesaikan, “Baik, aku akan datang tepat waktu malam ini.”
Khansa memutuskan
sambungan teleponnya, merasa tidak ingin tenggelam dalam suasana hati ini, dan
karena Khansa tidak ingin melupakan tujuan awalnya kembali, maka Khansa pada
akhirnya memutuskan datang ke tempat yang Jihan pinta.
Jika Jihan ingin mengajak
Khansa bermain licik lagi, maka ini adalah waktu yang tepat, karena Khansa
membutuhkan tempat pelampiasan kemarahan.
Bar 1949
Khansa pun sampai, dan
langsung menuju masuk ke dalam ruangan, Jihan sudah datang dan juga ada Jane di
sana. Jihan memamerkan perhiasan mahal yang diberikan Hendra padanya.
"Duduklah! Aku sudah
memesankan jus jeruk untukmu?" ujar Jihan.
Sebenarnya Jihan
mengundang Khansa bermain, bukan karena merindu dan ingin bermain dengan
Khansa. Tapi, hanya karena ingin pamer perhiasan yang baru saja Hendra berikan
untuknya. Ingin membuat hati Khansa sakit mengiri.
Jihan ingin
memperlihatkan bahwa ada perbedaan perlakuan yang jelas antara dirinya dan
Khansa. Namun Khansa tidak tertarik sama sekali.
"Owh, bagus
perhiasannya," puji Khansa dengan nada malas.
Hanya perhiasan saja,
bagi Khansa itu adalah hal biasa saja, jika menemukan tanaman obat baru, hal
itu barulah akan membuat mata Khansa berbinar bahagia.
Jihan dan Jane menyindir
Khansa, karena melihat reaksinya yang datar," jangan sedih begitu dong,
jika kau mau minta saja kepada Jihan, beberapa perhiasan yang sudah tidak
dipakainya lagi!" ujar Jane.
"Emm ... memang sih
aku ada beberapa yang sudah lama tidak aku pakai, karena modelnya sudah
ketinggalan jaman," jelas Jihan.
"Kalau kau mau! Aku
bisa saja memberikannya kepadamu," ujar basa-basi Jihan.
Khansa hanya
menyeringaikan senyum sarkasnya kepada kedua sahabat yang terlihat akur dan
kompak di setiap kali sedang membuli orang. Ponsel khansa berbunyi, ada
notifikasi sebuah pesan yang masuk ke ponselnya.
Saat ini Hendra mengirim
pesan pada Khansa, "Datanglah ke Bar 1949, ada sesuatu yang ingin
kuperlihatkan padamu."
"Kebetulan
sekali," pikir Khansa semakin menyeringai sarkas.
Khansa melihat Jihan dan
Jane di hadapannya, kemudian terpikirkan cara untuk membalas ejekan dan buli
mereka yang kompak tadi itu.
Khansa pun membalas pesan
Hendra kalau dirinya sudah ada di Bar 1949. Khansa
meminta Hendra mencarinya
ke ruangan yang saat ini sedang didatanginya bersama Jane dan Jihan.
Nampak kedua teman baik
itu masih saja sibuk mengejek Khansa dengan menyebutkan aneka jenis-jenis
barang mewah yang dimiliki oleh Jihan.
Khansa acuh tak acuh
mendengarkan semua bualan memuakan kedua wanita dihadapannya itu. Lalu, Khansa
mengajak Jihan keluar untuk bicara.
Merasa penasaran dengan
apa yang akan dibicarakan oleh Khansa, maka Jihan pun menuruti kemauan Khansa
untuk berbicara diluar ruangan.
Jihan menyangka mungkin
saja Khansa ingin mengatakan jika dia sudah tidak sanggup membiayai hidup sugar
babby miliknya yang tampan itu, dan meminta Jihan untuk memeliharanya dan
menjamin hidup sugar babby-nya itu.
Jihan pun mengikuti
langkah Khansa keluar dari ruangan VIP tersebut. Di dalam hanya ada Jane
seorang di dalam ruangan.
Jane bosan dan minum
anggur putih beberap teguk, dan itu sudah sedikit membuat Jane limbung. Pintu
ruangan terbuka saat Jane mabuk dan wajahnya memerah ketika Hendra masuk ke dalam
ruangan VIP itu.
Penutup Bab 43
Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 43 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 43 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.