Bab 41 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 41
Klontang! klontang!
Terdengar diluar ada suara ribut-ribut bunyi benda berjatuhan, itu adalah
boneka kayu pajangan ala jepang konde yang terjatuh.
Nenek Sebastian tidak
sengaja menyenggolnya ketika sedang mencoba menguping, menginspeksi apakah
rencana yang telah disusunnya telah berhasil atau tidak. Karena merasa tidak
sabar, maka hal tidak terduga pun malah terjadi, Nenek Sebastian malah tidak
sengaja menyenggol meja.
Karena mendengar suara
boneka-boneka kayu yang terjatuh dari salah satu meja pajangan yang ada di
dekat pintu kamar Leon, maka kali ini Leon menangkap basah Nenek Sebastian yang
sedang menguping dari luar pintu.
Leon melepaskan Khansa,
lalu melangkah kearah pintu dan membukanya, dan nampaklah wajah kaku Nenek
Sebastian.
"Nenek sedang
apa?" tanya Sebastian menyelidik.
"Aah itu ...
itu," jawab Nenek Sebastian terbata.
"kau ... k-kau
apakah sudah selesai?" tanya gugup Nenek Sebastian berbalut senyum gugup.
"Apakah Nenek sedari
tadi mengintip kami?" tanya Leon sembari bersedekap dan menaikan satu
alisnya.
"Ah tidak .... tentu
saja tidak, jangan mengada-ada," jawab Nenek Sebastian seraya
menepuk-nepuk bahu cucunya itu.
"Ini Iho! Paman
indra laporan ke Nenek, mengatakan jika kunci kamar kalian rusak. Jadi Nenek
hanya membantu Paman Indra untuk mengeceknya saja," jawab Asal Nenek
Khansa.
Leon pun bersedekap
seraya berkata, "Sejak kapan Nenek menjadi ahli kunci?"
“Ini hanya karena Paman
Indra meminta bantuan kepada nenek saja," jawab sembarang nenek Sebastian
lagi. :
Nenek Sebastian
menjadikan Paman Indra sebagai kambing hitam, "Ya Tuhan, Nyonya! Kau baru
saja mendorong aku ke kandang singa yang sedang kelaparan," pikir Paman
Indra.
Nenek Sebastian mengedip
samar kepada Paman Indra, memberi tanda agar Paman Indra mengaminkan
perkataannya dan membantunya berakting di depan Leon.
"Ah iya! Tuan,
ternyata setelah diperiksa semua baik-baik saja, tidak ada yang rusak,"
ujar Paman Indra mengamini padu akting dari Nenek Sebastian.
"Jadi tidak ada yang
perlu di khawatirkan," jelas Paman Indra.
Leon melirik ke arah
Paman Indra sambil mengernyitkan kedua alisnya. Paman Indra ketakutan sampai
kakinya lemas, tidak disangka dirinya akan disalahkan oleh Nenek Sebastian.
Melihat wajah Paman Indra
yang sudah ketakutan setengah mati, maka Leon pun melepaskan Paman Indra.
Bagaimana pun juga Leon mengetahui ini semua memang ulah neneknya. Paman Indra
hanyalah seorang kaki tangan yang dipaksa untuk menurut.
Leon mengerti, rupanya Nenek
Sebastian hanya tidak sabar ingin menggendong cicit. Karena itu sangat bersusah
payah menyusun rencana tentang pakaian seksi Khansa, dan juga tentang persoalan
kuping menguping ini. Leon pun tak berdaya dan menutup pintu kamar kembali.
"Hish .... mengapa
tidak berhati-hati!" ujar Nenek Sebastian memarahi Paman Indra.
Paman Indra, "...
Dalam benak Paman Indra,
sungguh Nenek dan cucu ini memiliki hubungan akur yang memang unik. Betapa pun
terkadang Nenek Sebastian bersikap konyol, namun Leon tidak mempermasalahkannya,
selama itu membuat Nenek sebastian senang dan tidak merugikan orang lain.
Jika hanya membuat
dirinya menjadi sedikit repot, maka bagi Leon itu tidaklah mengapa, karena Leon
sudah membuktikan jika rasa sayang Nenek Sebastian kepadanya sangatlah besar,
tak heran karena hal itulah maka Leon sangat patuh dengan keinginan Nenek
Sebastian.
Nenek Sebastian adalah
orang yang selalu menemani Leon melawan sakitnya selama ini. Jadi mana bisa
Leon marah dengan Nenek Sebastian.
Leon menuju ke tepi ranjang,
Khansa sudah tahu situasi saat ini dan jadi tegang. Leon berdiri di tepi
ranjang, berusaha mencari kata-kata yang tepat agar Khansa mau menurut
kepadanya.
Leon naik ke atas ranjang
besar mereka, lalu Leon meminta Khansa bekerja sama dengannya karena Nenek
Sebastian masih ada di luar.
"Kau hanya perlu
mengeluarkan suara D*sahan saja," ujar Leon.
"T-tapi aku tidak
bisa," jelas Khansa.
Khansa tidak tahu
bagaimana bisa mendesah karena teringat pengalaman yang dulu, malam pertama
yang ajaib bersama Leon di waktu pertemuan pertama mereka.
"Baiklah, jika
begitu aku akan mengingatkan bagaimana suara d“sahanmu ketika waktu malam
pertama, pertemuan kita waktu itu," ungkap Leon.
"K-kau mau apa?
tanya panik Khansa sambil menahan dada Leon dengan kedua tangan mungilnya itu.
Khansa teringat pemanasan
sungguhan yang Leon lakukan waktu, di malam pertama mereka, hanya karena demi
bersandiwara, karena malam itu juga Nenek Sebastian sedang menguping.
"Ah jangan! Jangan
yang itu!" ujar pelan Khansa seraya menggigit bawah ujung bibirnya
sendiri, ketika mengingat pemanasan sungguhan kala itu.
Leon terpaksa bertindak
agar Khansa akhirnya mend*sah, "ikuti gerakan aku saja!" bisik Leon
dengan suara baritonnya.
Khansa bertambah panik,
"Gerakan apa?"
"Ini ..” jawab Leon
lalu mulai mencium telinga Khansa dengan gemas lalu melembut.
Leon meletakan tangan
Khansa untuk melingkar di pinggang kuatnya itu. Lalu Leon menggigit telinga
Khansa.
"Aaw .." desis
Khansa seraya menarik tangannya dari genggaman Leon yang memaksa agar tangan
mungil Khansa tersebut tetap berada di pinggang kuatnya itu.
"Kau .. ujar Khansa
seraya memukul dada Leon, lalu mengusap-usap telinganya, yang tadi baru saja di
gigit oleh Leon.
Nenek Sebastian tersenyum
ketika mendengar suara d“sah teriak khansa, lalu Nenek Sebastian pergi dengan
puas.
Khansa meminta Leon
menghentikan perbuatannya. Namun, malah Leon seperti tidak mau berhenti, bukan
hanya menggigit telinga Khansa, namun malah sedikit menjilatinya.
"Hei! Kau
sadarlah!" ujar Khansa yang merasa aneh dengan Leon yang bertindak tidak
seperti biasanya.
Wajah Leon memerah,
napasnya terdengar berat. Terlihat seperti sedang bertempur melawan sesuatu
yang keras. Meski wajahnya sedang tidak enak dipandang. Namun, itu tidak
membuat guratan ketampanan Leon hilang dari wajahnya.
"Ini .... tidak bisa
begini bukan? Kita hanya menikah diatas kertas saja," Khansa mencoba
mengingatkan Leon.
"Tapi kau adalah
istriku," jawab Leon yang terlihat semakin kesulitan untuk mengatur
napasnya.
"Tapi tetap saja
kita hanya menjalani pernikahan yang disepakati," jelas Khansa lagi.
Mendengar perkataan
Khansa membuat Hati Leon terasa seperti baru saja tertimpa batu yang sangat
besar, dan itu membuatnya menjadi marah dan tidak nyaman.
"Gadis ini hanya
benar-benar menganggap aku sebagai seorang suami di atas kertas saja kah?"
pikir Leon.
Leon pun menjauhkan
tubuhnya dari tubuh Khansa, lalu beranjak dari atas ranjang.
Leon masuk ke dalam kamar
mandi.
Khansa menggulung diri
dalam selimut, Khansa tidak mengantuk. Perasaan Khansa berkecamuk. Tadi itu
benar-benar seperti bukan Leon yang selama ini Khansa kenal, Leon yang memiliki
tingkat pengendalian yang sangat tinggi tapi malam ini seperti benar-benar
kehilangan seluruh pengendalian dirinya.
Malam ini Leon seperti
akan melepaskan pengendaliannya, terlihat seperti ingin melahap Khansa
hidup-hidup. Gerakan Leon tadi terasa begitu intim, sehingga membuat Khansa
gemetaran.
Khansa tidak tahu
bagaimana dirinya tertidur, Khansa terbangun dan masih belum sadar sepenuhnya,
dia melihat Leon tidak ada di sofa.
Leon pergi kemana?
Penutup Bab 41
Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 41 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 41 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.