Bab 42 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 42
"Apakah dia sangat
marah kepadaku?" pikir Khansa yang melihat Leon tidak ada di kamar mereka.
Khansa menyingkirkan
selimutnya dan beranjak dari ranjangnya, ingin mencari Leon karena Khansa
mengkhawatirkan kondisi badan Leon, khawatir jika saja sakit Leon kambuh. Tapi,
malah tidak menemukan Leon di kamar.
"Pergi kemana
dia?" Gumam Khansa seraya menatapi jam di dinding kamarnya.
Tiba-tiba pintu kamar
mandi terbuka, Leon menarik Khansa masuk. Khansa terkejut, melihat rambut dan
tubuh basah Leon dan masih berbalut kimono handuknya. Dari balik kimono itu
Khansa melihat dada bidang Leon, kesan maskulin sangat kentara terlihat di
sekujur tubuh Leon.
Khansa mendongak ke wajah
Leon, Dan langsung saja bertemu dengan tatapan mata yang indah dan tajam
seakaan itu adalah pandangan yang ingin membuat Khansa jatuh hati dan terlena
kepada Leon.
Keduanya seperti terpaku
di bumi, dan saling menikmati memandangi satu sama lain, seakaan dunia hanya
milik mereka berdua.
Khansa memandangi bibir
Leon, yang tadi dengan lembut menciumi telinganya. Tubuh Khansa pun sedikit
gemetar karena mengingat hal tadi.
Khansa sedikit merasa
bibir itu terasa seperti magnet yang sudah menarik perhatiannya.
Pandangan Khansa lalu
turun ke bahu Leon.
Bahu Leon menggambarkan
kekuatan serta maskulinitas kekuatan seorang pria. Di mata Khansa itu terlihat
indah dan menarik.
Apalagi jika sudah bicara
soal punggung Leon, ini adalah salah satu bagian tubuh Leon yang melambangkan
kekuatan.
Loen Memiliki punggung
yang kekar dan berbentuk V lebar membuat Leon terlihat lebih menarik di mata
Khansa.
"Wajahmu! Mengapa
sangat memerah?" ujar Khansa sedikit bingung dan canggung.
"Emm ... Leon hanya
menjawab dengan deheman.
Khansa memegang dahi Leon
dan demamnya lebih tinggi, "Ya Tuhan!"
"Sepertinya kau
terkenan demam"
"Kenapa bisa
tiba-tiba demam? Bukankah tadi baik-baik saja?" ujar Khansa lagi.
Kali ini nenek Sebastian
menggunakan trik yang kejam sampai Leon menderita begini. Bukan hanya Khansa
yang di dandani seksi, namun Nenek Sebastian juga meminta Paman Indra
mencampurkan obat yang memberi efek kuat kepada Leon.
Melihat Leon hanya
terdiam, Khansa pun memutuskan ingin membantu Leon dengan jarum peraknya.
"Tunggulah, aku akan
membantumu dengan jarum perak aku."
Khansa ingin membantu
Leon dengan akupuntur, baru saja ingin melepaskan diri dari pelukan Leon untuk
mengambil jarum peraknya, tapi malah Leon memeluk Khansa lagi dan berkata.
“Sasa! Aku sangat
menderita."
Leon terus saja memeluki
Khansa, sampai-sampai seakan Khansa seperti ingin kehabisan napas, karena Leon
memeluknya dengan erat, tak ingin melepaskannya.
"K-kau .." ujar
Khansa yang tidak bisa meneruskan perkataannya.
Detak jantung Khansa
berdebar tak beraturan, tidak disangka pria sekuat Leon juga bisa manja pada
dirinya, meski dalam hati sedikit menyukai namun Khansa masih belum siap dengan
apa yang Leon inginkan. Wajah Khansa nampak memerah, tubuhnya pun seperti ikut
terpaku lagi.
"Tuan Leon! Aku
mohon jangan begini!" pinta Khansa dengan lembut, ketika merasakan ada
suatu yang berubah di bagian bawah tubuh Leon.
"Sasa! Aku sangat
menderita," ulang ucap Leon lagi dengan suara mend*sahnya.
Sebelumnya Leon sudah
berusaha mandi air dingin berkali-kali, berendam di Bath Up dengan air dingin.
Namun, masih tidak bisa memadamkan api gairah di dalam tubuhnya.
Gadis kecilnya itu
seperti telah merasuki raga Leon, dan sangat sulit untuk diusir pergi. Seperti
racun yang sudah menjalari seluruh sendi-sendi syaraf tubuh Leon dan belum ada
penawarnya.
"Aku
menginginkanmu!" bisik Leon dengan lembut di telinga Khansa sambil
memeluki tubuh Khansa dengan sembarang bergerak-gerak.
Leon sudah kehabisan
tenaga untuk meredam inginnya sedari tadi. Dan hanya bisa menyerah di depan
gadis kecilnya itu. "Menginginkan aku," gumam Khansa.
"Tidak!" Jawab Khansa dengan terkejut. Berpikir jika itu adalah hal
yang intim, maka Khansa segera mendorong tubuh Leon, meski mereka menikah namun
itu hanyalah sebuah pernikahan kesepakatan yang saling membutuhkan dalam hal
yang berbeda tujuan.
"Tuan muda Leon,
bukankah kau sudah memiliki wanita yang bisa kau ajak bersenang-senang,"
ungkap Khansa.
Leon, "...
"Jadi mengapa kau
meminta ini kepada aku?" tanya sarkas Khansa.
Mendengar perkataan
Khansa langsung saja membuat Leon melepaskan rangkulan tangannya yang sedari
tadi mendekap pinggang langsing Khansa. Letupan tabuh genderang di dalam
hatinya terdengar seperti sedang memainkan okestra musik klasik yang
menegangkan.
"Apa kau bilang
tadi! .... mencari wanita lain?" Leon mengulang perkataan Khansa.
"Aku tidak salah
bicara kan? Mengapa dia nampak menjadi marah," pikir Khansa.
Leon menginginkan Khansa,
tapi Khansa meminta Leon mencari wanita lain untuk membantunya menuntaskan hal
itu. Badan Leon yang tegap langsung terpaku.
Perkataan Khansa
benar-benar mematik kemarahan yang menjalar seperti api, kobaran yang besar,
yang membakar hati.
Kedua mata Leon menjadi
merah membara dan memandangi Khansa dengan kejam, pandangannya sangat dingin
dan terasa menusuk Leon pun memarahi Khansa. Suhu di kamar mereka pun terasa
seperti menurun ke suhu 0 derajat.
"Apa kau sedang
meminta aku untuk tidur dengan wanita lain?" tanya Leon dengan nada marah.
Khansa, "...
Jika itu orang lain yang
mendapatkan pandangan seperti itu, maka itu sudah cukup untuk membuat kaki
mereka menjadi lemas seperti tak bertulang. Namun, Khansa malah sebaliknya
masih bisa kuat berdiri dan mampu menjawab Leon.
"Dalam kesepakatan
kita, jelas disebutkan tidak ada kontak fisik seperti yang kau mau itu,” jawab
Khansa mengingatkan, Khansa masih sedikit teringat dengan kejadian panggilan
telepon waktu itu.
"Apa kau lupa? Aku
juga pernah bilang, di sini Bos nya adalah aku!" ujar Leon dengan menahan
segala macam letupan-letupan petasan kecil yang ada di hatinya.
"Apa kau pikir aku
adalah boneka kalian! Yang bisa kalian atur dan mainkan sesuka hati
kalian?" hardik Khansa.
"Kalian semua!
Mengapa selalu ingin mengendalikan aku!" ujar Khansa lagi dengan mata
memerah menahan agar tidak menangis.
Kalian yang Khansa rujuk
adalah, Fauzan isvara, Hendra dan pak Arman. Pria-pria yang menganggap jika
wanita adalah mahluk yang mudah dikendalikan seperti boneka. Dan Khansa
benar-benar membenci pria yang seperti itu. Dan sekerang dia mendengar suaminya
berlaku arogan seperti mereka, dan itu mematik kemarahan tersendiri di hati
Khansa.
Khansa dan Leon pun
bertengkar. Leon sudah tidak bisa menahan diri lagi, menahan ingin dan menahan
marah dalam waktu yang bersamaan, sungguh itu bukanlah suatu hal yang mudah
untuk dilakukan. Dan berdebat dengan Khansa seperti ini adalah hal yang tidak
ingin Leon lakukan.
Leon berusaha berdamai
dengan amarahnya. Namun, detik selanjutnya, Leon malah mengacungkan tinju dan
Khansa tidak menghindari lesatan tinju yang kencang itu, Khansa hanya
memejamkan mata, tanpa bergerak lari.
Penutup Bab 42
Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 42 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 42 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.