Bab 32 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 32
"K-kau ..."
ujar Khansa terkejut.
Hendra menyeringai
tersenyum sambil bersedekap. Hendra datang dengan membawa sekelompok pengawal berbaju hitam,
bertanya khansa mau membawa Bibi Fida kemana.
"Mau pergi tanpa
pamit dengan Tuan rumah?"
"Ah! Kau sudah pasti
tidak akan pamit, kan tamu tidak di undang," ujar Hendra seraya mengambil
bibi Fida dari papahan tangan Khansa.
Khansa penasaran kenapa
Hendra bisa tahu dirinya kemari, "Ini kenapa dia bisa tahu?" gumam
pelan Khansa.
Seakaan mengetahui apa
yang ada di pīkiran Khansa, Hendra berjalan mendekati Khansa, "kenapa?
Bingung karena aku bisa tahu gerak-gerikmu?" tanya Hendra.
Khansa,"..."
"Aku terlalu
mengenalmu dengan baik sayang!" ujar Hendra seraya menyelipkan rambut
Khansa ke balik telingganya.
"Karena itu, hanya
akulah yang pantas menjadi priamu, hanya aku yang pantas memilikimu,"
jelas Hendra.
Hendra selalu tahu kalau
Khansa sangat cerdik, maka membawa anggota kesini untuk mencegah hal yang tidak
diinginkan adalah sudah tepat.
Memiliki bibi Fida di
tangannya, itu sama saja seperti memiliki tiket emas, tanpa meminta Khansa
datang, maka Khansa akan datang dengan sendirinya, begitu Khansa mengetahui
lokasi bibi Fida.
Akhirnya Khansa
benar-benar sungguh datang, untuk menyelamatkan bibi Fida.
Hendra sudah menebak
langkah Khansa yang ini, karena Khansa begitu menyayangi bibi Fida.
Khansa menjelaskan
keadaan bibi Fida yang sudah gawat, "Bibi Fida sakit parah, aku mohon bawa
Bibi Fida ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan."
Khansa berusaha mengambil
bibi Fida daripegangan salah satu pengawal Hendra, Khansa memang bisa memakai
jarumperak, namun melawan begitu banyak orangsendirian dan dengan bibi Fida di
jadikansandera, sungguh itu bukan situasi yangmemihak kepada Khansa.
Khansa benar-benar
memohon kepada” Hendra agar mau membawa dan mengantar bibi Fida berobat ke
rumah sakit dulu.
"Aku mohon!"
pinta Khansa sekali lagi seraya memegang lengan Hendra.
"Tidakkah kau lihat,
keadaannya sudah sangat parah," ujar Khansa.
Hendra melihat tangan
putih Khansa, jari-jarinya yang terlihat imut manis itu yang tengah memegangi
lengannya, merasa seketika saja hatinya terhujani oleh jarum-jarum pentul yang
menusuk hatinya dan memberikan sensasi menggelitik geli sampai menjalar ke
sekujur tubuh.
Hendra mengalihkan
pandangannya ke arah bibi Fida, Hendra melihat ada bercak darah di daster putih
bibi Fida.
Hendra berpikir sejenak,
lalu mengijinkan bibi Fida dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa, asalkan
Khansa harus tinggal untuk menyelesaikan transaksi mereka yang tertunda di
hotel waktu itu.
"Asal kau tinggal
disini untuk menemani aku, maka aku akan mengatur perawatan terbaik untuk Bibi
Fida," Hendra memberikan penawarannya.
Khansa mengerutkan alis,
jelas sekali kali ini Khansa tidak punya kuasa untuk menolak, terdiam sesaat
akhirnya Khansa mengangguk setuju.
"Baik! Setuju, kau
segera bawa Bibi Fida ke rumah sakit terbaik dengan penanganan dokter
terbaik." Bagi Khansa prioritas utama saat ini adalah memberi pertolongan
pertama pada bibi Fida, batuk bibi Fida sudah sampai mengeluarkan darah, tidak
ingin kerusakan pada area jaringan paru-paru bibi Fida semakin parah dan
menjalar, maka bini Fida harus segera mendapatkan pertolongan medis.
Karena kondisi bibi Fida
ini, membuat Khansa mau tak mau sedikit mengalah dulu terhadap kemauan Hendra.
Begitu melihat Khansa
mengangguk Hendra menjentikan jarinya, memberikan tanda kepada pengawalnya
untuk membawa bibi Fida ke rumah sakit. Dua pengawal maju ke depan dan membawa
bibi Fida naik ke mobil.
Hendra mencengkram bahu
Khansa dan menyeretnya ke dalam rumah, "saatnya memenuhi janji yang
tertunda," bisik parau Hendra yang terdengar sudah sangat tidak Sabar.
Senyuman Hendra terlihat
begitu sumringah, setelah menutup pintu rumah, Hendra langsung membawa Khansa
ke kamar utama.
Hendra segera mendorong
Khansa ke atas ranjang besar bergaya Eropa miliknya itu. Hendra memperingati
Khansa agar jangan macam-macam.
"Jangan pernah
mencoba melawan aku, jadilah Khansa kecilku yang penurut! Ok," ujar Hendra
mengingatkan betapa dulu Khansa sangat patuh kepadanya ketika di masa kecil.
"Kau bertumbuh
dewasa dengan sangat sempurna, sangat cantik," puji Hendra.
"Apa saat ini kau
tidak ingat dengan Jihan?" Tanya Khansa.
"Apa kau tak punya
rasa malu, kemarin tidur dengannya dan sekarang berniat meniduriku?" tanya
sarkas Khansa lagi.
"Apa dalam otakmu
itu hanya berisi tentang hal ini saja?" ujar Khansa sambil mentertawai
Hendra
"Jangan menguji
batas kesabaran aku," ujar Hendra marah lalu ingin membuka cadar di wajah
Khansa.
Hendra tak sabar ingin
melihat rupa sempurna Khansa dari balik cadar itu, mata dan alisnya saja sudah
begitu indah, hidung mancung yang Hendra ingat ketika melihat foto Khansa bayi
dulu, bibir merah ranum. Sekarang ketika Khansa dewasa itu pasti akan sangat
enak ketika dinikmati, dikecup, direngkuh dalam-dalam. Hendra berencana Malam
ini akan membuat Khansa” " merasakan sesak nafas karena nikmat surga
dunia.
"Akan aku tunjukan
apa itu surga dunia," tukas Hendra sambil tertawa mesum.
Saat tangan Hendra hampir
menyentuh cadar itu, pandangan Khansa jadi dingin dan langsung saja
mengeluarkan jarum perak yang sudah dia persiapkan sebagai senjata.
Khansa mengarahkan jarum
ke bagian belakang leher Hendra. Namun, kecepatan tangan Khansa masih bisa
ditangkis oleh Hendra dengan mudah.
Hendra mencengkram
pergelangan tangan Khansa, “Sasa, aku terlalu mengerti dirimu, trik kecilmu ini
tidak akan bisa membuatmu lolos dariku!”
Khansa menyeringai
dingin, Ohya?
"Trik kecilku ini
mungkin bisa kau tangkis!" ujar Khansa sedikit meledek.
"Namun trik yang
satu ini, pria mana pun akan kesulitan untuk menangkisnya!" tukas Khansa
seraya menendang bagian bawah Hendra dengan gerakan cepat.
Khansa mendorong tubuh
Hendra, yang sedang menahan sakit karena tendangan dari Khansa. Mencoba
melarikan diri dari jeratan Hendra.
Hendra paling benci
ditipu dan dikhianati oleh Khansa, Hendra bergegas maju ke depan dan menarik
Khansa ke dalam pelukannya lagi.
Hendra menunduk ingin
mencium Khansa, “Sasa, kamu tidak seharusnya membuatku “
” Marah! Aku sudah bilang
kalau Kamu” ini milikku, hati dan ragamu semuanya milikku!"
"Priamu hanya aku,
dan hanya boleh aku. Tempatmu adalah di sini, di sisiku, hanya aku yang boleh
bersamamu," ungkap Hendra.
"Apa kau
paham?" Hendra mempertegas perkataannya tadi.
Hendra masih berusaha
untuk mencium Khansa, wanita yang dicari-cari sudah berada di depan mata dan
dalam pelukan. Jadi mana mungkin ketika waktu berharga ini datang, tidak dia
manfaatkan dengan baik.
Khansa berusaha keras
berontak karena tidak ingin dicium oleh Hendra, Khansa sadar pria ini sudah
bukan kak Hendra yang dulu dikenalnya lagi.
"Brengsek, mana
boleh kau sentuh aku sesukamu," pekik Khansa dengan tidak rela.
"Lepaskan aku!"
pekik marah Khansa lagi.
"Brengsek!"
hardik Khansa.
Saat ini tiba-tiba
terdengar suara yang keras, pintu rumah ditendang dan terdengar suara bariton,
“Lepaskan tangan kotormu darinya!”
Penutup Bab 32 Novel Romantis Pengantin
Pengganti
Bab 32 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 32 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.