Bab 33 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 33
Hendra melihat Leon
berdiri dengan angkuhnya di depan pintu kamarnya. Leon berjalan dengan kaki
panjangnya, itu terlihat elegan, arogan. Aura ingin membunuh pun terasa keluar
dari seluruh tubuh Leon.
Khansa terdiam sesaat,
melihat suaminya itu mendobrak pintu kamar Hendra yang besar itu, "Dia
terlihat sedang tidak sakit, jika sedang sekuat ini," pikir Khansa.
Melihat Khansa dalam
rangkulan Hendra, Leon pun melangkah maju, "nampaknya sedang ada yang mau
berebut dengan aku," gumam pelan Leon. "Siapa kau! Beraninya
menerobos masuk ke area pribadi Ugraha," hardik Hendra dengan nada tinggi,
marah.
Wajar saja jika Hendra
tidak kenal dengan Leon, karena memang Hendra belum pernah bertemu dengan Leon
sebelumnya.
Hendra tetap tidak ingin
melepaskan Khansa dari pelukannya, tubuh mungil Khansa berontak keras, Hendra
memeluki dari belakang tubuh Khansa dengan sedikit mengangkat tubuh Khansa,
sehingga ketika Khansa berontak ingin melepaskan diri dari jeratan Hendra, maka
kaki-kaki mungil Khansa itu seperti melayang di udara karena gerakan
menendang-nendangnya.
"Kau ini ... mengapa
tidak mau melepaskan aku, hah!" hardik marah Khansa dengan masih terus
bergerak serampangan.
Leon yang melihat Khansa
saat ini sedang ada di pelukan pria lain, jelas tidak bisa menerima, jika tadi
hati Hendra seperti terhujani jarum pentul, maka beda lagi dengan hati Leon
yang saat ini tengah merasa hatinya seperti sedang ditembaki oleh meriam
berukuran besar lalu meledakan hatinya berkali-kali lipat.
Leon berpikir jika malam
pertama mereka kala itu, jika bukan karena ada nenek Sebastian yang menguping,
maka Leon tidak akan bersandiwara untuk sedikit menyentuh Khansa.
Setelah hari itu, Leon
benar-benar menahan diri untuk tidak menyentuh Khansa, jika Khansa tidak
menginginkan untuk disentuh olehnya, maka Leon tidak akan sembarang menyentuh.
Tapi, sekarang apa yang dilihat di depan matanya ini, benar-benar merusak
pandangan matanya dan juga merusak hatinya. Leon pun memberikan tatapan
membunuh kepada Hendra.
Dari pandangan mata Leon,
itu seakan keluar kata-kata, "singkirkan tangan kotormu dari kepemilikan
aku."
Pandangan Leon yang
dingin dan menusuk membuat Hendra merinding dan tanpa sadar melepaskan tangannya
dari tubuh Khansa, "pria ini mengapa terlihat begitu menyeramkan."
"Hanya dengan
memandang saja, sudah terasa aura ingin membunuh yang keluar dari seluruh
tubuhnya, membuat lawan merasa bergidik" pikir Hendra lagi.
Khansa pun terhuyung
jatuh ke lantai, karena Hendra melepaskan pelukannya. Khansa menatap ke arah
Leon yang sudah terlihat diliputi oleh kesangaran. Khansa terkejut ketika
melihat ada Simon dan Hansen juga datang.
"Kalian ..."
ujar Khansa bingung, seraya berusaha untuk bangun.
Hendra lebih terkejut
lagi, ketika melihat Simon dan Hansen masuk ke kamar utama. Kedatangan Simon
dan Hansen membuat Hendra terdiam, karena mereka berdua adalah salah satu dari
empat keluarga teratas di Palembang.
Ketika melihat Khansa
ingin melarikan diri, Hendra segera ingin menangkapnya lagi, tak rela jika
Khansa hilang lagi dari jangkauannya lagi. Simon dan Hansen memperingati Hendra
untuk melepaskan Khansa ketika melihat Hendra ingin menarik Khansa lagi.
"Tuan ugraha,"
panggil Simon.
"Jangan main-main
dengan wanita ini, jika kau tidak ingin menerima akibatnya, ujar Simon dengan
nada sedikit menghina.
"Wanita ini sudah
ada yang punya, jadi sedikit pun kau tidak memiliki hak atas dirinya" ujar
Hansen menambahi.
Leon mengacuhkan Hendra,
dan malah mendorong tubuh Hendra sampai terhuyung menjauhi Khansa. Leon
mendekati Khansa sambil bertanya, “Kamu tidak beritahu padanya kamu ini milik
siapa?”
"A-aku .."
jawab Khansa yang tiba-tiba masuk dalam kelimbungan yang lebih dalam lagi.
Leon lalu menggendong
Khansa di bahunya lalu berjalan keluar, "lain kali! Jika nakal seperti ini
lagi, akan aku patahkan kakimu," ancam Leon sambil memukul bokong Khansa.
Khansa merasa sangat
malu, "pria ini! Mengapa menggendong aku seperti sedang memanggul sekarung
beras!" pikir Khansa.
Melihat Leon telah
membawa Khansa, maka Simon dan Hansen pun ikut melangkah pergi meninggalakan
kediaman Ugraha.
Hendra tidak tahan saat
melihat punggung Leon yang menuju keluar dari rumahnya sambil membawa Khansa.
Hendra bertanya siapa
Leon itu sebenarnya, "Hei! Kau ini siapa? Berani menerabas masuk ke
kediaman Ugraha," pekik Hendra masih dengan nada sombongnya.
"Sjapa yang
memberimu keberanian untuk itu Hah!?"
"Hei! Apa kau tuli?
Aku sedang bicara kepadamu?" teriak Hendra kepada Leon.
"Dasar sial,"
hardik Hendra kepada Leon.
Leon tidak menghentikan
langkahnya, hanya tersenyum dingin sambil memperingati Hendra, “Nanti kamu akan
tahu aku siapa! Kalau kejadian ini terulang lagi.”
Leon dan Khansa langsung
menghilang dari pandangan Hendra. Hendra mencoba menyeimbangkan pikirannya
tentang khansa dan pria yang baru saja membawanya pergi itu, lalu mengaitkannya
dengan Simon dan Hansen, dua tuan muda dari keluarga besar yang berkuasa di
Palembang juga.
Hendra segera terpikirkan
sebuah kemungkinan, di Palembang ini hanya ada empat keluarga besar yang
memiliki kekuasaan. Yaitu keluarganya, keluarga Ugraha, lalu keluarga Mahendra,
dan Keluarga Kawindra dan berarti seharusnya pria yang Hendra lihat tadi adalah
tuan muda dari keluarga Sebastian.
Melihat tuan muda
Mahendra, tuan muda Kawindra tadi datang bersama pria yang membawa Khansa
pergi, Handra pun semakin yakin dengan kesimpulannya.
"Mungkinkah pria ini
Leon Sebastian?" gumamnya.
"Kenapa Khansa bisa
berhubungan dengan orang sehebat Leon Sebastian?" :
"Apakah Leon
Sebastian adalah sugar baby yang pernah Jihan ceritakan waktu itu."
"Kenapa bisa ada
kebetulan seperti ini di dunia?" gumam Hendra lagi meski masih sedikit
menyangsikan kesimpulannya itu.
Khansa digendong Leon,
degan langkah panjanhnya, Leon membawa Khansa masuk ke dalam mobil mewah yang
bermodel panjang itu. Leon duduk di barisan belakang dan Khansa masih berada di
dalam pelukan Leon, duduk di antara kedua paha Leon dalam diam.
Khansa tidak berani
banyak bergerak, melihat wajah Leon yang mendingin, membuat hati Khansa menciut
juga, ini lebih menyeramnkan dari waktu ketika Khansa bermain dengan
harimau-harimau kecil dulu.
Wajah Khansa memerah,
karena sepertinya Leon enggan melepaskannya, karena ketika Khansa ingin
bergerak, Leon malah mengeratkan rangkulan kedua tangannya di pinggul
Khansa.
"Jangan bergerak
sembarangan!" Leon mengingatkan Khansa.
"Jika tidak ingin
aku makan kau disini, maka diamlah," ujar Leon memperingatkan.
Khansa pun menciut
kembali seperti putri malu yang baru saja disentuh, langsung saja mengkuncup.
Khansa tiba-tiba teringat
pada bibi Fida, Khansa pun dengan canggung menatap wajah Leon, "Bibi Fida,
pengasuh aku dulu sedang sakit. Tadi orangnya Hendra membawa bibi Fida ke rumah
sakit," kedua mata Khansa dan Leon saling beradu temu tatap. Khansa merasa
semakin canggung saat bertatapan dengan Leon. Apalagi dalam situasi seperti
ini, Wajah Leon meski tampan namun tetap saja itu tidak sedap dipandang,
"Apa pria ini sedang marah ke aku," pikir Khansa.
Penutup Bab 33 Novel Romantis Pengantin
Pengganti
Bab 33 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 33 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.