Bab 37 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 37
Khansa menghindar, Leon
pun menjadi canggung, tapi tidak memaksa Khansa, “Hendra pernah melihat
wajahmu?" tanya Leon dengan penuh rasa ingin tahu.
Khansa mengingat-ngingat
Dalam sepengetahuan Khansa itu mungkin hanya ketika Khansa masih bayi, itu pun
hanya dari sebuah foto yang ibu Khansa tunjukan kepada Hendra. Khansa
menggeleng karena cadar ini tidak pernah dilepas sejak kecil Sampai sekarang.
"Baguslah,"
ujar Leon.
Leon berpikir, dia saja
yang berstatus suami, belum pernah melihat rupa istrinya dibalik cadarnya itu.
Memikirkan jika ada pria lain yang melihatnya lebih dulu, mana rela hatinya,
sungguh itu akan menjadi sesuatu yang akan Leon larang dengan sangat keras.
Leon pun memaksakan diri
untuk puas, cadar itu malah membuat Khansa semakin misterius. Membuat dirinya
bahkan juga membuat orang lain sangat ingin melepaskan cadar itu dari wajah
Khansa.
Cadar itu juga membuat
Khansa terlihat untuk susah diraih, membuat diri Khansa ternilai seperti
sesuatu yang ekslusif, tidak bisa dimiliki oleh sembarang orang. Dan dirinya
saat ini sebagai pemilik Khansa, tentu saja membuat dirinya merasa bangga
sekaligus sombong, karena memiliki harta berharga yang tidak dimiliki oleh
orang lain, Khansa hanya milik Leon dan harus menjadi milik Leon.
Leon memandangi Khansa
lagi dengan tatapan sayu menahan segala ingin untuk bisa langsung merengkuh
Khansa, tak bisa menahan hatinya untuk tidak mencium istrinya itu, Leon pun
menunduk dan ingin mencium Khansa.
Khansa tidak menduga Leon
masih ingin melanjutkan, Khansa pun langsung meminta Leon menghentikan
perbuatannya.
"Hentikan!"
gumam Khansa seraya menahan pundak Leon.
Leon malah mengabaikan
permintaan Khansa, dan malah terus melanjutkan, menyambung tindakan yang
sebelumnya tadi.
Tiba-tiba terdengar suara
pintu dibuka seseorang. Leon menghentikan gerakannya dan menjauhi tubuh Khansa.
Situasinya jadi canggung, perawat jaga datang dan masuk untuk mengecek keadaan
bibi Fida.
"Saya akan mengecek
keadaan Nyonya Fida, dan menyuntikan obat," jelas perawat itu yang merasa
sedikit tidak enak hati jika karena kedatangannya jadi mengganggu kedekatan
Leon dan Khansa tadi.
"Ah ya,
silahkan," ujar Khansa seraya menjauhi Leon.
"Benar-benar mahluk
berbahaya," gumam pelan Khansa yang ditujukan untuk Leon.
Leon mengernyitkan alis
dan memasukkan tangannya ke dalam saku celananya, memandang ke arah Khansa yang
terlihat tak kalah canggungnya “Teruskan makanmu, istirahat lebih awal.”
Leon berjalan keluar,
Leon pergi menuju ke arah taman rumah sakit. Leon duduk di salah satu kursi
taman, sedikit mengacak-ngacak rambutnya lalu, mengeluarkan rokok dari sakunya
dan mulai menyalakannya.
Leon menghisap beberapa
batang rokok barulah bisa menekan getaran panas di hatinya. Rokok yang sudah
menyala terselip di antara bibir Leon. Membiarkan asap dari bara mengepul tipis
tanpa diisap, menambah efek dramatis di sekitar wajah Leon.
Leon memasang ekspresi
yang tenang dengan tatapan dingin dan senyum tipis berwibawa ketika mengingat
pertama kali bertemu dengan istri kecilnya itu di kereta pada malam itu.
Gaya merokok Leon yang
seperti ini benar -benar terlihat meningkatkan level ketampanan Leon hingga ke
tingkatan paling maksimal.
Leon tidak menyangka jika
kedatangan gadis kecil itu benar-benar merusak pertahanan kuat Leon selama ini.
Hanya dengan keluguannya
saja sudah bisa membuat hatinya senang sekaligus kesal, selama ini mana pernah
Leon merasa seperti ini hanya karena seorang wanita. Namun, sepertinya Khansa
malah menganggap dirinya ini biasa saja, padahal berapa banyak wanita yang
penasaran dengan Tuan Muda Sebastian, berapa banyak rekan bisnis yang
menganggap dirinya ini sulit ditaklukan. Tapi, malah sekarang gadis imut yang
berstatus menjadi Nyonya Sebastian itu, tidak perlu menunggu waktu tahunan,
malah sudah mengambil semua kefokusannya.
Dengan mudahnya Khansa
meniupkan angin topan kedalam hatinya dan memorak porandakan benteng pertahanan
yang ada di dalam hatinya itu," kecil-kecil beracun," gumam Leon.
Leon masih belum pulang,
duduk beberapa saat di bangku taman rumah sakit itu, menenangkan degupan
jantungnya yang tadi tidak beraturan karena ditabuh oleh Khansa. Leon berdiri,
menghela nafas, merentangkan tangannya lalu mematikan rokoknya dan membuangnya
ke tempat sampah.
Leon memutuskan untuk
menginap di rumah sakit, menemani Khansa. Leon membalikkan badan kembali ke
ruang pasien dan menyadari Khansa sudah tertidur, Leon memandangi gaya tidur
istrinya itu. Sedikit merasa lucu dengan cara tidur istrinya ini, Leon merasa
istrinya ini selalu saja memberinya kejutan-kejutam baru.
"Hmm ... katanya
bahasa tubuh bisa menunjukkan ciri kepribadian seseorang," pikir Leon
seraya memandangi posisi tidur Khansa sambil duduk di sisi ranjang mereka.
Leon berpikir lagi jika
tak hanya bahasa tubuh saat sadar, cara tubuh berkomunikasi saat tidur pun bisa
menunjukkan banyak hal mengenai kepribadian kita.
"Posisi tidur
seperti janin” gumam pelan Leon.
"Benar-benar
kepribadian yang cocok dengan posisi tidurmu," gumam pelan Leon lagi
sambil tertawa kecil.
Mereka yang menyukai
posisi meringkuk ke samping seperti janin cenderung sensitif, namun berusaha
menunjukkan penampilan luar yang tangguh, ini cukup mencerminkan sikap Khansa
yang tidak ingin bergantung kepada orang lain, termasuk kepada Leon yang
berstatus suami.
Melihat gaya tidur imut
istrinya itu, dan juga memandangi ruang rawat VVIP yang nyaman dengan temaran
sinaran lampu berwarna oranye, maka kantuk pun mengundang mata Leon untuk
terpejam.
Leon memandangi Khansa
lagi, terlihat sepertinya Khansa sudah terbang ke awan dunia mimpi.
Leon munyungingkan
senyuman sederhana namun tetap tidak mengurangi ketampanannya, "Mimpi
adalah bagian terbaik dari hidup, jika melewatkan tidur maka akan melewatkan
bagian terbaik dari hidup. Sekarang saatnya ke tempat tidur dan kita tangkap
mimpi yang indah." pikir Leon.
Leon pun ikut naik ke
ranjang besar itu, Leon berbaring dan memeluk Khansa. Kemudian mengecup kening
Khansa, tidak lama setelahnya Leon juga terlelap, karena menciumi aroma tubuh
Khansa yang bisa menenangkan hatinya.
Dalam tidur Khansa
memimpikan seseorang, kedua alis Khansa mengernyit.
Khansa bermimpi,
tiba-tiba berada dalam sebuah perahu kecil, perahu yang berada di tengah laut,
hujan deras dan petir menggelegar di malam hari. Khansa pun merasa sangat
ketakutan, perahu kecil itu terombang-ambing di lautan. Lalu membuat Khansa
kehilangan keseimbangan, dan terhuyung terjatuh ke dalam laut.
Tiba-tiba Khansa
merasakan sebuah kain berwarna putih meliliti pinggulnya dan menariknya keluar
dari dalam laut, Khansa merasa tubuhnya sudah berada di tepi pantai yang
menenangkan dan nyaman. Samar-samar Khansa melihat wajah seorang pria yang
sedang tersenyum memandanginya.
"Ambil napas dan
pandangi bintang-bintang di langit. Lihat dua bintang itu? Mereka adalah mataku
yang berkedip ke arahmu, mengawasimu" ujar pria di dalam mimpi itu.
Mendengar ucapan pria di dalam mimpinya itu, membuat Khansa merasa aman dan
kembali tidur dengan nyenyak.
Penutup Bab 37 Novel Romantis Pengantin
Pengganti
Bab 37 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 37 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.